"Heart of Aper_Runia"

Foto saya
Stay Cool and Stay Humble... I'll be what I believe :O

1.9.13

Syahadat: Sederhana dan Mengena

Jika kita melirik sejarah bagaimana para sahabat bersyahadat tentu akan memunculkan kekaguman yang luar biasa. Ambil contoh Bilal bin Rabah yang merupakan sahabat Nabi SAW dari kalangan budak. Begitu dia mendengar seruan islam dan seketika bersyahadat, ia pun menjadi seorang pemberani yang tangguh dan memiliki kepercayaan diri tinggi terhadap agamanya. Hal ini bisa dilihat dari keteguhan iman seorang Bilal saat disiksa secara sadis oleh majikannya, Umayyah bin Khalaf dengan ditindih batu besar di tengah terik mentari yang sangat menyengat. Bilal yang secara psikologis sangat lemah karena status budaknya kini berubah menjadi pribadi yang tahan banting dan tak pernah putus asa akan segala sesuatunya.

Demikian juga Ali bin Abi Thalib r.a. yang bersyahadat saat berumur delapan tahun. Ia tumbuh menjadi pemuda pemberani, tangguh, serta cerdas luar biasa. Ketika Rasullullah SAW hendak hijrah bersama Abu Bakar ke Yastrib, Ali adalah orang yang ditugaskan untuk tidur di pembaringan Rasullullah SAW. Tanpa keraguan, Ali pun menyanggupi perintah yang beresiko kematian itu, Hal ini membuktikan kualitas keimanan Ali yang dimulai dari sebuah syahadat.

Dengan demikian bisa dipahami bahwa syahadat adalah sumber energi terbesar yang dimiliki umat islam untuk memanifestasikan iman dan islam secara keseluruhan. Dengan syahadat seorang muslim mampu menghadapi segala rintangan dan tantangan dengan optimisme tinggi, ikhtiar tanpa tepi, dan doa sepanjang waktu. Syahadat akan menjelma sebagai kekuatan besar manakala benar - benar mengantarkan jiwa seorang muslim pada ketundukan yang paripurna. Ketundukan yang tidak tercemari oleh kesombongan, keangkuhan, gengsi, apalagi sekedar ambisi. Tetapi murni ketundukan paripurna karena Allah SWT.

Jika kita pahami secara mendalam, hakikat syahadat adalah bentuk ikrar ketundukan paripurna yang didedikasikan hanya untuk taat kepada Allah SWT dan Rasul-Nya. Artinya jiwa raga kita siap untuk membawakan risalah islamiyah ini dengan sepenuh hati sebagai wujud nyata kehambaan kita kepada Allah SWT. Pengertian tersebut akan semakin menghujam kuat dalam diri manakala kita benar - benar memahami latar belakang diberlakukannya syahadat bagi setiap muslim. Berdasarkan catatan sejarah, syahadat hadir setelah wahyu pertama diturunkan kepada Rasullullah SAW.

Dalam wahyu pertama tersebut secara gamblang menjelaskan bahwa manusia adalah makhluk dan Allah SWT adalah Sang Pencipta. Hal ini menunjukkan bahwa setiap muslim harus taat dan tunduk secara paripurna hanya kepada Allah SWT. Tanpa itu manusia pasti akan tersesat dari kebenaran hidup.

Keimanan Untuk Keteladanan

Inilah Anas bin Malik r.a. seorang sahabat Nabi SAW suatu ketika bertutur, "Tidak ada satupun orang yang lebih dicintai sahabat Nabi selain Rasullullah SAW. Namun jika mereka melihat beliau, mereka tidak berdiri untuk menyambutnya karena mereka mengerti ketidaksukaan beliau terhadap hal itu." (HR. Tirmidzi)

Di negara tempat kita berpijak ini sulit sekali membayangkan ada seorang pemimpin yang kuat pengaruhnya, besar wibawanya, ditaati perintahnya dengan ringan hati, dan dinanti tutur katanya. Aparat negara maupun pimpinan masyarakat banyak yang justru sengaja menciptakan budaya penghormatan denu terbentuknya apa yang diangankan sebagai karakter dan patriotisme. Hari ini banyak sekali remaja - remaja maupun anak - anak kecil di didik untuk hormat kepada seorang pemimpin, tetapi yang patut kita sadari adalah tidak adanya kecintaan maupun ketaatan yang tumbuh dalam diri kepada para pemimpin tersebut.

Keteladanan Rasullullah SAW bukan sekedar manusia yang memiliki budi pekerti luhur. Pada dirinya ada kecintaan dan emoati yang luar biasa, sedemikian besarnya kecintaan itu sehingga penderitaan kita adalah penderitaan beliau juga. Ada keinginan yang sangat kuat untuk mengantarkan kita kepada keselamatan dan tidak ada keselamatan tanpa iman. Dan tidak bernilai iman jika tidak berpijak kepada aqidah yang lurus dan agama yang benar. Amat besar keinginan beliau agar kita meraih keselamatan dan kemuliaan, bahkan meskipun untuk itu ia dimusuhi dan disakiti.

Beliau melakukan semua itu bukan untuk meraih dunia yang beliau tidak perlu berlelah - lelah untuk meraihnya andaikata beliau menghendaki. Beliau juga bukan mengejar kekuasaan dan mahkota. Beliau berbuat begitu dengan tulus, melayani, penuh kecintaan, berjuang dengan sungguh - sungguh demi kita para umatnya. Dan justru karena itulah kita merasakan keagungannya tetap harum hingga detik ini.

Terasa betul dengan perbedaan yang sangat kentara dewasa ini. Jika agama hanya menjadi penghibur jiwa, maka sulit membayangkan terjadi perubahan mendasar pada mereka yang mendengar dan belajar. Jika para penyeru agama Allah SWT telah silau hatinya kepada kedudukan, gelar, sebutan, maka nyaris tak mungkin budaya karakter akan tumbuh. Prestasi muncul sebagai akibat, bukan tujuan.

Sesungguhnya tidaklah Rasullullah SAW diutus kecuali untuk membentuk akhlaq mulia, tetapi sepanjang pengetahuan saya Nabi SAW melandaasi segala perlakuannya kepada penanaman keyakinan yang kuat kepada Allah SWT dan tidak mempersekutukann-Nya. Membangun aqidah yang lurus, menempa mereka yang memiliki ketundukan total kepada Allah SWT melalui serangkaian ibadah, dan menafikan sesembahan selain Allah SWT.