"Heart of Aper_Runia"

Foto saya
Stay Cool and Stay Humble... I'll be what I believe :O

21.12.12

Doomsday 2012: A Resolution

Banyak yang bilang kalau tahun ini adalah tahun terakhir kita hidup di dunia, tepatnya tanggal 21 Desember 2012 - sesuai dengan tanggal posting kali ini. Tapi sampai detik ini, tidak ada hal - hal yang mengindikasikan bahwa kiamat akan benar - benar datang. Apa ini hanya lelucon? Tidak! Atau apa kita harus berteriak merdeka karena kiamat yang menjadi pertanda akhir dunia tidak akan datang - setidaknya untuk saat ini? Tidak! Apa kita harus mencela mereka - mereka yang mengumumkan masalah ini atau bahkan mempercayainya? Tidak!

Dasar dari berita ini adalah ramalan suku Maya beberapa abad silam yang memang - untuk beberapa hal - ramalan mereka terbukti kenyataannya. Tetapi itu hanyalah ramalan yang didasarkan pada keyakinan atau pemahaman semata. Sepatutnya hal tersebut diapresiasi bukan malah dicela karena kesalahan mereka yang salah meramalkan hal tersebut. Karena memang kiamat (akhir dunia/hari pembalasan) adalah kuasa Alllah SWT semata untuk menentukannya. Ramalan ini patut diapresiasi karena setidaknya ada beberapa orang di belahan dunia ini yang memikirkan tentang akhir dari dunia ini, atau ada beberapa hal di dunia ini yang masih diperhatikan orang kebanyakan selain tentang isi dunia ini sendiri.

Sejatinya banyak hal yang patut diapresiasi dari ramalan suku Maya ini. Untuk saya pribadi ramalan ini sungguh sangat menarik karena adanya ramalan ini saya - sedikit - memperhatikan tentang akhir dunia yang Rasullullah SAW sendiri tidak berkenan untuk menjawabnya. Bukan tentang kapan kiamat itu datang, tetapi saya memperhatikan tentang apa yang sudah saya persiapkan untuk menghadapi "Kiamat saya".

Sejatinya segala hal di dunia dibatasi oleh waktu. Masa akhir yang ada di dunia ini adalah waktu. Kehidupan kita - dan sayapun - juga dibatasi oleh waktu. Menariknya waktu ini adalah sesuatu yang sangat sering sekali kita lupakan. Entah mengapa... Selalu saja ada alasan untuk melakukan sesuatu yang sejatinya tidak terlalu penting di dunia ini. Dan selalu saja ada logika dan pemikiran - pemikiran yang mendukung kita untuk melakukan hal tersebut. Kita semua akan menjalani kiamat kita masing - masing yang berupa kematian. Kepergiaan sesaat diri kita dari alam dunia yang fana ini menuju ke alam akhirat yang lebih kekal dan abadi. Di sanalah segala hal yang kita lakukan akan diperhitungkan. Dan disana pula tempat terakhir kita akan dipastikan, Apakah kita menjadi orang yang beruntung atau justru menjadi orang yang merugi.

Kita memiliki waktu yang sama di dunia ini. 24 jam sehari, 7 hari dalam seminggu, dan 60 menit dalam sehari. Tetapi mengapa kita masih dikatakan merugi? Sejatinya jawabannya sangatlah sederhana. Karena kita tidak menggunakan waktu yang kita peroleh dengan sebaik mungkin. Hanya itu. Secara teoritis hal ini akan sangat mudah dijabarkan, bahkan saya ataupun anda juga dengan gamblang menjelaskannya. Tetapi secara kenyataan? Belum tentu... Sungguh beruntung orang - orang yang memiliki waktu yang lapang di dunia ini dan mereka menggunakannya dengan sebaik - baiknya.

Tujuan kita hidup di dunia ini adalah untuk kembali kepada kampung halaman kita, berada di haribaan Allah SWT - sesuai dengan nenek moyang kita Nabi Adam a.s. dan Ibunda Hawa. Dan hal tersebut tidak akan mampu untuk kita lakukan bila kita tidak menggunakan waktu kita sebaik mungkin untuk beribadah kepada Allah SWT. Bagaimana Allah SWT bisa ridho kepada kita atau dekat kita kepada kita bila kitapun juga tidak melakukan hal yang sama kepada - Nya? Bukankah Allah SWT hanya memberikan reaksi saja dari segala aksi yang kita lakukan? Dan sejatinya reaksi yang Allah SWT selalu luar biasa. Dia tetap berada di dekat kita walaupun kita sering sekali menjauhi - Nya ataupun menyakiti - Nya.

Dunia ini semakin lama semakin mendekati masa akhir - seperti waktu yang juga akan berakhir. Dan dunia ini semakin lama semakin tidak menunjukkan ketidakseimbangan yang nyata. Maka dengan ini hanya tinggal menunggu waktu saja dunia akan berakhir. Tetapi... Bagaimana keadaan dunia kita saat ini? Pemikiran dan pemahaman manusia yang tidak dilandasi dengan iman dan islam hanya akan mengantarkan umat manusia kepada masa kebodohan yang nyata. Segala hal dianggap benar sesuai dengan keyakinan diri semata, tanpa ada patokan yang jelas tentang benar salah itu sendiri. Itulah keadaan umat akhir zaman yang telah meninggalkan Al - Qur'an dan As - Sunnah. Maka benar sabda Nabi SAW yang berbunyi: "Kiamat makin dekat tapi tidak ada yang bertambah pada manusia kecuali ketamakan. Dan tidak ada yang mereka peroleh kecuali bertambah jauh dari Allah SWT." (HR. Al - Hakim)

Di dunia ini tidak ada manusia yang sempurna. Tetapi ada satu manusia yang telah dipilih Allah SWT untuk menjadi suri tauladan bagi manusia - manusia lainnya di muka bumi - tanpa terkecuali. Manusia yang menjadi rujukan dari setiap perlakuan bermasyarakat, berkeluarga, ataupun segala hal di dunia ini. Dialah Rasullullah Muhammad SAW - semoga shalawat serta salam tetap tercurahkan kepada beliau dan keluarga beliau serta kita sebagai pengikutnya. Sungguh tidak ada lagi manusia yang seperti beliau. Begitu alam mengagungkannya, begitu jutaan manusia memuliakannya hingga detik ini, bahkan Allah SWT pun juga ber - shalawat kepadanya.

Sebelum Allah SWT menjemput kita dengan melalui perantara malaikat maut - Nya maka sungguh akan lebih baik bila kita mampu untuk sedikit saja meneladani sikap dan perilaku Rasullullah SAW dalam kebidupan kita sehari - hari. Memuji dan mengagungkannya, sembari memohon syafaat beliau untuk kita nanti di hari perhitungan. Sebuah resolusi yang sangat sederhana tetapi tidak mudah untuk dilakukan. Mumpung Allah SWT masih memberikan kita kesempatan untuk tetap berada di dunia yang fana ini. Kita - dan terutama saya pribadi - rubah diri kita guna meningkatkan kualitas diri kita menjadi lebih baik lagi. Sehingga saat nanti masa kita telah berakhir, kita tidak akan merugi seperti sebagian orang. Ada satu pesan yang disampaikan Rasullullah SAW yang sejatinya sangat sederhana, tetapi sangat bermanfaat sekali bila kita lakukan. Pesan Nabi SAW tersebut adalah sebagai berikut: "Sesungguhnya manusia yang paling dekat kedudukannya denganku pada hari kiamat adalah orang yang paling banyak ber - shalawat untukku." (HR. Tirmidzi)

Sungguh sejatinya menjaga diri itu adalah perbuatan yang sangat bermanfaat. Karena tidak selamanya kita hidup di dunia dan nanti kita juga akan menerima setiap balasan dari apa yang telah kita lakukan tersebut. Karena sejatinya orang yang sering mengumbar pandangan, bashirah (mata hatinya) menjadi tumpul. Lisan yang tidak dikontrol menyebabkan hati menjadi kotor. Sedang menyantap makanan yang syubhat akan membuat kita sulit melakukan qiyamullail, berdoa, dan bermunajat kepada Allah SWT. Lalu bagaimana kita nanti mendekatkan diri kepada Allah SWT bila keadaan kita seperti itu?

Dunia ini - terlebih negara yang kita cintai ini - sudah sangat banyak sekali orang - orang pandai serta berpendidikan. Tetapi apa hasilnya? Sejatinya yang diperlukan dunia ini maupun negara ini hanyalah seorang pahlawan. Pahlawan yang sesungguhnya bukanlah mereka - mereka yang menggunakan jubah besi, mengeluarkan sinar dari tangannya, atau memiliki sayap untuk bisa terbang. Pahlawan yang sesungguhnya adalah mereka - mereka yang berbuat sesuatu untuk orang lain dengan keterbatasannya. Menggunakan hati kecil yang paling dalam untuk membantu orang lain yang membutuhkan. Tak peduli siapa atau mengapa. Karena yang ada di dalam diri mereka hanya keinginan untuk membuat dunia ini menjadi lebih baik daripada sebelumnya.

Sebelum masa akhir kita tiba, sebelum kiamat kita datang, terlebih lagi sebelum kiamat sesungguhnya datang. Alangkah senang dan bangganya bila kita mampu untuk berbuat sesuatu bagi orang banyak. Mampu menyenangkan Allah SWT yang sering sekali kita susahkan dengan perlakuan kita dengan apa yang telah kita lakukan. Sebelum tugas kita berakhir, sebelum semua ini berakhir nantinya.

Could us?

Terima Kasihku Ku Ucapkan


Belum hilang kenangku tentangmu
Yang mengangatkan sukma dan ikhlas mengajarkanku
Menemaniku saat gelapku hingga terang
Tak pernah lelah ingatkan aku dan doakanku saat masaku denganmu

Belum hilang kenangku tentangmu
Akan semua yang pernah kita lalui bersama
Akan masa saat aku menjadi anak didik yang nakal dan liar
Saat engkau hanya tersenyum dan menegurku

Kau pernah... Menghinaku di depan kawanku
Mencubit tepat di perutku
Memarahiku yang ku tak tahu kenapa
Atau... Memujiku selayaknya aku adalah raja yang tak tersentuh

Tapi entah mengapa tak ada dendam di dalam hati
Tak ada marah yang terbersit dalam diri
Justru tawa dan canda yang selalu aku beri
Saat kau lakukan itu untukku suatu hari yang lalu

Seperti mawar yang harumnya tak akan pudar
Seperti kabut yang menyertai rintikan deras hujan di malam hari
Seperti bintang yang temani bulan sinari bumi yang berisi
Seperti matahari yang menghangatkan semua yang bahkan tak sadari

Engkau indah dan tak tergantikan
Hanya tawa dan riang yang kurasakan saat kita bersama
Engkau damai dan menyejukkan
Bagiku yang entah mengapa selalu terbayang

Darma baktimu sungguh begitu besar
Tak terhingga dan membahana mega - mega
Bukan aku mengada atau membesarkan segala
Tapi bisa kau lihat saat kami mengantarkanmu menuju keabadian

Kenapa begitu cepat?
Engkau pergi tinggalkan dunia
Kenapa begitu lekat?
Segala kenang yang telah kita lalui bersama

Kenapa begitu terbayang?
Sosok wajahmu yang mendamaikan
Kenapa hati ini begitu sakit?
Saat aku terpaksa mengantarkanmu untuk yang terakhir

Kini satu bintang telah bertambah di angkasa
Karena engkau tak akan benar - benar pergi meninggalkan kami yang masih membutuhkan
Sinarmu masih terangi seperti saat kau masih ada disini
Rasa ini pasti tetap akan abadi hingga masa akhirku nanti

*
Terima kasihku kuucapkan
Pada guruku yang tulus
Ilmu yang berguna selalu dilimpahkan
Untuk bekalku nanti

Setiap hariku dibimbingnya
Agar tumbuh bakatku
Kan kuingat selalu nasehat guruku
Terima kasihku kuucapkan

**
Terpujilah wahai engkau ibu bapak guru
Namamu akan selalu hidup dalam sanubariku
Semua baktimu akan kuukir di dalam hatiku
Sebagai prasasti terima kasihku tuk pengabdianmu

Engkau sebagai pelita dalam kegelapan
Engkau laksana embun penyejuk dalam kehausan
Engkau patriot pahlawan bangsa
Tanpa tanda jasa

*   Terima Kasihku Kuucapkan
**  Pahlawan Tanpa Tanda Jasa

13.12.12

Ibu: Segelitir Makna Dalam Qur'an

Islam sangat mengagungkan sosok seorang ibu. Dalam kelemahan yang dibawanya, Islam begitu santun menyikapi. Dalam Al - Qur'an, dalam kisah - kisahnya, tidak akan pernah kita temukan satupun kisah tercela seorang ibu. Celaan kepada seorang wanita memang ada seperti yang tertulis kepada istri Nabi Nuh a.s. yang berkhianat kepada suaminya. Kita boleh berkata bahwa "Istri Nabi Nuh a.s. juga seorang ibu bagi Kan'an". Hal itu memang benar, tetapi secara tekstual Al - Qur'an menyebutkan "Istrinya Nuh a.s." suatu hal yang sepele tetapi tersirat bagaimana Al - Qur'an tidak sembarangan dalam menggunakan kata "Ibu".

Perhatikanlah ayat berikut ini: "Katakanlah: 'Jika bapa - bapa, anak - anak, saudara - saudara, isteri - isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah SWT dan Rasul - Nya dan dari berjihad di jalan - Nya, maka tunggulah sampai Allah SWT mendatangkan keputusan - Nya.' Dan Allah SWT tidak memberi petunjuk kepada orang - orang yang fasik" (QS. At - Taubah: 24). Bila kita perhatikan di ayat tersebut segala hal yang disebut dalam Al - Qur'an berpotensi menjauhkan manusia itu dari Allah SWT. Seperti ayah, istri, anak, dan harta.

Apakah ibu tidak berpotensi menjauhkan anak dari Allah SWT sebagaimana harta, ayah, istri, anak? Sangat mungkin seorang ibu menjerumuskan anaknya dan menjauhkan anaknya dari agama, sudah banyak bukti yang tak terbantahkan tentang hal tersebut. Jadi ini bukanlah tentang soal ibu yang yang terbebas dari kesalahan maupun seorang ibu yang bersih dari kelalaian, tetapi dalam konteks ini mensiratkan sekali lagi tentang bagaimana islam memuliakan posisi seorang ibu. Sebaliknya pula akan kita temukan berbagai kisah teladan seorang ibu di dalam Al - Qur'an. Tentang Maryam bunda nabi Isa a.s. atau tentang ibu Nabi Musa a.s. Daripada menceritakan perangai - perangai buruk seorang ibu Al - Qur'an lebih mengutamakan kisah - kisah kecintaan seorang ibu kepada anaknya.

Begitulah Al - Qur'an memuliakan seorang ibu. Menyembunyikan hal - hal yang tampak buruk pada mereka, Mengingatkan kepada kita sebagai seorang anak bahwa kesalahan seorang ibu adalah urusan pribadi beliau dengan Allah SWT. Tak ada kewenangan dari seorang anak untuk mengadili perilaku tidak baik dari ibunya kecuali sekedar menasehati dengan perkataan yang baik dan tidak menyakitkan hati. Tidak boleh ada tindakan - tindakan kita yang dapat menyakiti seorang ibu, tidak boleh ada kata - kata kasar, bentakan, umpatan, dan lain sebagainya. Tidak boleh. Untuk satu urusan yang sangat dahsyat, yaitu ibu mengajak kepada kita untuk berbuat syirik kita tetap diperintah untuk berbuat baik kepada beliau. Apa lagi untuk urusan - urusan sepele?

Kepada para ibu - khususnya kepada bundaku tercinta - lihatlah sekali lagi bagaiamana Al - Qur'an memuliakan engkau. Engkau tak disebut dalam kelompok yang berpotensi menjerumuskan ke neraka. Meskipun cara mendidik anak atau sikap yang selama ini ditunjukkan (mungkin) pernah mengarah kesana. Betapa ibu sungguh sangat dimuliakan dari bumi hingga langit ketujuh. Ananda harap hal ini semakin meningkatkan semangat bagi seorang ibu untuk tak pernah berputus asa dalam mendidik anak - anaknya. Karena misi membawa keselamatan serta kasih sayang ada dalam genggaman seorang ibu. Kemuliaan yang diagungkan dalam Al - Qur'an cukplah menjadi penawar ketika harapan kepada anak - anak belum sepenuhnya tercapai. Tak kurang Al - Qur'an mensakralkan peran seorang ibu, hal ini menunjukkan bahwa harga kepercayaan yang Allah SWT berikan kepada seorang ibu sangatlah besar. Oleh karena itu, jangan kecewakan (lagi) Allah SWT bu...

Nemesis

Allah SWT menciptakan segala hal yang berbeda dan berkaitan antara satu dengan yang lainnya di muka bumi ini. Hal itu semakin menunjukkan semakin berkuasanya Allah SWT atas segala sesuatu. Ada hitam juga pasti ada putih, ada baik, juga pasti ada jahat. Terkadang sempat berpikir mengapa Allah SWT menciptakan sesuatu yang berlawanan tetapi saling terkait? Tetapi astaghrifullah... Itu bukan kuasa aku untuk menjawabnya. Kita yang terbatas sering sekali bertindak di luar batas. Sering sekali kita bertanya dan mengintip tirai kekuasaan Allah SWT kepada diri kita. Padahal yang harus kita lakukan hanya berpikir dan meyakini saja bahwa apa yang Allah SWT adalah yang terbaik untuk kita, karena Allah SWT tak akan pernah membiarkan kita sendiri maupun meninggalkan kita sendiri.

Sebagai seorang manusia biasa yang Allah SWT anugerahkan akal dan nafsu di dalam satu tubuh pasti sering juga kita memiliki sifat - sifat maupun sikap yang menyimpang dari ajaran Rasullullah SAW. Seperti contoh kecil adalah sakit hati, marah, dendam, iri, dan masih banyak lagi. Apakah itu salah? Kalau kita merunut pada ajaran Al - Qur'an dan As - Sunnah jawabannya sudah jelas, SALAH! Dan tak dapat kita tawar kembali. Tetapi satu yang harus kita ingat bahwa kita bukanlah nabi, kita hanya utusan Allah SWT untuk menyampaikan amar ma'ruf nahi mungkar semata. Tugas yang sama seperti yang diemban kaum muslimin sedunia. Lalu bagaimana harusnya kita bersikap?

Segala hal di dunia ini bergantung kepada kematangan mental serta seberapa luas pemahaman pengetahuan yang kita miliki. Oleh karena itu diturunkannya Al - Qur'an serta dibukukannya As - Sunnah semata hanya untuk menyempurnakan akhlaq manusia. Dan terkait dengan perihal di atas kembalikan saja semuanya kepada kematangan mental serta seberapa luas pemahaman pengetahuan yang sudah kita miliki tersebut. Bukankah kita diperintahkan untuk selalu belajar serta meningkatkan kualitas diri yang kita punya? Dan bukankah tanda - tanda kekuasaan Allah SWT yang paling nyata terdapat di sekitar kita?

Terkadang - dan bahkan sering sekali - kita membutuhkan sosok "Nemesis" di sekitar kita. Kita membutuhkan seorang "Musuh" atau "Rival" guna meningkatkan kualitas diri kita baik itu di hadapan Allah SWT maupun di hadapan manusia - manusia lainnya. Dan tentu peningkatan kualitas diri kita tersebut akan sangat mudah kita pelajari maupun kita terima bila kita mampu menempatkan sifat dengki, dendam, iri, amarah, serta sifat - sifat negatif yang ada di dalam diri kita tersebut dalam koridor positif ajaran agama serta tuntunan yang ada di dalam Al - Qur'an serta As - Sunnah. Bukan hal tersebut malah membuat kita memiliki semangat saling menjatuhkan orang lain serta menonjolkan kelebihan diri sendiri, tetapi kita tidak pernah menyadari bahwa kita tidak pernah memiliki kelebihan akan apapun dan atau kelebihan kita tersebut tidak cukup bagi diri kita untuk bisa "Menyombongkan" diri di hadapan manusia lainnya.

"Nemesis", "Rival", ataupun "Musuh" yang didatangkan Allah SWT di sekitar kita harusnya mampu untuk membuat kita menjadi lebih baik lagi dengan semakin kita berusaha keras menempa kemampuan serta kualitas diri kita dalam segala hal agar kita tidak kalah dengan orang yang kita anggap sebagai "Nemesis", "Rival", ataupun "Musuh" kita tadi. Bukankah dalam suatu hadist Rasullullah SAW pernah bersabda bahwa seseorang akan mengalami kerugian jika di hari ini kualitas dirinya sama seperti masa lalu dan atau seseorang akan sungguh akan sangat beruntung bila hari ini bisa lebih baik daripada masa lalu? Oleh karena itu berkompetisi dalam segala hal itu sangat perlu dan dianjurkan oleh agama - tergantung bagaimana cara kita menyikapi masalah kompetisi tersebut. Bukan bermaksud menjatuhkan malah justru hal tersebut akan menjadi kekuatan yang maha dahsyat bila dikelola dengan sangat baik, arif, dan bijaksana.

Satu hal yang harus kita renungkan adalah bahwasanya Allah SWT menciptakan kita dalam bentuk yang sebaik - baiknya. Bahwasanya Allah SWT menciptakan semua orang itu berbeda, baik itu kadar kualitas dirinya maupun tulisan takdirnya. Tak perlulah kita merendahkan atau terlalu menyanjung suatu keadaan bagaimanapun itu, karena belum tentu kita akan mampu tetap berdiri di saat kondisi kita sama seperti yang orang lain hadapi. Oleh karena itu sikap toleran, saling menghargai, serta rendah hati adalah salah satu sikap yang sangat diperlukan bagi mereka - mereka yang ingin berkompetisi dan menjadi pemenang. Yang Allah SWT perlukan bukanlah hasil dari apa yang kita usahakan, melainkan usaha kita itu sendiri untuk meraih hasil yang kita tentukan. Karena sesungguhnya kita hanya mampu berusaha, selebihnya bukan lagi urusan kita yang menentukan. Hal ini persis seperti apa yang telah disabdakan baginda Nabi Muhammad SAW yang berbunyi: "Sesungguhnya Allah SWT tidak melihat tubuhmu (rupamu) serta hartamu. Yang Allah SWT lihat hanyalah hati dan perbuatanmu." (HR. Muslim)

6.12.12

Story Behind Byzantium

Alif... Lam... Mim... Telah dikalahkan bangsa Romawi di negeri yang terdekat dan mereka sesudah dikalahkan itu akan menang, dalam beberapa tahun (lagi). Bagi Allah - lah urusan sebelum dan sesudah (mereka menang). Ar - Ruum: 1 - 4

Ayat ini Allah SWT turunkan pada tahun 620 M, hampir tujuh tahun setelah kekalahan hebat Byzantium Kristan (Kekaisaran Romawi Timur) oleh Bangsa Persia ketika Byzantium saat itu kehilangan Yerusalem. Kemudian diriwayatkan dalam ayat ini bahwa Byzantium dalam waktu dekat akan mengalami kemenangan. Padahal saat itu Byzantium menderita kekalahan yang sangat dahsyat sehingga mustahil baginya mempertahankan keberadaannya sekalipun, apalagi hingga merebut kemenangan. Singkat kata setiap orang menyangka Kekaisaran Byzantium akan runtuh. Tetapi di saat sudah putus harapan seperti itu ayat pertama surat Ar Ruum diturunkan dan mengumumkan kemenangan Byzantium dalam beberapa tahun lagi. Saat itu kemenangan itu seakan tampak sangat mustahil sehingga kaum musyrikin Arab menjadikan ayat ini sebagai bahan cemoohan. Mereka berkeyakinan bahwa kemanangan yang diberitakan Al - Qur'an takkan pernah menjadi kenyataan.

Sekitar tujuh tahun setelah turunnya ayat pertama Surat Ar Ruum tersebut, pada Desember 627 Masehi perang penentu antara Byzantium dan Persia terjadi di Nineveh. Dan kali ini secara mengejutkan pasukan Byzantium mampu untuk mengalahkan pasukan Persia. Beberapa bulan kemudian bangsa Persia harus membuat perjanjian dengan Byzantium yang mewajibkan mereka untuk mengembalikan wilayah yang mereka ambil dari Byzantium sebelumnya. (Treadgold, 1997: pp. 287-299). Akhirnya kemenangan bangsa Romawi yang diumumkan oleh Allah SWT dalam Al - Qur'an secara ajaib menjadi kenyataan. Dalam ayat ketiga surat Ar Ruum diberitakan bahwa Romawi telah dikalahkan di daerah paling rendah di muka bumi ini.

Ungkapan "Adnal Ardli" dalam bahasa Arab diartikan sebagai 'Tempat yang dekat" dalam banyak terjemahan. Namun ini bukanlah makna harfiah dari kalimat tersebut, tetapi lebih merupakan penafsiran. Kata "Adna" diambil dari kata "Dani" yang berarti "Rendah" serta "Ardi" yang berarti "Bumi". Karena itu ungkapan "Adnal Ardli"berarti "Tempat yang paling rendah di muka bumi." Yang paling menarik ketika Byzantium dikalahkan dan kehilangan Yerusalem benar - benar terjadi di titik paling rendah di muka bumi. Wilayah yang dimaksudkan ini adalah cekungan Laut Mati yang terletak di titik pertemuan wilayah yang dimiliki oleh Syria, Palestina, serta Jordania. Faktanya Laut Mati terletak 395 meter di bawah permukaan laut, dan itu merupakan daerah paling rendah di muka bumi ini. Ini berarti Byzantium dapat direbut kembali di bagian terendah dari muka bumi, seperti yang dikemukakan ayat ini.

Hal paling menarik dari fakta ini adalah bahwa ketinggian Laut Mati hanya mampu diukur dengan teknik pengukuran yang modern. Sebelumnya mustahil bagi siapapun untuk mengetahui bahwasanya ini adalah wilayah terendah di permukaan bumi. Sekiranya hal ini merupakan tambahan bukti bagi kita akan kekuasaan Allah SWT serta membuktikan bahwasanya Al - Qur'an adalah kalam Allah yang haq dan tidak terbantahkan.

Kiat Mencari Pasangan Hidup

Untuk kita yang sudah memikirkan kehidupan berkeluarga, ada baiknya perhatikan tips berikut. Semoga bermanfaat, terutama bagi diri saya pribadi. Tips untuk mencari pasangah hidup tersebut adalah:

Ta'aruf
Jika mencari seorang karyawan dalam perusahaan saja ada seleksi dan wawancara apalagi saat mencari pasangan hidup yang sekali dan abadi untuk selamanya? Islam tak mengenal kata pacaran karena itu ada proses ta'aruf untuk mengenalkan kedua belah pihak dengan difasilitasi keluarga atau ustadz. Tidak cukup hanya tukar biodata dan ta'aruf, islam juga menganjurkan kita untuk menggali informasi tentang calon pasangan hidup kita dari sahabat atau kerabatnya. Sehingga informasi yang diperoleh lebih menyeluruh.

Bahkan saat zaman Rasullullah SAW ada seorang pemuda arab yang tertarik dan jatuh cinta dengan seorang pemudi arab. Pemuda tersebut bermaksud untuk menjadikan pemudi yang dimaksud tersebut sebagai pasangan hidupnya, tetapi di sisi lain pemuda tersebut tidak tahu bagaimana perangai dari sang wanita yang dimaksud sehingga sang pemuda tersebut juga agak ragu untuk melanjutkan niatnya. Oleh karena itu pemuda tersebut bertanya kepada Rasullullah SAW tentang apa yang harus dia lakukan. Dan Rasullullah SAW pun menjawab, "Jika kau ingin mengenali seseorang kenalilah kaumnya. Karena orang taat beribadah juga pasti akan berkumpul dengan orang yang juga taat beribadah, dan orang yang gemar mengaji juga akan berkumpul dengan orang yang gemar mengaji."

Sekufu'
Dari segi bahasa sekufu' dapat diartikan setara, sepadan, atau sederajat. Dalam fiqh sunnah Sayyid Sabiq sekufu' diartikan setara dalam keturunan, status, agama, pekerjaan, kekayaan, dan tidak cacat. Namun definisi ini masih mengalami perdebatan. Menurut Ali bin Abi Thalib r.a. manusia itu satu dengan lainnya sejatinya adalah kufu' asalkan sudah beriman dan seagama. Sedangkan menurut Ibnul Qayyum dalam Zaadul Ma'ad yang teranggap dalam kafa'ah adalah perkara agamanya. Dalam Surat Al Hujarat: 10 Allah SWT berfirman: "Sesungguhnya orang - orang mukmin itu bersaudara..." dan pada ayat 13 di surat yang sama Allah SWT lebih menegaskan: "Wahai manusia! Sungguh, kami telah menciptakan kamu dari seorang lelaki dan perempuan, kemudian kami jadikan bangsa - bangsa dan bersuku - suku antara kamu agar kamu mengenal. Sungguh yang paling mulia di antara kamu adalah orang yang paling bertaqwa. Sungguh Allah SWT Maha Mengetahui lagi Maha Teliti."

Jika dasar kita adalah penjelasan pada kedua ayat diatas maka sekufu' itu lebih dititik beratkan pada kualitas agamanya, Rasullullah SAW sendiri memberikan tuntunan dalam mencari calon pasangan hidup agar mendahulukan kualitas kualitas agama dibandingkan kecantikan, kekayaan, dan tahta.

Niat Beribadah
"Perempuan - perempuan yang keji untuk laki - laki yang keji, dan laki - laki yang keji untuk perempuan yang keji (pula). Sedangkan perempuan - perempuan yang baik untuk laki - laki yang baik, dan laki - laki yang baik untuk perempuan yang baik (pula). Mereka itu bersih dari apa yang dituduhkan orang. Mereka memperoleh ampunan dan razeki yang mulia (surga)." (QS. An - Nur: 26)

Kebanyakan memang demikian adanya yang terjadi sesuai dengan penjelasan ayat Al - Qur'an di atas. Tetapi tidak jarang pula perempuan yang baik ternyata mendapat lelaki tidak sesuai harapan atau sebaliknya. Maka hal pertama yang harus kita pahami adalah bahwa kriteria laki - laki atau perempuan yang paling baik untuk kita hanyalah Allah SWT yang paling tahu. Bisa jadi laki - laki yang menurut kita baik ternyata tidak menurut Allah SWT, atau perempuan yang menurut kita baik ternyata tidak menurut Allah SWT. Yang terbaik dari itu semua adalah tetap berprasangka baik kepada Allah SWT.

Hal berikut yang harus kita pahami adalah bisa jadi pasangan hidup yang tidak baik adalah ujian bagi kita dari Allah SWT. seperti Asiyah yang harus bersuamikan Fir'aun atau istri dari Nabi Luth as., dan Nabi Nuh as. dengan istrinya yang durhaka. Ada hikmah yang diselipkan Allah SWT dalam setiap cerita kehidupan kita dan ada ladang amal bagi kita sebagai orang shalih dan shalihah dalam diri pasangan hidupnya tersebut. Semuanya hanyalah sarana kita beribadah kepada Allah SWT, sarana kita mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Apa Urusanku Dengan Dunia?

Suatu hari Umar bin Khattab r.a. menemui Rasullullah SAW di kamar beliau. Umar mendapati beliau tengah berbaring di atas sebuah tikar usang yang pinggirnya telah lapuk. Jejak tikar itu membekas di belikat beliau. Sebuah bantal yang keras membekas di bawah kepala beliau dan jalur kulit samakan membekas di kepala beliau. Di salah satu sudut kamar itu terdapat gandum sekitar satu gantang. Di bawah dinding terdapat qarzh (Semacam tumbuhan untuk menyamak kulit).

Melihat kebersahajaan itu air mata Umar bin Khattab r.a. meleleh tiada henti. Ia tidak kuasa menahan tangis karena iba dengan kondisi pimpinan tertinggi umat islam tersebut. Rasullullah SAW yang melihat Umar menangis segera bertanya kepadanya, "Apa yang membuatmu menangis Ibnu Khattab?" Mendengar pertanyaan Rasullullah SAW tersebut entah apa yang harus dijawab Umar. Dengan kata - kata yang bercampur aduk dengan air mata dan perasaannya terbakar Umar bin Khattab r.a. menjawab, "Wahai Nabi Allah SWT, bagaimana bisa aku tidak menangis sedangkan tikar ini membekas di belikat anda, sedangkan aku tidak melihat apa - apa di lemari anda? Kisra dan Kaisar duduk di atas tilam dari emas dan kasur dari beludru bersulam sutra. Dan mereka dikelilingi oleh buah - buahan dan sungai - sungai. Sementara anda adalah Nabi Allah SWT dan manusia pilihan Allah SWT!"

Lalu Rasullullah SAW menjawab dengan senyum tersungging di bibir beliau, "Wahai Ibnu Khattab kebaikan mereka dipercepat datangnya oleh Allah SWT dan kebaikan itu pasti akan terputus suatu saat kelak. Sementara kita adalah kaum yang kebaikannya ditunda hingga hari akhir, tidakkah engkau rela jika akhirat untuk kita dan dunia untuk mereka?" Mendengar penuturan Rasullullah SAW ini Umar kemudian menjawab, "Aku rela." (HR. Hakim, Ibnu Hibban, dan Ahmad)

Dalam riwayat lain disebutkan Umar berkata, "Wahai Rasullullah SAW sebaiknya anda memakai tikar yang lebih lembut dari tikar ini." Lalu Rasullullah SAW menjawab dengan merendah diri, "Apa urusanku dengan dunia? Perumpamaan diriku dengan dunia itu tidak lain seperti orang yang berkendara di suatu hari di musim panas lalu ia berteduh di bawah sebuah pohon. Kemudian ia pergi dan meninggalkannya." (HR. Tirmidzi)

Menjadi Kekasih Allah SWT

Terkadang aku sempat berhenti dalam satu titik kehidupanku. Melihat sekitarku serta berpikir tentang arti hidup ini, apa yang aku cari, serta tujuan hidupku selama ini dan nanti. Mungkin banyak dari kita yang berkata bahwa arti hidup ini dan tujuan hidup ini adalah beribadah kepada Allah SWT selaku Dzat Maha Kuasa yang berkenan memberikan kita kesempatan untuk menikmati setiap nikmat dan kebesaran - Nya di dunia. Serta dalam hidup ini yang kita cari hanyalah ke - ridho - an Allah SWT. Mungkin hal itu adalah benar, tetapi bagi orang yang awam terhadap ilmu agama dan masih "hijau" dalam urusan dunia hal - hal tersebut serasa terlalu abstrak bagiku. "Bagaimana caraku untuk sampai kesana?" Adalah pertanyaan - pertanyaan rutin dalam diriku setiap harinya.

Allah SWT adalah tujuan kita bukan? Dan dengan demikian bila kita ingin kembali kepada Allah SWT sudah sepatutnya kita mentaati segala "Aturan", "Ketentuan",  serta "Perintah" Allah SWT. Secara logika saja bila kita tertarik kepada sesuatu kita akan dengan sadar maupun tidak akan memacu diri kita untuk bisa mendapatkan sesuatu yang menarik hati kita tersebut. Bahkan bila kita harus merubah kepribadian ataupun berlatih lebih keras lagi. Walaupun beberapa hal di dunia ini tidak dapat dilogika semata. Dan Allah SWT sudah sangat jelas memberikan aturan, ketentuan, serta perintah - perintah - Nya yang sudah sangat familiar sekali kita ketahui bersama. Tetapi ada satu hal yang menjadi catatan, tentang Shalawat...

Allah SWT memerintahkan kita sholat sebagai sarana komunikasi kita terhadap - Nya tetapi Allah SWT sendiri tidak sholat, Allah SWT memerintahkan kita untuk berpuasa sebagai sarana menahan bagian diri kita yang selalu ingin lebih tetapi Allah SWT sendiri tidak pernah berpuasa. Akan tetapi saat Allah SWT menyuruh kita untuk bershalawat, Allah SWT sendiri bershalawat! Subhanallah... Kalau Allah SWT saja melakukan itu, apalagi kita? Hanya Allah SWT sendiri yang mengerti apa maksud dari itu semua. Mungkin beberapa pihak dapat menjelaskan secara lebih detail, tetapi dalam kesempatan ini aku tidak dalam posisi untuk menjelaskan itu semua. Yang ingin aku diskusikan adalah sungguh nikmatnya menjadi kekasih Allah SWT - seperti yang dialami oleh Baginda Nabi Besar Muhammad SAW. Tentu dalam pengertian konotoasi konstruktif...

Menjadi orang yang dicintai Allah SWT tentu menjadi bahan perbincangan bagi seluruh umat muslim di seluruh dunia. Betapa tidak? Sang khaliq yang haq mencintai kita, sungguh besar anugerah itu bagi kita yang - mungkin - tidak pantas untuk mendapatkannya barang secuil. Apalagi yang kita takutkan dalam hidup ini bila Sang Maha Hidup dan Sang Pemilik Hidup mencintai kita? Lalu apakah bisa kita menjadi seperti Rasullullah SAW? Dicintai Allah SWT? Menjadi seperti Rasullullah SAW tentu saja kita tidak akan mampu, tetapi untuk menjadi kekasih Allah SWT? Aku jawab dengan tegas, "Insya Allah kita bisa!"

Sejatinya lebih mudah bagi kita untuk bercinta dan menjadi kekasih Allah SWT. Syarat dan usahanya tidak terlalu susah. Yang susah hanyalah keinginan dan kesadaran untuk melakukannya. Menurut Al Imam - Al Ghazali ada tiga hal yang harus dilakukan oleh seorang manusia untuk menjadi kekasih Allah SWT. Ketiga hal tersebut secara sederhana dapat dijelaskan sebagai berikut: Tidak mencintai dunia walaupun tetap mengejar dunia. Hal ini dimaksudkan bahwa kita memang diperintahkan Allah SWT untuk mengejar dunia seolah - olah kita akan hidup selamanya, tetapi yang perlu kita ingat juga bahwa tidak akan selamanya kita hidup di dunia. Secara statistik umur kita tidak lebih dari 70 tahun saja, dengan demikian itu berarti masa kita berada di dunia ini hanya selama itu, bahkan bisa lebih singkat. Memang ada beberapa pengecualian orang - orang yang berumur lebih dari itu, tetapi presentasenya jauh lebih kecil ketimbang orang - orang yang hidupnya hanya sampai usia 70 tahun. Oleh esbab itu kita juga diperintahkan untuk beribadah seolah - olah  kita akan meninggal esok hari. Jadi dunia yang kita kejar tersebut alangkah lebih bijaksananya bila mampu untuk menunjang kehidupan kita kelak di akhirat. Apapun yang kita lakukan di dunia ini sejatinya dibatasi oleh waktu yang berjalan secara cepat tanpa kita sadari. Oleh karena itu cara kita dalam mengejar duniapun juga harus berlandaskan anjuran dan tuntunan yang sudah digariskan sebelumnya.

Kemudian yang berikutnya adalah Menjadikan ibadah sebagai kebutuhan bukan kewajiban. Pernah suatu hari 'Aisyah r.ah. tidak mendapati Rasullullah SAW di ranjang pada suatu malam. Dengan penuh kepanikan 'Aisyah r.ah. mencari Rasullullah SAW kesana kemari. Dan begitu beliau menemukan Rasullullah SAW sedang melakukan sholat malam hati 'Aisyah r.ah. menjadi tenang kembali. Begitu Rasullullah SAW selesai melakukan sholat 'Aisyah bergegas bertanya kepada Rasullullah SAW, "Ya Rasul, mengapa kau dini hari begini masih saja bangun lalu mengerjakan sholat? Bukankah seluruh hidup dan matimu sudah dijamin oleh Allah SWT? Dan bukankah seluruh dosa - dosamu sudah ditangguhkan oleh Allah SWT?" Dengan senyum di wajah Rasullullah SAW menjawab, "Aku beribadah sebagai rasa syukurku atas segala nikmat yang Allah SWT perkenan berikan kepadaku hingga saat ini." Begitulah, saat kita telah merasakan kenikmatan dalam beribadah kita tidak akan mau untuk melepaskannya barang sedetikpun. Dan menjadi pribadi yang mau dan mampu untuk menjadikan ibadah sebagai suatu kebutuhan memerlukan waktu yang tidak sebentar, usaha yang tidak mudah, dan keinginan serta keyakinan yang tetap terjaga.

Lalu yang terakhir adalah Meyakini segala hal yang ada di dunia ini sudah digariskan oleh Allah SWT dengan demikian tidak ada lagi kekalutan di dalam diri kita untuk menjalani setiap takdir yang Allah SWT tuliskan kepada kita. Karena hal itu adalah takdir Allah SWT dan kita yakini hal tersebut merupakan yang terbaik dari Allah SWT untuk kita. Bukankah saat kita berada di dunia segala hal yang kita butuhkan akan disediakan oleh Allah SWT? Dan bukankah saat kita berada di dunia tugas kita hanya mencari, bukan memaksa? Keyakinan akan hal tersebut akan dapat terjadi bila kita memiliki tingkat pemahaman serta pengertian yang mendalam tentang agama.

Wallahua'lam bis shawab...

Filosofi Pensil

Subhanallah... Alhamdullillah... Allahu Akbar... Sungguh Maha Besar Allah SWT yang telah menjadikan hidup dan kehidupan ini menjadi ada dan bermakna. Semua yang ada di dalamnya memberikan ilmu, pengalaman, serta pemahaman agar diri kita menjadi lebih baik lagi ke depannya. Semua bergantung kepada pemahaman kita selaku hamba Allah SWT yang (katanya) memiliki kesempurnaan dibandingkan dengan makhluk - makhluk Allah SWT lainnya. Padahal sejatinya, kita tidak ada apa - apanya bila kita tidak mau melandaskan segala perlakuan kita kepada Al - Qur'an dan As - Sunnah. Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita bersama Baginda Nabi Besar Muhammad SAW beserta keluarganya, para sahabatnya serta kita sebagai pengikutnya. Kekasih Allah SWT yang menjadi junjungan kita dalam hidup bermasyarakat, pemimpin kita yang menjadi suri tauladan dalam setiap tingkah perlakuan kita untuk menuju kesempurnaan hidup yang telah beliau ajar dan tunjukkan.

Banyak hal di dunia ini - bahkan di sekitar kita - yang mampu untuk kita ambil hikmah dan pelajarannya. Kita mungkin akan sangat memperhatikan sesuatu yang jauh, hebat, dan terkenal. Tetapi apakah kita masih juga memperhatikan sesuatu yang sederhana dan kecil? Karena sejatinya semua yang jauh, hebat, dan terkenal itu awalnya berasal dari sesuatu yang sederhana dan kecil. Banyak sekali hal - hal kecil dan sederhana yang mampu menjadikan kita sesuatu yang besar, hebat, dan terkenal nantinya. Contoh yang paling sederhana adalah pensil. Pernahkah kita belajar sesuatu dari sebatang pensil?

Subhanallah... Maha Suci Allah SWT atas segala penciptaan dan kuasa - Nya di muka bumi ini. Sesuatu yang sangat sederhana seperti pensil tersebut jika diperhatikan secara seksama mampu memberikan 5 keistimewaan dalam hidup. Lima keistimewaan tersebut adalah:
Pertama - Pensil mengingatkan kalau kita bisa berbuat banyak hal dalam hidup ini. Layaknya pensil ketika pensil kita jangan pernah melupakan bahwa ada tangan - tangan tak kentara yang selalu membimbing langkah kita dalam hidup ini. Yakini dan percayalah hanya Allah SWT yang akan selalu membimbing kita, dengan demikian hanya Dialah tempat kita kembali. Hanya Dialah tempat kita memohon pertolongan.
Kedua - Dalam proses menulis kita terkadang beberapa kali harus berhenti dan menajamkan kembali pensil kita dengan rautan, silet, ataupun hal lainnya bergantung kepada pensil yang kita miliki. Rautan, silet, dan lain sebagainya tersebut pasti akan membuat si pensil menderita. Tetapi setelah proses meraut pensil tersebut selesai si pensil akan mendapatkan ketajamannya kembali. Sama dengan kita yang harus menerima rasa sakit, sedih, susah, dan segala macam penderitaan agar kita menjadi orang yang lebih baik lagi bila itu semua kita hadapi dengan bijaksana, sabar, adil, dan pasrah.
Ketiga - Tulisan yang salah saat kita menulis dengan pensil mampu kita hapus dengan menggunakan penghapus, kemudian kita dapat memperbaiki kesalahan kita tadi dengan tulisan yang benar. Segala kesalahan dalam hidup ini sejatinya dapat membuat diri kita tetap berada di jalan yang benar. Diri kita yang melakukan kesalahan janganlah ragu untuk meminta maaf serta berusaha untuk memperbaikinya.
Keempat - Arang yang ada di dalam pensil adalah bagian terpenting dari sebuah pensil. Dan bagian terpenting dari seorang manusia bukanlah bagian luarnya melainkan hati manusia itu sendiri. Oleh karena itu sikap selalu berhati - hati dan menyadari segala hal yang ada di dalam diri merupakan intepretasi dari bagian terpenting manusia itu sendiri.
Kelima - Pensil baik ketika menulis atau terhapus selalu meninggalkan goresan. Seperti halnya kita, kita juga harus menyadari bahwa setiap tindak tanduk kita akan meninggalkan goresan dan kesan bagi kehidupan dan terlebih bagi orang lain. Oleh karena itu selalu berhati - hati dan sadar diri terhadap setiap tundakan kita.

Could us?

5.12.12

Cerita Bersambung - Cinta dan Pengorbanan

DEMI CINTA (III)

STARLIGHT TEARS (I'LL BE WAITING FOR YOU) - KIM YU KYUNG

Seh hayan byulbit chi... Noonmooleul gamssayo...
Ddaddeut han barameh... Noonmooli nehlyuhyo...
Geudeh neuggi nayo...
Joyonghi soksak ineun... Geudeleul hyanghan i ddullimeul...

Hayan jongi wi eh... Geudel geulyuhyo...
Ddaddeut han misoga... Nal ana joonehyo...
Igeh sarangin gayo...
Doo nooneul gama bwado... Geudeh man bo ineun gulyo...

(*)
I’ll be waiting for you...
Geudel gidal lilggehyo...
Duh isang apeun noonmool... Bo iji aneullehyo...
You let me know... Guhjitmal gatteun sarang...
Nochi aneul guh ehyo... Balo geudeh ni ggayo...

Geudeh eh gi uk... Sokeul gutgo issuhyo...
Gaseum sok gadeukhi... Noonmooli goyuhyo...
Na udduhkeh gajyo...
Ggoomsok ehsuhdo jocha... Geudeleul geuli wohehyo...

(*)

Nal balabwa jwoyo... Juhgi juh byuldeul chulum...
Neh mameh geudehga dwehuh jool soo ubnayo...

(*)

**********************************************************************************
(I'm not writing it as a long story, but only a few words to describe. And there is depends on our how to describe it. I hope all of us can enjoy it...)

"Hitam berjelaga kembali membayang
Kenangan terindah jatuh pada kehampaan
Yang ingin dilupa tetapi tetap dikenang
Saat bersama kisah yang tak sempurna

Menahan kisah dalam dada
Menahan tangis dalam jiwa
Menahan tawa untuk dikenang
Menahan rasa yang luar biasa

Untuknya semua yang teraih
Untuknya semua yang tak pasti
Atas nama cinta yang memberi arti
Untuk bersyukur dan berterima kasih akan tawa yang diberi

Dua gerhana terlewati
Menanti tawa yang kini kembali
Kini cinta telah kembali
Semai bahagia di dalam diri

Sejak saat itu...
Akulah milikmu
Engkaulah cintaku
Ku temukan hidupku

Sejak saat itu...
Ragaku menyatu
Sukmaku berlabuh
Jiwaku tak keruh

Sejak saat itu...
Tawamu temani
Suaramu selami
Dirimu hiasi

Kata orang kita adalah satu
Kita serasi untuk bersatu
Bagaikan mawar dengan tangkainya yang tajam
Atau bintang yang temani rembulan terang bercahaya

Hangatkan diri eetelah mati
Sekian lama ku nikmati masa penuh dicaci
Tapi kini hal itu tak lagi berarti lagi
Mungkinkah ini yang telah lama kunanti?

Kita memang berbeda
Semua tak sama dan itu jelas terbayang
Satu hati menggantung di langit surgawi
Menanti untuk kita miliki lagi

Semua rasa itu pasti
Tak ada dalih dalam hati yang bebani
Bukan bermaksud tinggikan hati ini
Tetapi memang itulah yang terjadi

Tangis ini kunikmati
Tawa ini akan kunanti
Cinta ini telah kuberi
Untuk kita kini dan nanti

Jangan paksaku untuk berpaling
Karenaku telah memilih
Selebihnya bukan hakku untuk berkata
Karena ku bukanlah siapa

Masih teringat jelas di dalam hati dan diri
Malam itu... Saat kita berdua di surauku ini
Sedikit kata yang terucap tak membuat kita sepi
Ku menyerahkan diriku kepelukanmu...

Wangi tubuhmu saat kita dekat
Jemariku lentak menahan kau untuk tetap disana
Lembut dirimu saat kita berdua lekat
Tak ada batas antara kau dan aku

Masihkah kau ingat?
Karena aku tak melupakan
Apa yang kaurasakan saat itu?
Karenaku sungguh menikmatinya

Bulan sabit terang menanti di ufuk bumi
Tidak untuk dicaci karena suatu saat nanti
Karena kau telah memilikiku sejak kita berdua tak lagi terpisah
Hingga kini dan nanti, hingga takdir menanti"

The End...

Cerita Bersambung - Cinta Dan Pengorbanan


DEMI CINTA (II)

Hari berganti hari Tria dan Akbar semakin menunjukkan kedekatan yang sangat intim. Seperti tidak ada yang terjadi di antara mereka sebelumnya. Memang mereka adalah pasangan yang saling melengkapi. Setidaknya begitulah yang dikatakan orang – orang yang mengenal mereka dengan baik. Saat Tria membutuhkan ataupun sedang ingin sendirian, Akbar dengan mudah dan penuh perhatian mampu untuk memberikannya. Begitu juga dengan Akbar, bila Akbar sedang merindu dengan sangat ataupun sedang sibuk dengan segala aktivitasnya Tria mampu untuk mengerti. Tidak ada rasa saling menyalahkan dari mereka berdua seperti kebanyakan pasangan yang sudah menjalin hubungan dengan begitu lama. Mungkin perbedaan jarak 5 tahun di antara mereka memegang peranan penting dalam kedewasaan mereka dalam menjalin hubungan ini, tetapi satu yang pasti adalah mereka mendasarkan semuanya atas dasar cinta, kepercayaan, dan komitmen yang kuat antara mereka. Itulah yang membuat mereka mampu bertahan di tengah segala kesulitan dan masalah yang menimpa mereka.
Pernah suatu waktu mereka Akbar dan Tria berdebat tentang suatu masalah. Menurut teman – temannya mereka sampai bertengkar hebat yang menyebabkan terancamnya hubungan mereka. Untuk sebagian besar orang mungkin perpisahan adalah pilihan yang paling logis, tetapi tidak dengan Tria dan Akbar. Mereka tetap bersabar dan mampu untuk menyelesaikan permasalahan mereka dengan kepala dingin, sehingga hubungan mereka masih terselamatkan hingga sekarang. Tria menolak untuk menyebut hubungan mereka itu sebagai pacaran, sedangkan Akbar tidak pernah mempermasalahkan hal itu sama sekali. Terpenting bagi mereka berdua adalah hati mereka yang berbicara, dan sejauh yang dilihat kebanyakan orang hati mereka terikat antara satu dengan yang lainnya. Pernah suatu waktu seorang kawan bertanya kepada mereka berdua di waktu yang terpisah tentang status hubungan mereka dan bagaimana mereka merencanakan hubungan mereka ke depannya, dan hebatnya jawaban mereka pun hampir selalu sama: “Aku pasrahkan semuanya kepada Allah SWT. Yang jelas bersama dengan dia setiap waktu itu sudah cukup bagiku. Mendengar kabar darinya setiap hari, berkirim pesan setiap hari, ataupun menghabiskan waktu bersama dengan dirinya sudah menjadi anugerah terindah yang pernah aku miliki.
“Jujur aku sering memikirkan tentang hubungan kita ke depannya kelak, tetapi aku tidak mau berandai – andai terlalu jauh. Karena aku tidak mau mendahului kuasa Allah SWT atas diri kami. Sehingga bila suatu saat kita tidak ditakdirkan bersama – aku selalu berdoa dan berharap itu tidak akan pernah terjadi – aku tidak menyesal sedikitpun. Karena aku sudah berusaha untuk menjadi yang terindah baginya saat dia memiliki waktu bersamaku. Aku pasrahkan semuanya. Tolong doakan saja kita berdua... Semoga kita memang ditakdirkan bersama, sehingga segala macam ujian hidup dan ujian cinta yang kita lalui nantinya akan semakin menguatkan cinta kita bukan malah membuat kita terpisah.” Sungguh jawaban yang sangat bijak dari mereka berdua. Entah apakah ini pertanda sesuatu atau tidak, yang jelas mereka telah mengajarkan arti cinta yang sesungguhnya kepada mereka – mereka yang mengenalnya.
         Aktivitas Tria malam hari ini hanya berkutat di meja belajar dengan buku – buku pelajaran dan notebook yang sedang menyala. Lantunan lagu – lagu R&B mengalir dari notebook – nya menemani Tria mengerjakan segala aktivitasnya saat ini. Sesekali Tria melihat layar handphone – nya memastikan tidak ada panggilan ataupun pesan yang terlewatkan. Banyak sekali pesan yang masuk saat itu. Baik dari teman – temannya, ataupun orang yang tertarik dengan dirinya. Tetapi tetap saja Tria tidak menggubris mereka, karena fokus dan perhatiannya saat ini hanya pada tugasnya yang harus diselesaikan untuk esok pagi.
Tak terasa malam semakin larut dan tubuh Tria sudah tidak tahan lagi untuk segera direbahkan. Tria melihat jam yang menggantung di atas kamar tidurnya dan memang saat ini sudah dinihari. Tepat pukul 01.00 dinihari Tria membereskan semua peralatannya saat itu dan menyiapkan segala keperluan untuk esok pagi. Setelah menunaikan sholat malam Tria bergegas untuk beristirahat. Setelah mengirim pesan untuk seseorang dia segera berdoa dan lalu bergegas untuk tidur.
“Teng... Teng... Teng...” Bel istirahat berbunyi, bergegas semua siswa berlari menuju kantin untuk memuaskan lapar dan dahaga mereka. Tak terkecuali dengan Tria. Sesaat setelah dia merapikan buku catatan dan mengambil dompatnya dari dalam tas Tria bergegas menuju kantin dengan ditemani teman – teman karibnya selama di sekolah. Baru beberepa langkah meninggalkan kelas perhatian Tria terhenti karena dia mendengar namanya dipanggil seseorang dari arah belakang. Tak lama setelah itu Tria berhenti dan mencari asal muasal suara. Dan betapa kagetnya dia karena yang memanggil dirinya adalah seseorang yang selama ini sangat dia harapkan. “Ndra... Kamu yang panggil aku?” Tanya Tria membuka pecakapan.
“Ya Tri, kenapa? Ehm... Kamu gimana kabar?” Sahut Hendra dengan wajah tersipu malu.
“Baik. Kamu sendiri? Tumben nih nemuin aku, ada apa?” Selidik Tria.
“Gakpapa, Cuma sekedar lewat terus ketemu kamu deh, jadinya sekalian aja gitu. Lagian kita kan udah lama gak ngobrol bareng. Kenapa? Ada yang marah tah? Kamu lo semalem sms aku gak jelas ngucapin met bobok.” Jawab Hendra tak kalah menyelidik.
“Hah... Ya ta? Masa? Salah kirim aku Ndra, maaf. Ngaco, mang sapa yang marah? Gak ada kok.” Jawab Tria sekenanya dan terburu – buru.
“Ehm... Tri, kita ngantin dulu aja lah ya. Udah pada laper nih, ntar kamu susul kita aja di kantin. Jack kayak biasanya ya. Gak enak juga ganggu kamu disini.” Kata Dhina salah satu kawan Tria yang ikut dalam rombongan menuju kantin saat itu.
“Eh ia...” Spontan Tria memberikan ijin kepada kawan karibnya tersebut.
“Ok Tri, dah Ndra...” Jawab Dhina sambil lalu menuju kantin yang dimaksud bersama dengan kedelapan temannya yang lain.
Hendra dan Tria hanya melambaikan tangan menyambut kepergian Dhina dan kawan – kawannya tersebut. Tak beberapa lama kemudian terjadi keheningan di antara mereka. Seakan canggung siapa dulu yang harus memulai percakapan ini. Setelah beberapa lama mereka berdua berdiri entah siapa yang memulai ada inisiatif dari mereka untuk duduk. Sejurus kemudian mereka mencari tempat duduk di halaman salah satu kelas yang kebetulan saat itu sedang tidak banyak siswa yang ada disana. Dengan melihat beberapa siswa bermain sepak bola di lapangan yang menjadi satu – satunya pemandangan saat itu Hendra dan Tria melanjutkan pembicaraan mereka saat itu. Pembicaraan mereka mengalir bagaikan air. Mereka tak mempedulikan sedikitpun beberapa kawan mereka yang sedang berlalu lalang di sekitar mereka. Sesekali tawa mereka berdua membahana menjadi melodi indah pada masa SMA yang tak kan terlupakan.
Pada malam hari di hari yang sama, Akbar tidak bisa tidur dengan nyenyak. Entah mengapa pikirannya tertuju pada Tria. Beberapa hari yang lalu entah mengapa tiba – tiba Tria memintanya untuk melupakannya. Memasrahkan apa yang terjadi kehadirat Allah SWT dan jangan terlalu dalam untuk mencintai dirinya. Sontak permintaan ini membuat Akbar berpikir dengan keras. Apa yang sebenarnya ada di dalam pikiran Tria. Mungkin ini karena efek siklus bulanan wanita, tetapi waktu telepon terakhir kali untuk bulan ini Tria belum mengalaminya. Lalu mengapa dia seperti itu? Suasana kalut menyelimuti hati dan pikiran Akbar saat itu. Tetapi Akbar masih mencoba untuk berpikiran positif. “Yah mungkin dia lagi stres gara – gara ujian.” Begitu yang selalu dia dengung – dengungkan dalam hati.
Di depan layar notebook – nya Akbar tak bisa tenang untuk berbuat apa – apa. Hati dan pikirannya tertuju pada Tria jauh disana. Ini sudah malam kesekian dia merasakan hal seperti ini. Ada apa gerangan. Dada bagian kanannya entah mengapa terasa sakit, tak mungkin sakit itu adalah sesuatu yang kebetulan semata. Berulang – ulang pikiran negatif muncul dari dalam dirinya tetapi berulang – ulang pula Akbar mencoba menyingkirkannya dengan stigma – stigma postif yang dibangunnya. Apa mungkin ini semua karena dia sangat merindukan Tria? Mereka memang tidak memiliki banyak waktu untuk bersama. Hanya kepercayaan dan keyakinan akan masa depan yang membuat Akbar tetap mampu bertahan sampai detik ini. “Besok aku akan ke sekolah, aku akan membuat kejutan untuknya dengan kehadiranku.” Begitu tekadnya dalam hati.
Tak lama kemudian dia bergegas meninggalkan notebook – nya tetap menyala. Malam itu dia sedang membuat sesuatu untuk Tria. Itung – itung sebagai permohonan maaf setulus hati. Dia bergegas untuk pergi tidur. Setelah selesai sholat dan mengirim pesan untuk Tria dia bergegas memejamkan matanya sembari berharap esok hari agar cepat datang karena dengan demikian dia mengerti bahwa Allah SWT masih memberikan kesempatan kepada dirinya untuk beribadah.

To be continue...

29.11.12

Cerita Bersambung - Cinta dan Pengorbanan


DEMI CINTA (i)

Pagi ini tidak seperti biasanya dibandingkan dengan pagi sebelum – sebelumnya. Terutama bagi Akbar yang menghabiskan banyak sekali waktu untuk mendapatkan kembali cintanya. Setelah sekian lama Akbar mencoba dan berusaha untuk meluluhkan kembali hati kekasihnya kini tiba kesempatan yang kedua kali dalam hidupnya untuk memperbaiki segala kesalahan kepada kekasihnya. Masih teringat jelas kata – kata Tria – wanita yang dicintainya – di telepon kemarin malam, “Kamu masih cinta aku? Aku juga menyadari segala kekeliruanku dulu, mau kita coba lagi semuanya dari awal?” Sontak perkataan itu langsung di – iya – kan oleh Akbar yang memang sudah sedari lama menanti hal tersebut keluar dari mulutnya.
Jalanan kota Surabaya yang pagi itu diguyur hujan tidak menyurutkan langkah Akbar. Dia tetap semangat untuk menjalani harinya saat ini, terlebih siang nanti Akbar memiliki janji untuk makan siang bersama dengan Tria di warung dekat dengan SMA mereka dahulu. Watung kenangan mereka saat mereka menghabiskan malam bersama dengan kawan – kawan sekolah mereka saat itu. Selang beberapa menit kemudian Akbar telah sampai berada di kantor, dan sesegera mungkin dia menuju ke ruang kerjanya.


Tepat pukul 12 siang Akbar meninggalkan kantor untuk menuju ke tempat janjian dengan Tria. Keyakinan dan kebahagiaannya membuncah karena sesaat sebelum berangkat nada dering favoritnya berbunyi dan setelah dia lihat itu adalah pesan singkat dari Tria:
        Mas ntar jadi kagak? Sms lagi ya sebelum berangkat :)
        - Tria -
Akbar terus memandangi pesan tersebut dengan lekat sebelum membalas singkat yang menyatakn bahwa dia baru akan keluar kantor. Dan tepat pukul 12.45 siang hari itu Akbar sudah berada di tempat janjian mereka sesuai dengan kesepakatan sebelumnya. Sejurus kemudian Akbar memesan teh botol yang menjadi minuman mereka saat itu. Setelah menerima pesanannya Akbar duduk di tempat yang biasa mereka duduki dulu. Untung saja tempat itu kosong dan siang itu juga sepi tidak seperti biasanya.
Sambil menunggu kedatangan Tria sesekali Akbar kembali melihat isi pesan di dalam ponselnya. Pesan dari Tria yang beberapa masih dia simpan hingga sekarang. Kalau diperhatikan secara seksama sesekali Akbar akan tersenyum, berwajah tegang, atau terlihat sedih dalam waktu yang hampir bersamaan. Tak jarang pula sesekali dia melamun tentang sesuatu. Hanya Allah SWT dan dirinya sendiri yang tahu apa yang sedang dipikirkannya saat itu. Terlebih lagi lagu yang diperdengarkan di watung tersebut juga sangat mendukung suasana hati Akbar saat itu. Matahari yang enggan menampakkan dirinya siang ini seakan menjadi pertanda bahwa alam juga mendukung apa yang Akbar rasakan saat itu.
Sudah hampir dua jam Akbar menunggu dan sudah sekitar 4 sampai 5 botol teh yang sudah Akbar habiskan, tetapi Tria tak kunjung datang. Sesekali Akbar meregangkan tubuhnya dengan berjalan – jalan dan menengadahkan kepalanya ke langit. Mendung... “Ya mungkin Tria kehujanan. Aku harap dia tidak kenapa – napa.” Begitu pikir Akbar dalam hati.


Saat itu suasana hati Tria sedang tidak menentu. Ada beberapa sisi yang sedang menganggu hati dan pikirannya saat itu. Sisi yang pertama dia senang dan sudah berani untuk memutuskan kembali ke pelukan Akbar yang juga dia cintai sepenuh hati. Sisi yang kedua adalah dia hari ini sangat – sangat badmood karena adanya tambahan pelajaran sekolah serta tugas – tugas yang menumpuk sebagai bahan tambahan materi untuk mempersiapkan dirinya dalam menghadapi ujian nasional sekitar 6 bulan lagi. Dan sisi yang terakhir adalah dia bertemu dengan Hendra di kantin sekolah saat jam istirahat berbunyi.
Sejatinya tidak ada sesuatu yang spesial dari diri Hendra, tetapi tidak tahu mulai kapan Tria menyimpan perasaan terhadap Hendra. Perasaan yang Tria sendiripun tidak tahu bagaimana menjelaskannya? Suka? Cinta? Kagum? Entahlah... Yang jelas Tria sangat menunggu respon dari Hendra. Sebagai seorang wanita pemalu serta wanita berharga diri tinggi Tria tidak mau untuk membuka percakapan terlebih dahulu.
Sejauh perjalanan menuju ke parkiran sekolah yang ada di kepala Tria hanya segala sesuatu tentang Hendra. Entah mengapa pikiran tersebut muncul dan entah sejak kapan Hendra datang lagi di kehidupannya. Lagi? Ya... Dulu memang Tria dan Hendra sempat memiliki cerita indah jaman SMA berdua. Tetapi sejak beberapa saat ini hubungan keduanya pun merenggang, dan sejak saat itu tidak ada komunikasi lagi antara Hendra dengan Tria. Setelah sampai di parkiran sekolah tanpa sadar Tria mengeluarkan ponselnya dan mengirim pesan kepada seseorang. Setelah pesan tersebut berbalas tak lama kemudian Tria langsung bergegas pulang.


Akbar yang sedari tadi menunggu Tria dikejutkan dengan bunyi nada dering ponselnya. Ada pesan yang masuk ke dalam handphone – nya tersebut. Pesan dari Tria. Dengan penuh perasaan membuncah dia bergegas buka isi pesan tersebut:
Mas... Mas ada dimana? Maaf ya hari ini gak jadi dulu kita keluarnya. Lha aku tiba – tiba
        dapat pelajaran tambahan, terus tugasku juga banyak. Mana besok ada yang udah harus
        dikumpulin juga :( Gakpapa kan? Lain kali aja ya kita keluarnya... Aku capek, pengen istirahat
        dulu. Yayayayaya? :(
Akbar hanya tersenyum melihat pesan itu. Dia sungguh sangat senang sekali akan hadirnya pesan tersebut. Dia bergegas untuk kembali juga setelah dia mengetikkan beberapa kata untuk membalas pesan dari Tria tersebut:
hahahahahahaha .. tenang aja lgi , kyak apaan aja ceh ? beibi skarang lgi cpek ngets yah ? ehm
        .. ndang istirahat aja ya . jngan lpa maem, mandi, sholat, ama dzikranny syank. Yah? Ttep
        smangat kan ini ? smangat syank .. haphaphap !! love you 


To be continue ...

25.11.12

Jangan Menyerah...

Saat bersamamu...
Kapanpun itu...
Mengapa aku mampu
Mencari perbedaan darimu

Perbedaan yang membuatku semakin mencintaimu
Perbedaan yang menjadikan kau cinta terakhirku
Perbedaan yang membuatku jatuh hati padamu
Perbedaan yang menjadikan kau pelabuhan terakhirku

Saat bersamamu
Adalah saat bahagiaku
Bersama dirimu selalu
Adalah lantunan doa dan harapku

Mungkin bingung saat kau mendengar
Mungkin bosan saat kau mendengar
Mungkin keruh saat kau melihat
Mungkin bimbang saat kau pikirkan

Tapi... Saat ku berkata
"Kau terlihat cantik"
"Aku mencintaimu"
"Aku memilihmu"

Atau saat kau menatapku
Dan lagi kau mendengar
"Engkau satu - satunya cintaku"
"Aku bersyukur memiliki waktu bersamamu"

Adalah kata yang keluar dari hati
Adalah benar apa yang terasa dari hati
Adalah rasa yang membuncah di dalam diri
Adalah darah yang mengalir di dalam nadi

For you... Good luck...


Seperti engkau yang sedang berjuang disana
Akupun juga akan berjuang disini
Yakinku indah untuk takdir kita nantinya
Karena habya kau yang kupinta untuk temani diri

Seperti engkau yang sedang berjuang disana
Meraih mimpi dan cita - citamu terlaksana
Doaku untukmu membahana
Agar Allah SWT memudahkan langkah kakimu meraihnya

Seperti engkau yang sedang berjuang disana
Akupun juga akan berjuang disini
Bukan untuk siapa - siapa di luar jiwa
Tetapi untuk kembali kepada - Nya yang Maha Memberi

"I love you the women I gave her ring in her left ring finger. Because only you the women I did it."

24.11.12

Tiada Lurus Iman Seseorang Hamba Sehingga Lurus Hatinya, Dan Tiada Lurus Hatinya Sehingga Lurus Lidahnya

Sesungguhnya niat baik harus dilakukan dengan cara yang baik. Selayaknya sebuah koin, bidang yang satu tidak akan memiliki arti jika bidang yang lain tidak bersinggungan. Dan seperti koin di atas. manusia yang memiliki akal dan kemampuan berlebih dari Allah SWT merupakan anugerah dan amanah yang suatu saat nanti akan dimintai pertanggung jawabannya kelak di hadapan Allah SWT. Sementara itu keinginan manusia yang selalu ingin menguasai dan berada di puncak dunia merupakan salah satu bidang lainnya.

Hal itu tidak mengakibatkan kita harus menahan setiap keinginan kita dan menjadi "Manusia Suci" yang melewatkan dunia dan hanya memikirkan akhirat. Bukankah dunia ini hanyalah sarana yang menjadikan kita sebagai pribadi yang lebih hati - hati serta menahan keinginan diri kita yang tak biasa? Suatu saat nanti kita pasti kembali, lalu mengapa kita selalu memikirkan dunia? Menjaga iman dan keislaman apapun yang Allah SWT takdirkan kepada kita adalah anugerah terindah dari Allah SWT bagi hamba - hamba pilihan - Nya di muka bumi. Kesabaran, keikhlasan, serta ketaqwaan yang tetap dan istiqomah adalah bukti cinta Allah SWT kepada hamba - hamba pilihan - Nya, yang tentunya tidak semuanya mendapatkan. Tugas kita adalah untuk mencarinya, dan memintahya kepada Sang Maha Hidup...

Menjaga seluruh yang ada di diri kita hanya untuk beribadah kepada Allah SWT adalah tanggung jawab dan harga yang harus dibayar untuk cinta Allah SWT yang sangat besar dan melebihi segala ekspektasi kita. Semua akan berbayar indah sesuai dengan apa yang kita inginkah, semuanya tergantung kepada apa yang kita lakukan dan sejauh mana kita mau berusaha untuk mendapatkannya. Dan khilaf utama seorang manusia berada di mulutnya. Mulut manusia merupakan senjata bagi orang beriman dan bertaqwa untuk beribadah dan berdakwah, tetapi bagi sebagian yang lain mulut hanyalah sebagai penghias wajah semata guna menunjukkan kesempurnaan kita sebagai manusia dipandang dari segi fisik kita semata. Bahkan dalam salah satu hadist Rasullullah SAW pernah bersabda yang bunyinya: "Tiada lurus iman seseorang hamba sehingga lurus hatinya, dan tiada lurus hatinya sehingga lurus lidahnya (berkata benar)." (HR. Ahmad)

Bisakah kita???

We Will Not Go Down

Terjadi lagi... Sekian lama tak pernah terjadi mengharapkan damai yang tak kunjung datang
Dentuman senapan dan senjata laras panjang yang membahana
Memancarkan kekalutan pada mereka - mereka dalam mimpi di malam terang
Rasa getir dan dendam yang membuncah membutakan mata setiap mereka yang ada di sana

Derap langkah kaki ribuan jiwa menerkam cinta yang membuncah di tanah penuh rahmat
Dengan berpikul lara mengungsi menyelamatkan jiwa demi meraih cita yang terpendam
Untuk melangkah dengan damai menuju ke keabadian semesta
Mungkinkah?

Seru tawa perdamaian membahana
Lalu mengapa masih ada darah yang bercucuran?
Yakin kuatan diplomasi mereka yang berkuasa
Lalu mengapa tak ada mimpi?

Apakah ini kehendak - Nya? Yang menjadikan Tanah Suci Palestine menjadi ladang nyawa tanpa henti?
Bukankah takdir bisa berubah sesuai dengan kehendak serta doa jiwa yang terpuji?
Ataukah ini hanya sifat menguasai dari diri manusia suci?
Menganggap benar apa yang dilakukan dengan berdalih pada dogma - dogma sesaat

Tak bisakah kita nyanyikan lagu selamat pagi dunia dengan tangan menggenggam satu dengan lainnya?
Tak pedulikan hitam, mata sipit, terbelakang disekitar kita
Tak bisakah kita berpelukan bercengkrama kuat bersama dengan jiwa yang membuncah tentang kata: "PERSAUDARAAN"?
Tak pedulikan darimana kita berasal sedia kala

Entah apa yang harus kukata
Ku hanya bisa merasa
Ku tak ingin menjadi sepi
Ku hanya inginkan damai

Entah apa yang harus kulakukan?
KU tak bisa berkata karena ku bukan siapa
Banyak sekali yang harus dipertaruhkan
Tapi mengapa kita tidak yakin akan ketetapan - Nya yang Esa?

"Ya Allah... Apakah ini takdir - Mu untuk kami/
Ataukah karena keegoisan kami semata yang memperturutkan segala keinginan dari diri
Bimbing kami menuju agar bahagia berada di sisi - Mu
Karena sesungguhnya hanya Engkau tempat kami mengadu, dan hanya Engkau tempat kami memohon pertolongan

"Ya Allah Ya Rabb... Tuhan seru sekalian alam...
Lindungilah mereka yang berada di garis depan perjuangan
Lindungilah mereka selaku saudara seimanan dan seperjuangan
Dan berikan ketetapan - Mu yang terbaik untuk mereka

"Ya Allah... Berikan kekuatan - Mu kepada kami
Untuk menjalani takdir, dan mereih mimpi - mimpi kami
Kuatkan keimanan kami
Karena sesungguhnya hanya Engkau tempat kami kembali"

Rabbana 'atina fiddunya khasanah, wa fil akhirati khasanah, wa kinna adza bannar...
Barakallah ya Rabb... Barakallah ya Rabb... Barakallah ya Allah...
Amin... Amin... Ya Rabbal alamin...

************************************************************************************************
WE WILL NOT GO DOWN (GAZA TONIGHT)
Michael Heart

A blinding flash of white light
Lit up the sky over Gaza tonight
People running for cover
Not knowing whether they’re dead or alive

They came with their tanks and their planes
With ravaging fiery flames
And nothing remains
Just a voice rising up in the smoky haze

We will not go down
In the night, without a fight
You can burn up our mosques and our homes and our schools
But our spirit will never die
We will not go down
In Gaza tonight

Women and children alike
Murdered and massacred night after night
While the so-called leaders of countries afar
Debated on who’s wrong or right

But their powerless words were in vain
And the bombs fell down like acid rain
But through the tears and the blood and the pain
You can still hear that voice through the smoky haze

We will not go down
In the night, without a fight
You can burn up our mosques and our homes and our schools
But our spirit will never die
We will not go down
In Gaza tonight

23.11.12

Love Short Story - Not All Men As You Can Imagine


KU INGIN KAU TAHU ...

Langkah kaki berhamburan sesaat setelah bel sekolah berbunyi pada saat itu. Semua siswa yang ada di sekolah itu bergegas untuk keluar kelas dan menuju kembali ke rumahnya masing – masing. Tak jarang pula melihat beberapa anak yang masih dengan santainya mengobrol dengan karibnya atau masih nongkrong di pelataran kelasnya masing – masing. Banyak sekali yang mereka lakukan. Mulai dari membuka handphone, sekedar mengenakan jaket, atau memeriksa kembali perlengkapan di dalam tas mereka.
Surabaya saat itu sungguh terik sekali. Temperatur udara di sini menunjukkan angka 35˚ C. Hujan yang tak kunjung datang menjadi andil temperatur udara Surabaya berada di kisaran tersebut, padahal menurut kalkulasi yang dulu sempat diajarkan di sekolah memasuki bulan – bulan November ini seharusnya Surabaya sudah diguyur hujan. Tetapi sampai detik ini belum ada tanda – tanda hujan akan datang.
Cuaca seperti itu tidak menyurutkan semangat Ita. Dengan santainya dia mengenakan jaket yang ada di dalam tas sekolahnya lalu beranjak keluar dari kelas. Perhatiannya langsung tertuju kepada seorang pemuda yang sedang menunggunya di depan gerbang sekolah. Tak beberapa lama kemudian dengan langkah cepat dia menuju ke gerbang sekolah yang dimaksud tanpa mengindahkan berbagai sapaan maupun teguran dari kawan – kawannya yang mencoba untuk menarik perhatiannya. Ita hanya tersenyum kecil membalas perlakuan mereka kepadanya tersebut. “Hai mas, sudah lama nunggu ya?” Sapa Ita sesaat setelah dirinya berada di gerbang sekolah.
“Oh hai Ta, gimana tadi skulnya? Bisa kan?” Jawabku yang menunggu Ita sedari tadi
“Alhamdullillah mas, bisa. Tadi kelompokku maju presentasi fisika. Hehehe... Lucu kamu ceritanya mas, ntar aja ya aku critain. Sekarang mau ngapain lagi nih? Yuk ndang berangkat, aku malu nih di liatin temen – temen nantinya.” Jawab Ita sambil mengambil helm dan langsung memakainya tanpa disuruh.
“Ok, pegangan ya. Ini langsung pulang kan? Siap deh kalo gitu Ta.” Aku mengakhiri.
Di perjalanan yang hanya berjarak sekitar 4 sampai 5 menit dari sekolah tidak ada percakapan yang terjadi di antara mereka berdua. Aku tidak tahu mengapa tiba – tiba tersenyum sendiri, membayangkan seluruh kejadian yang baru saja terjadi serta khayalan – khayalan yang menggelayut nakal di pikirannya. Sedangkan Ita hanya diam tanpa berkata sedikitpun. Hanya Allah SWT dan dirinya yang tahu apa yang ada di pikirannya saat itu. Hal tersebut sangat wajar bagi kami berdua, karena hampir kami tidak pernah mendapatkan waktu sedemikian rupa. Apalagi sampai harus berboncengan di atas sepeda motor berdua seperti ini. Ini adalah yang pertama bagi kami berdua. Dan merupakan suatu peristiwa yang akan aku kenang nantinya.
Kesibukanku yang luar biasa serta keinginannya untuk segera mencari pekerjaan yang layak membuat waktu yang dihabiskannya bersama Ita hampir tidak ada, sementara itu aku juga menyadari bahwa Ita saat ini memerlukan konsentrasi yang sangat tinggi untuk menyelesaikan studinya. Maklum, Ita saat ini menempuh pendidikan di tingkat akhir di sebuah sekolah menengah atas negeri di bilangan Surabaya Barat.
“Udah sampai nih Ta, ndang turun gih!” Perintahku sesaat setelah mereka berdua sampai di tempat yang dimaksud.
“Ya mas, makasih banyak lo udah di jemput. Kalau aja sepedaku gak rusak gak bakalan aku minta tolong kamu mas.” Jawab Ita sambil melepas helm yang masih menempel di kepalanya.
“Hadeeh, mulai deh. Apaan sih. Orang cuma gini aja kok, lagian hari ini tadi aku bisa jemput, alhamdullillah. Kalau ntar gak bisa ya maaf Ta. Mungkin lain kali deh aku jemput kamu. Tenang aja lah, seneng berbuat sesuatu untuk kamu...” Jawabku dengan nada santai tapi penuh makna.
“Hhhmmm... Ia deh mas, makasih banyak ya. Aku masuk dulu boleh? Udah laper nih, lagian aku harus siap – siap untuk les ntar malam. Mas Prid nanti malam mau kemana?”
“Sekarang kamis kan? Ntar malam aku mau keluar ama temen – temen. Udah janji aku sama mereka, napa? Mau telpon ta ntar malam?”
“Oh ya se kemarin mas udah bilang, maaf Ita lupa. Tugasku masih banyak mas, ya deh ntar kalo sempet bakalan aku telpon malam ini. Tapi gak janji ya. Ita juga gak mau ganggu waktu mas ama temen – temennya mas.”
“Ia deh tenang aja, liat ntar malam aja ya gimananya. Ndang masuk sana gih, gak baik diliatin orang lama – lama diluar gini. Maaf ya udah maksa aku.”
“Gak papa lagi, emang aku udah mau masuk kok.” Jawab Ita sambil berjalan masuk ke rumah. Tak beberapa lama kemudian Ita kembali berkata, “Mas Prid, tanggal 23 Desember abis isya datang ya ke A&W depan rumah ini bisa gak? Ita mau bikin acara, mas datang aja sama temen – temennya mas yang biasanya juga gak papa kok. Itung – itung Ita juga mau kenal ama temen – temenmu. Ya mas?”
“Acara apa nih? Kok dadakan banget bilangnya, tapi untung acaranya masih lama. Insya Allah aku bakalan ajak temen – temenku kok. Insya Allah aku bakalan datang.” Jawabku santai sambil menyalakan mesin sepeda motor.
“Alhamdullillah... Janji ya mas, aku tunggu ya. Awas kalau gak dateng, aku gak bakalan maafin kamu mas. Hihihii... Chao, assallamuallaikum..” Akhir Ita saat itu.
“Wa’allaikumsallam Wr. Wb.”


Dentuman musik membahana memenuhi seluruh ruangan. Musik bernuansa semangat dari Maroon 5 yang berjudul One More Night menemaniku yang sedang menunggu di tempat biasanya kumpul dengan teman – teman. Malam itu tak seperti malam – malam biasanya. Aku masih memikirkan ajakan Ita tadi siang. “Apa yang sebenarnya terjadi? Bukankah Ita yang aku kenal itu anak yang pemalu, kalau dia mengundangku – walaupun itu acara banyak orang – bukannya itu bertentangan dengan harga dirinya? Ya Allah... Ada apa ini? Perasaanku gak tenang.” Begitu gumamku dalam hati. Sambil menghabiskan ice chocolate  yang ada di tangan, aku mengganti lagu di notebook – ku menjadi lagu dari Adrian Martadinata yang berjudul “Ajari Aku”.
Tak beberapa lama kemudian terdengar suara pintu yang diketuk tanpa aturan dari luar. Sambil memperhatikan jam aku bergegas untuk membukakan pintu. “Haii Prid...” Sapa salah satu kawan yang datang. “Jam piro iki? Janjiane kan jam 9 esch, iki jam 11 bengi. Kebiasaan kowe iku...” Hardik aku sesaat setelah pintu terbuka dengan sempurna, dan memang benar yang datang saat itu adalah teman – teman sejawat yang aku kenal saat duduk di bangku SMA dulu. Teman – teman yang sudah menemaniku melalui hari – hariku sekitar 7 tahun terakhir ini.
“Spurane seng akeh jeh, lha ngenteni Etho bari genda’an iki sek low. Koyok biasane lah.” Jawab salah satu teman yang paling tampan diantara mereka, Wawan.
“Jelentrek kok aku seng disalahne iku? Mbi low seng janjine jemput aku gak tepak.” Balas Etho yang seakan tidak terima namanya dijelekkan saat itu.
“Keat...” Tanggapan Mbi sederhana mendengarkan tuduhan temannya.
Aku hanya tersenyum penuh arti melihat kelakuan karibnya tersebut. Sambil menutup pintu aku mempersilahkan mereka untuk masuk dan mengambil tempat sesuai dengan keinginannya masing – masing. Jujur aku tidak pernah mempermasalahkan apa yang baru saja terjadi, selama 7 tahun ini ya begini ini kita. Tak jelas dan aneh... Tapi mungkin inilah yang membuat kita bisa bertahan selama ini. “Alhamdullillah... Mereka masih mengindahkan ajakkanku untuk kumpul malam ini.” Gumamku dalam hati.
“Jadi ada apa nih? Udah 2 bulanan kita tidak kumpul – kumpul kemana saja kalian pade? Iiihhh... Sok sibuk deh...” Kata Etho sambil mengambil ice chocolate di atas meja untuk kita yang sudah kusiapkan sedari tadi.
“Yo koen iku seng nag ndi Ho? Mbojo ae... Opo maneh metu – metu dewe gak jelas mesisan kowe iku Tho, aku iki lagi garap skripsiku, gak ngewangi opo piye malah metu dewe – dewe. Wah koen iku, hhhmmm...” Jawab Wawan dengan maksud menyindir kita semua yang ada disitu.
“Yo gapopo kumpul – kumpul ae, neg kowe gak iso terus sibuk beud ndang mbali kono Tho.” Jawabku sekenanya dengan nada bergurau. Lalu tak lama kemudian aku melanjutkan, “Mbimbimbi... Kowe lapo saiki? Wes mari durung skripsimu? O ya, terus onok lowongan pekerjaan ora iki?”
“Wes Prid alhamdullillah, neg lowongan akeh. Cuma seng sabar ae ya. Be’e dorong wayahmu. Sakilingku kan kowe wes ngelebokno nag ndi – ndi to? Oh ya, sido nag luar kota kowe? Jawab Mbi sambil menghidupkan notebook – nya. Buat kami Mbi dan laptopnya itu bagaikan sepasang kekasih yang tidak terpisahkan. Karena dimana ada Mbi, disitu pasti ada laptopnya. Maklum lah anak IT, cuma kan ya gak gitu – gitu banget to? Kasihan ceweknya Mbi. Hwehehehehehe...
“Aku jek pengen nag kene ce, neg iso gak nag ndi – ndi. Neg luar kotane Jatim ngono jek rodok oke lah akune. Cuma neg kudu metu Jatim, neg iso se gak. Akeh seng tak pertaruhne soale. Kowe ngerti kan? Cuma nontok engkolah Allah ndelek aku nag ndi, tapi iku pengenku benere.” Jawabku santai.
“Amin...” Jawab mereka hampir bersamaan.
“Eh... Awak dewe diundang Ita nag A&W tanggal 23 Desember bar isya. Ita iku adek kelas awak dewe nag SMA. De’e saiki jek kelas 3. Iso gak? Neg iso tolong ojok telat ya. Bare awak dewe maghriban engko langsung budal. Kumpul nag Etho pas magrhib. Iso kan? Tolong ya esch...” Pintaku menjelaskan dengan gamblang.
“Halah koyok opo ae, tenang ae. Demi kowe awak dewe bakalan teko kok Prid. Cuma seng aku takokne iku sopo iku Ita sampai kowe sakmenene? Ojok mbujuk neg de’e mek adek kelas tok, kowe gak tau koyok ngene karo wong seng mek adek kelasmu tok.” Jawab Wawan seakan mewakili jawaban kawan – kawanku lainnya.
Pertanyaan itu tak aku indahkan, aku masih tetap berseluncur di internet dengan menggunakan notebook – ku. Aku hanya tersenyum kecut serta memberikan isyarat bahwa aku tak akan menjawabnya – setidaknya untuk sekarang. Wawan dan teman – teman lainnya yang mungkin menungguku menjelaskan tentang hal ini hanya bisa terdiam tanpa sedikitpun bersuara. Dengan ekspresi kekecewaan yang terlihat samar di wajah mereka, mereka kembali melanjutkan kesibukan mereka saat itu. Sesaat aku memperhatikan mereka dengan sangat, dan tak jarang pula aku memperhatikan masing – masing dari mereka memperhatikan kawan lainnya dengan sangat. Hal ini membuat kami hanya bisa tersenyum kecil penuh makna. Hanya Allah SWT yang dapat menggambarkan bagaikama kehangatan kami saat bersama. Dan untuk kesekian kalinya di hidupku, aku merasakan bahwa aku sungguh beruntung di dunia ini. Bersama dengan mereka aku tak pernah takut untuk menghadapi dunia. Malam itu... Menjadi milik kita...


Mentari bersinar tak seperti biasanya saat ini. Sinarnya seakan malu menyinari dunia yang sudah banyak dosa ini. Angin semilir dan cuaca yang tidak seberapa panas saat itu menemani diriku yang sedang kebingungan. Aku melihat wanita berkerudung yang sedang berjalan di koridor sebuah tempat yang sungguh tidak asing bagiku tapi aku tak tahu apa. Aku hanya melihat punggung wanita yang aku maksud tersebut. Sambil menarik sebuah koper di tangan kirinya dia melambaikan tangan kepadaku yang sedang memperhatikannya dari jauh, dan ternyata tidak hanya aku. Di sekitarku ada banyak lagi orang yang sedang memperhatikannya. Aku tak tahu siapa mereka dan aku tak mau mencari tahu. Yang aku inginkan saat itu hanya memandangi wanita berkerudung yang sedang berjalan menjauh tersebut dengan lekat. Dia melambaikan tangan kanannya, dan sesaat kemudian sebelum melewati pintu dia menoleh ke belakang. Aku pandangi dengan seksama berharap menemukan jawaban siapa wanita tersebut, dan ternyata...
Terjadi lagi... Mataku terbuka dan mendapati tubuhku sedang berbaring di kamar. Keringatku bercucuran membuat kaos yang aku kenakan saat itu basah kuyup. Aku lihat jam yang masih terpasang di tangan kiriku, masih pukul 02.00 dini hari. Tak beberapa lama kemudian aku melangkah keluar kamar untuk mengambil segelas air putih sembari mandi. Kebetulan aku terbangun pada jam segini, sekalian aku akan melaksanakan ibadah malam. Setelah aku menghabiskan segelas air putih aku bergegas untuk membersihkan diriku di kamar mandi.


Pagi itu sembari menghidupkan notebook – ku, aku memikirkan tentang kejadian semalam. Ini sudah kesekian kalinya aku bermimpi tentang hal itu. Mimpinya selalu saja sama. Mengapa aku bermimpi seperti itu? Apakah ini suatu pertanda? Dan saat aku bangun dari mimpi tersebut mengapa aku merasakan perasaan gelisah yang teramat sangat, padahal mimpinya hanya seperti itu saja. Pikiran – pikiran seperti itu menggelayut dengan liar di dalam otakku sesaat setelah aku bermimpi tentang hal tersebut. Mimpi yang selalu berulang – ulang menghantui setiap malam – malamku sudah lebih dari 2 pekan ini.
Sembari membaca berita bola serta membuka inbox email – ku pikiranku tertuju kepada nada dering ringtone handphone ¬yang aku letakkan tak jauh dari jangkauanku. Setelah meraihnya aku lihat hp – ku tersebut. Dua buah pesan masuk ke handphone – ku pagi – pagi seperti ini. Kubuka pesan pertama dari temanku Etho, dengan gayanya yang khas dia bertanya tentang acara besok malam. Sempat aku bingung untuk menjawabnya tetapi setelah aku ingat – ingat lagi bahwa besok adalah tanggal 23 Desember maka aku menjawab pesan tersebut dengan cepat.
Tak beberapa lama kemudian aku buka lagi pesan kedua yang masuk ke dalam hp – ku. Pesan dari Ita. Aku perhatikan dengan seksama pesan itu untukku:
hai mas , pagi... have a nice day ya... oh ya besok jangan lupa besok dateng ya , aku tunggu . makasih 
Aku termenung sesaat setelah membaca pesan tersebut. Di dalam hati aku sudah ber ¬– azzam – bahwa aku akan datang. Walaupun jujur aku merasakan tak tenang dengan keadaan yang aku dapati saat ini.


Suasana di A&W saat itu sungguh sangat ramai. Aku bersyukur dan merasa sangat berterima kasih sekali kepada teman – temanku yang telah berkenan untuk menyempatkan hadir disini saat ini. Aku berpikir mereka akan telat hanya untuk sekedar kumpul, apalagi datang ke acara hari ini. Tetapi yang sungguh terjadi mereka datang tepat pada waktunya untuk berkumpul. Sesuatu yang jarang sekali terjadi. Aku ingat terakhir kali kita hadir tepat pada waktunya adalah acara pernikahan kakak teman kita. Bukan di acara yang sifatnya non formal seperti ini.
Tepat di waktu yang dijanjikan kami datang. Dan entah mengapa kami menjadi pusat perhatian saat itu. Banyak sekali orang – orang yang memandangi kita sesaat setelah kami datang. Kami sudah biasa seperti itu, tetapi mengapa hari ini aku merasakan tubuhku mengeluarkan keringat dingin. Entah apa yang dirasakan teman – temanku saat itu. Tak beberapa lama kemudian aku mendapati dua orang paruh baya datang ke arahku. Yang satu adalah seorang pria yang sangat tampan dengan garis muka yang terlihat tegas namun bersahaja, yang satu adalah seorang wanita yang sangat anggun dibalik balutan busana muslim yang beliau kenakan saat itu dengan garis muka yang berwibawa. Kami hanya bisa tersenyum dan menganggukkan kepala kami untuk menyambut kedatangan mereka berdua ke hadapan kami.
Tak lama setelah mereka sampai di hadapan kami sang wanita tersebut langsung membuka obrolan, “Kamu pasti nak Prid? Ita sering sekali membicarakan tentang dirimu kepada kami. Dan ini adalah teman – teman f4 – mu itu kan? Silahkan mengambil tempat dan nikmatilah hidangan yang sudah kami sediakan ini. Semoga kalian semua terhibur malam ini. Saya adalah mamanya Ita, perkenalkan. Dan ini adalah suami saya, papanya Ita.”
“Oh ya om dan tante, terima kasih sekali atas keramahan serta undangan untuk kami ini. Ini sungguh sangat berarti bagi kami. Semoga Allah SWT membalas setiap perlakuan om dan tante ini dengan balasan yang lebih baik lagi. Perkenalkan ini adalah teman – teman saya, Etho. Wawan, dan Mbi.” Kataku sambil menjabat tangan kedua orang tua Ita dan menunjukkan kawan – kawanku sesuai dengan urutan tersebut.
“Hai mas, tumben gak telat. Yuk masuk...” Kata suara manis yang sungguh sangat aku ingat.
“Ya Ta, aku kesana. Permisi om dan tante, saya duluan.” Jawabku penuh kehati – hatian.
Tepat pukul 19.30 malam acara tersebut dimulai. Setelah berbagai acara seremonial yang dibawakan oleh pembawa acara, tibalah acara sambutan yang dibawakan oleh Ita. Setelah dipersilahkan oleh sang pembawa acara Ita langsung maju ke depan dan memberikan beberapa patah kata. “Terima kasih banyak untuk kehadiran teman – teman sekalian pada malam hari ini. Acara ini tidak akan pernah aku lupakan seumur hidupku.” Ita memulai. Dan tak lama kemudian, Ita kembali melanjutkan, “Dalam kesempatan kali ini Ita ingin mengucapkan permohonan maaf yang sebesar – besarnya bila selama ini Ita pernah memiliki kesalahan serta kekhilafan kepada kalian semua baik yang Ita sengaja maupun yang tidak sengaja. Sungguh tak ada maksud dalam diri Ita untuk melakukan hal tersebut.
“Pada kesempatan kali ini Ita juga ingin memohon doa serta dukungan dari teman – teman semua yang ada disini karena 3 hari lagi Ita akan pergi ke Singapura.” Sesaat Ita terdiam. Sama dengan suasana yang terjadi di dalam ruangan tersebut. Kawan – kawanku yang sedang asyik nyemil di sebelahku juga ikut terdiam. Sesaat pandangan mereka tertuju kepadaku. Ita memberikan isyarat bahwa dia akan melanjutkan pembicaraannya, dan tak lama kemudian Ita kembali melanjutkan, “Ita akan pergi ke Singapura, dan... Ita tidak akan melewatkan tahun baru bersama keluarga serta kalian semua di Surabaya. Setidaknya selama 4 tahun ini. Ita akan melanjutkan kuliah di Singapura. Dan ini adalah pesta perpisahan sebelum Ita berangkat.”
Apa yang dikatakannya saat itu sungguh tak dapat aku terima dengan akal sehat, kenapa harus di Singapura? Kenapa harus keluar dari Surabaya? Apa disini tidak ada universitas yang mumpuni lagi? Pertanyaan – pertanyaan itu menggelayut di kepalaku. Seakan tak terima dengan penjelasannya yang sepihak tersebut aku memutuskan untuk pergi dati tempat itu tanpa pamit ataupun tedeng aling – aling lagi. Jadi mungkinkah ini pertanda dari mimpi – mimpiku selama ini? Mungkinkah Allah SWT sudah mempersiapkan mentalku untuk menghadapi suatu kenyataan berat seperti ini? Sesaat pandangan mataku dan mata Ita bertemu, tetapi aku sudah tak mampu untuk berada di tempat ini. Tak kupedulikan juga panggilan dan pertanyaan kawan – kawanku walaupun sejatinya aku juga mendengarkannya. Saat ini... Aku hanya ingin sendiri. Sendiri menyendiri dan hanya aku yang mengerti...


Sejak kejadian pesta di A&W itu tidak pernah lagi aku bertemu Ita ataupun kawan – kawanku. Aku menjauh dari mereka. Mencoba mencerna kenyataan yang tak berpihak kepadaku. Aku menghabiskan waktu sendirian di jalan atau setidaknya mengunjungi suatu tempat yang tidak aku rencanakan sebelumnya. Hari berganti hari dan tak besok adalah jadwal keberangkatan Ita ke Singapura. Semalaman aku tidak dapat tidur. Mataku tertuju kepada handphone – ku yang sedari tadi berbunyi. Pertanda beberapa pesan singkat masuk ke dalam kotak masukku. Aku baca pesan yang masuk tersebut satu persatu. Ada pesan dari Mbi yang berkata:
Prid nag ndi kowe iku? Ojok ngilang dewe a esch. Neg onok opo – opo mbok crito, dienteni arek – arek iki low kowe...
Lalu ada juga pesan dari Wawan yang masuk:
He lhe... Aku ngerti opo seng mbok rasakne, cuma kowe kudu kuat. Bukane iku digawe mimpine de’e ya? Aku ro kowe cinta banget karo Ita, terus iki ujianne. Seng sabar lhe. Awak dewe nag kene ngancani kowe selalu kok esch... Smsn aku ya neg onok opo – opo.
Cinta? Benarkah aku mencintai Ita sehingga aku melakukan hal semacam ini kepadanya? Memang bukan hakku untuk marah dan pergi saat dia mengumumkan keberangkatannya, lalu mengapa aku melakukan itu? Bukankah ini demi mimpi – mimpinya? Benarkah aku mencintainya?
Malam itu sangat menyesakkan bagiku. Banyak sekali pertanyaan – pertanyaan yang membutuhkan jawaban di kepalaku. Kepulanganku hari ini memang sengaja agar aku dapat bertemu Ita untuk yang terakhir kalinya – setidaknya hingga 4 tahun mendatang. Tapi untuk menghubunginya saja aku tak mampu, bagaimana caranya aku memintanya untuk bertemu denganku? Aku kembali merebahkan badanku di kasur dan tanpa diminta seluruh kenangan – kenanangku bersama dengan Ita tergambar jelas layaknya sebuah film yang diputar kembali di dalam kepalaku. Waktu saat aku bertemu dengannya, berbincang lewat telepon dengan dirinya, atau saat aku menatap indah dirinya. Tak ada kenangan yang tak aku ingat saat aku bersama dengan dirinya, dan entah mengapa saat itu aku merasakan dadaku terasa sakit. Sakit sekali... Bagaikan ditusuk sembilu berulang – ulang saat aku mendapati bahwa Ita akan pergi ke Singapura. Sembari menitihkan air mata yang tiba – tiba meleleh keluar dari mataku tanpa aku perintah tak lama kemudian aku lihat lagi layar handphone – ku melanjutkan untuk membaca pesan singkat yang masuk ke dalamnya. Kali ini pesan dari Etho:
Prid cintaku, lagi dimana nih sekarang? Lagi apa sekarang? Udah maem belum? Mungkin anak – anak lain sudah pada sms kowe seng gak jelas to, dadi aku mek ape ngomong... Ita besok meminta kita untuk mengantarkannya berangkat di Juanda. Jam 11 siang, pemberangkatan internasional Juanda. Kowe wes akeh kecewa Prid, aku tahu itu. Cuma untuk wanita yang kau bela mati – matian ini tolong sempatkan dirimu untuk datang. Untuk terakhir kalinya bertemu dengannya, setidaknya sampai 4 tahun lagi. Hubungi aku lagi kalau kamu butuh temen ya cintaku... Seng sabar dulur, mek 4 tahun tok. Gak rego gawe urip saklawase karo de’e 
Dan yang terakhir pesan singkat dari Ita. Sejurus kemudian langung aku baca tanpa menunggu lebih lama lagi:
Aku minta maaf mas... Tolong tetap doain Ita ya... 
Hatiku berdegup kencang saat itu, jiwaku gelisah tak menentu mengetahui hal itu. Apa yang harus aku lakukan? Oh ya Allah... Berikan petunjukmu untukku...


Pagi itu bandara Juanda sangat ramai, mungkin karena saat ini bertepatan dengan libur natal serta tahun baru oleh karena itu banyak orang yang ingin menghabiskan waktu bersama dengan keluarga maupun orang terkasih. Tak jarang pula dijumpai tangis yang mengiringi kepergian salah satu kerabat dekat. Keriuhan suasana Juanda saat itu tak menyurutkan langkah Ita untuk pergi menggapai mimpinya. Dengan memakai kemeja berwarna putih, kerudung biru, serta jeans yang sepadan dengan sepatunya, Ita terlihat sangat anggun saat itu. Tangan kirinya menarik koper yang nantinya akan dia bawa berangkat, dan tangan kanannya menggelayut di punggung sang bunda yang mengantarkannya saat itu. Dengan ditemani oleh seluruh keluarganya yang terdiri dari ayah, kakak, serta adiknya, dan kawan – kawanku yang diundang untuk mengantarkannya saat itu dia berangkat ke koridor pemberangkatan internasional bandara Juanda. Aku juga tidak tahu mengapa cepat sekali Ita dan kawan – kawan karibku itu bisa akrab antara satu dengan lainnya.
Sementara aku sedari tadi sudah menunggu di balik pilar. Terhitung sudah 3 jam aku berdiri disini. Aku melihat setiap orang yang berlalu – lalang di tempat ini. Aku juga melihat Ita dan rombongannya masuk. Aku ingin datang menghampirinya, tetapi kakiku terasa berat untuk melangkah. Dan lidahku terkunci untuk berteriak lantang memanggil namanya. Aku tak bisa apa – apa! Yang saat ini bisa aku lakukan hanyalah memperhatikan mereka semua dari balik pilar tempatku berdiri saat ini. Sesaat kemudian aku merasakan dejavu yang sangat hebat. Aku merasa pernah berada di tempat ini, di waktu ini suatu waktu yang lalu dan kini aku ulangi lagi. Setelah tenang dan aku ingat baik – baik ternyata keadaan ini sama seperti apa yang terjadi di mimpi yang menghantui malam – malamku beberapa saat yang lalu.
Waktu sudah menunjukkan saatnya Ita untuk berangkat ke Singapura. Dari kejauhan aku melihat Ita sedang berpamitan kepada orang – orang yang sedang mengantarnya saat itu. Berarti sesaat lagi adalah waktu baginya untuk masuk dan berangkat. Pada saat seperti ini badanku tidak menuruti apa yang aku perintahkan. Badanku terasa berat untuk sekedar menghampirinya. Aku tak bisa... Aku tak mampu... “Ya Allah... Berikan aku kekuatan untuk bersamanya. Untuk mengantarkannya. Tolong ya Rabb...” Gumamku sembari meneteskan air mataku untuk kesekian kalinya.
Tak beberapa lama kemudian Ita sudah melangkah pergi. Sama seperti mimpiku. Aku tak bisa... Aku harus mengatakan sesuatu kepadanya... Dengan kekuatan dan keberanian tersisa aku berteriak memanggil namanya di tempatku kini berada, “Phytri Itanisa, tunggu!” Begitu perintahku kepadanya. Suaraku yang lantang saat itu menarik perhatian setiap orang yang ada disekitar tempat itu. Aku tak menyangka akan memanggil namanya dengan begitu lantang saat itu. Memanggil nama lengkapnya keras seakan aku ingin mencari perhatian dari situ. Aku melihat wajah keheranan dari wajah – wajah keluarga Ita yang datang untuk ikut mengantarkan. Sementara itu wajah teman – temanku memancarkan senyum dan tawa yang berseri – seri seakan tahu apa yang hendak aku lakukan setelahnya. Aku kumpulkan kekuatan dan keberanian terakhir yang aku miliki saat itu. Untuk terakhir kalinya selama 4 tahun ini aku akan melihat wajahnya, aku harus kuat demi dia. Aku langkahkan kakiku perlahan. Setapak demi setapak untuk menujunya... Ke tempat dia berdiri menungguku saat itu...
“Pridenca Luvly Heartdeep, darimana saja kau. Kenapa jam segini baru datang?” Tanya Etho menjemputku dengan tangan terbuka seakan ingin memelukku.
“Aku disini sudah dari 3 jam yang lalu. Aku berada di balik pilar.” Jawabku sembari membalas pelukan Etho. Beberapa saat kurasakan tangan – tangan lain yang memeluk tubuhku. Dan aku tahu itu adalah tangan kawan – kawanku yang lainnya.
“Lha berarti kowe lak ro neg awak dewe teko? Ngono meneng ae ii...” Kata Wawan seaakan tidak terima.
Aku hanya tersenyum mendengar perkataan Wawan tadi. Sejurus kemudian aku melepaskan pelukanku dari lengan kawan – kawanku. “Sebentar ya, aku ingin bicara dengan Ita.” Pintaku dengan sangat kepada mereka. Sesaat kemudian mereka mempersilahkan aku untuk melanjutkan langkahku ke arah Ita berada. “Om... Tante... Assallamuallaikum...” Kataku sembari menciumi tangan kedua orang tua Ita saat aku berjalan melewati beliau berdua. “Hai Pop, Pras, mbak...” Sapaku kepada anggota keluarga Ita yang ikut mengantarkannya saat itu. “Saya...” Lanjutku sembari memberikan isyarat kalau aku ingin terus melangkah ke depan. dan mereka semua pun mempersilahkannya.
“Hai Ta...” Begitu kataku saat aku sudah berhadapan dengan Ita.
“Mas... Mas datang, kirain gak bakalan datang.” Jawab Ita\
“Buktinya aku disini. Oh ya ada sesuatu yang mau aku berikan ke kamu. Nih...” Kataku sambil memberikan sebuah buku catatan yang sedari tadi aku bawa.
“Makasih mas. Ita juga mau kasih ini sebenarnya ke mas.” Dia memberikan flash disc – nya ke arahku saat berkata seperti itu.
“Apa nih? Ntar aku lihatnya waktu udah di rumah. Benernya ada sesuatu yang mau aku bicarain ke kamu...” Kataku dengan nada agak lirih.
“Aku juga mas, ada sesuatu yang mau aku tanyakan ke mas. Tentang...” Balas Ita.
“Aku cinta kamu...” Kata kami berdua hampir bersamaan.
Entah apa yang terjadi saat itu. Sesaat suasana menjadi hening untuk kita berdua. Ita dan aku sama – sama terdiam di tempat kita berdiri masing – masing. Perasaanku campur aduk saat itu, dan aku tak mengerti bagaimana harus menjelaskannya. Dan aku yakin Ita juga merasakan hal yang sama denganku. “Baca halaman terakhir dari buku itu, yang penting ada disitu. Tapi buku itu aku tulis untuk kamu kok.” Kataku memecah keheningan.
“Ia mas...” Jawab Ita lirih.
“Di dalam buku itu aku sudah selipkan cincin untuk kamu. Cincin yang satu aku sematkan di jari manis tangan kiriku. Ta, selesein kuliahmu disana secepat mungkin ya. Jangan lama – lama di Singapura! Pulanglah... Banyak orang yang akan merindukanmu.” Kataku lirih penuh arti.
“Empat tahun lagi, jemput aku disini mas. Tunggu aku pulang. Jangan sampai gak datang ya. Sekarang aku berangkat dulu. Assallamuallaikum Wr. Wb. cintaku...” Ita mengakhiri.
“Wa’allaikumsallam Wr. Wb.” Jawabku.
Sesaat kemudian Ita sudah melewati boarding pass dan tak terlihat lagi disana. Keluarga yang mengantarkannya dan aku dengan ditemani kawan – kawanku untuk beberapa saat lamanya masih berdiri di sana. “Apa yang terjadi, terjadilah. Kekuatan cinta kita akan diuji mulai saat ini. Aku percaya akhir yang indah tertulis untuk kita berdua. Allah SWT memberikan reaksi dari apa yang dilakukan hamba – hamba – Nya. Dan ini aksiku untuk mendapatkan cintamu. Aku mau, aku mampu, dan aku untukmu. Mencintaimu selama ini adalah anugerah terindah yang pernah aku miliki. Bukan aku tak ingin memilikimu, tetapi cintaku tanpa syarat sedikitpun untuk memilikimu. Waktu bersama denganmu sudahlah cukup bagiku. Suatu saat nanti Allah SWT akan mempertemukan lagi kita berdua, di tempat yang indah, di waktu yang indah, saat bersatunya kita berdua untuk menggapai cinta – Nya yang Maha Sempurna. Kembalilah... Aku menunggumu... Kita selamanya...” Begitu kataku yang entah aku katakan pada siapa saat itu. Aku hanya ingin berkata saja. Dan tak beberapa lama kemudian aku mendengarkan kawan – kawan beserta keluarga Ita menjawab serempak, “Amin...”