"Heart of Aper_Runia"

Foto saya
Stay Cool and Stay Humble... I'll be what I believe :O

28.4.12

Belajar Dari Kisah Urwah bin Zubair

Terlahir dalam lingkungan keluarga mulia adalah karunia tersendiri bagi Urwah bin Zubair. Ayah Urwah adalah Zubair bin Awwam yang menyandang gelar Al - Hawariyyu (Sang Pembela) dari Rasullullah SAW. Ayahnya ini termasuk ke dalam sepuluh sahabat yang yang mendapat jaminan surga. Ibunya adalah Asma' binti Abu Bakar yang menyandang gelar Dzat An - Nithaqain (Pemilik Dua Ikat Pinggang). Salah seorang bibinya adalah 'Aisyah binti Abu Bakar, salah seorang dari istri Rasullullah SAW. Kakek Urwah dari jalur ibu adalah Abu Bakar Ash - Shiddiq, khalifah pertama sepeninggal Rasullullah SAW. Sedang nenek dari jalur ayahnya adallah Shaffiyah binti Abdul Muthalib.

Sejak muda, Urwah bercita - cita luhur menjadi orang yang mendalam ilmunya. Hatinya merasa bahagia ketika orang - orang bertanya tentang perkara agama dan dia bisa menjelaskannya dengan baik. Karena itu tak mengherankan bila Urwah begitu gigih dalam usaha untuk mencari ilmu. Ia mendatangi rumah sahabat satu per satu, tak jarang pula ia ikut sholat berjamaah di belakang mereka, mendatangi majelis - majelis ilmu yang ada sehingga tercatat Urwah meriwayatkan beberapa hadist dari para sahabat nabi.

Urwah bin Zubair lahir di Madinah tepatnya setahun di penghujung masa pemerintahan Umar bin Khattab. Urwah memiliki selisih umur 12 tahun lebih muda dari kakaknya 'Abdullah bin Zubair yang juga terkenal sebagai salah satu sahabat yang dalam ilmunya. Urwah juga adalah salah satu dari antara tujuh orang ahli fiqh Madinah (fuqaha), menjadi pilar tempat bersandar kaum muslimin dari berbagai urusan agama.

Urwah bin Zubair memang benar - benar istimewa untuk orang - orang di sekitarnya pada saat itu. Dalam usia yang masih sangat belia, Urwah tergolong orang yang sangat pemberani. Dia menjadi salah satu saksi pada pengepungan Khalifah Utsman bin Affan. Dengan mata kepala sendiri ia menyaksikan kekejaman para pemberontak dalam membunuh khalifah. Ketika terjadi Perang Jamal Urwah pun ikut mendaftarkan diri, hanya saja dia ditolak untuk ikut berperang saat itu. Hal ini sangat wajar mengingat usianya pada saat itu baru 13 tahun. Saat dewasa Urwah bin Zubair memiliki sebidang kebun yang luas di pinggiran Madinah. Di dalamnya terdapat sumur, pepohonan yang rindang, serta buah - buahan yang begitu lebat. Sebuah pemandangan yang membangkitkan selera bagi siapapun yang melewatinya.

Pada saat musim panen Urwah segera membuka lebar - lebar pintu pagar yang mengitari kebunnya. Hal ini dilakukan agar masyarakat sekitar dapat menikmati hasil kebun tersebut sepuas mereka. Untuk menjaga kedekatan diri dengan Allah SWT Urwah bin Zubair membiasakan berpuasa di siang hari dan mengerjakan sholat malam di malam harinya. Hal ini terus dia pertahankan secara istiqomah. Tak pernah dia meninggalkannya kecuali pada sekali waktu. Yaitu pada saat kakinya ditimpa musibah dan harus diamputasi. Bagi Urwah musibah yang menimpa dirinya adalah manifestasi cinta Allah SWT kepada hamba - Nya. Ketika sebagian orang berkeluh kesah tentang derita yang dialaminya, Urwah justru sebaliknya. Dia merasakan kasih sayang Allah SWT yang begitu hangat dan mendalam melimpah kepadanya. Subhannallah...

Musibah datang laksana masa yang tak henti - hentinya. Suatu hari mendadak betisnya membengkak. Lalu secepat itu penyakit telah menjalar ke seluruh kakinya. Hal ini Urwah alami ketika sedang berziarah ke Damaskus untuk menghadiri undangan Khalifah Al = Walid bin Abdul Malik dengan ditemani oleh putra sulungnya. Ketika sedang menghadapi penyakitnya itu, datang pula musibah lain berupa dipanggilnya putra sulung Urwah di Damaskus oleh Allah SWT. Dalam perjalanannya itu, sang anak sulung disepak oleh seekor kuda sehingga membuat sang putra tercinta menghembuskan nafas terakhirnya. Tak beberapa lama kemudian vonis hukum dari tabib Urwah terima. Tak satupun obat yang ampuh mengobati penyakitnya kecuali amputasi. Para ahli bedah lalu didatangkan oleh khalifah. Mereka membawa pisau dan gergaji sebagai peralatan bedah.

Terdapat satu kisah menarik tentang peristiwa amputasi Urwah bin Zubair ini. Menjelang amputasi ahli bedah datang membujuk Urwah untuk bersedia di bius. DIrinya diberi minuman memabukkan agar nantinya tidak akan merasakan sakit ketika diamputasi, Namun permintaan ini ditolak dengan tegas oleh Urwah! Dia tidak ingin kehilangan pahala saat menahan sakit yang dia derita saat amputasi itu jadi dilakukan. Terlebih dia menolak adanya barang haram yang masuk ke dalam dirinya hanya untuk dalih mencari kesehatan. Saat operasi dimulai Urwah pun menolak untuk dipegangi oleh para ahli bedah. Dia lebih suka menenangkan dirinya sendiri dengan berdzikir dan bertasbih kepada Allah SWT hingga dia tak sadarkan diri. Inilah satu - satunya hari dimana dia tidak menyempatkan diri untuk membaca Al - Qur'an - sebuah kebiasaan yang telah dia jaga semenjak dia remaja.

Urwah bin Zubair wafat dalam keadaan puasa di siang hari. Menjelang ajalnya, dia didesak oleh sang anak untuk membatalkan puasanya tersebut. Namun Urwah menolak. Dia hanya ingin berbuka ditemani dengan bidadari di surga kelak. Urwah bin Zubair seorang tabiin yang mendedikasikan hidupnya hanya untuk ilmu dan agama. Semoga Allah SWT senantiasa mencurahkan rahmat dan kasih sayang - Nya kepada Urwah bin Zubair.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar