"Heart of Aper_Runia"

Foto saya
Stay Cool and Stay Humble... I'll be what I believe :O

23.11.12

Cerpen Persahabatan


SURAT UNTUK SAHABAT ...

Sore itu tidak seperti biasanya bagi Annisa. Untuk kesekian kali dalam hidupnya dia merasakan semangat hidupnya membara lagi setelah lama redup. Hari ini tanggal 12 Mei, seminggu lagi adalah ulang tahun sang sahabat tersayang. Annisa sudah berencana untuk hadir dan memberikan ucapan selamat kepada sang sahabat tersebut. “Mungkin ini adalah pertemuan terakhirku dengan Triana.” Begitu pikirnya dalam hati.
Annisa adalah gadis yang sangat cantik serta menarik hati. Tetapi Allah SWT menakdirkan lain kepada dirinya. Sejak kecil Annisa menderita sirosis, dan dokter memvonis dia hanya memiliki waktu hidup sekitar 7 bulan lagi. Dan bila vonis dokter itu benar, maka januari adalah waktu terakhirnya di dunia ini.
Annisa tidak pernah mengeluh tentang keadaannya tersebut. Bahkan entah mengapa untuk anak seusianya – yang masih 17 tahun – dia terlhat sangat dewasa dibandingkan dengan umurnya. Bahkan setelah dia mengetahui umurnya yang tidak lama lagi dia tetap mampu berpikir positif. Jawabannya hanya satu saat dia ditanya oleh Akbar – pria yang dekat dengan dirinya – tentang masalah ini “Allah sangat mencintaiku, makanya Dia tidak membiarkanku jauh dari – Nya terlalu lama.” Jawaban itu malah membuat orang – orang yang menyayanginya terenyuh dan terharu begitu dalam.
Annisa tidak pernah memperlihatkan kesedihannya di depan orang lain, bahkan kepada sahabat karibnya sendiri. Triana adalah teman main Annisa sejak kecil. Mereka bertetangga dan selalu sekolah di sekolah yang sama. Dimana ada Annisa disitu ada Triana, mereka seperti pasangan yang tak terpisahkan. Berbeda dengan Annisa yang sangat tertutup dan pendiam, Triana adalah orang yang apa adanya, terbuka, dan supel. Hal ini membuatnya sangat akrab dengan siapa saja yang dia inginkan.
Seminggu lagi – tepatnya pada tanggal 19 Mei – dia akan berulang tahun yang ke – 17. Dalam acara tersebut Triana berencana untuk mengadakan pesta ulang tahun dengan mengundang teman – teman baiknya, termasuk Triana. Setelah Triana menyelesaikan sekolahnya tahun ini dia akan meneruskan pendidikannya ke Singapura. Oleh karena itu dia ingin ini menjadi pesta ulang tahun yang bisa dikenang oleh sahabat – sahabatnya, terutama Annisa.

***************

  “Kriiiinggg.... Kriiiiinggg....” Bel tanda upacara telah terdengar di sekolah hal itu menandakan bahwa sebentar lagi upacara rutin hari senin akan dimulai. Semua murid berhamburan keluar kelas. Tak terkecuali juga dengan Annisa dan Triana, mereka terlihat membaur dengan teman – teman satu kelas mereka untuk keluar kelas. “Hai Nis, kamu bakalan datang kan waktu pesta ultahku besok?”, tanya Triana membuka obrolan
“Insya Allah aku akan datang cinta... Kamu jangan khawatir lah...”
“Kalo gitu, bawakan sesuatu yang spesial ya menurutmu yang bisa gambarin aku banget...”
“Hahahahahaha... Apa sih cin... Ehm... Aku kasih kamu baby doll. Mau kan?”
“Yeeekkk... Moh... Ayo ndang upacara. Ndang mari ndang wes...”
Upacara kali ini berjalan dengan rutinitas seperti biasa. Hanya awan mendung yang menemani saat itu. Tetapi entah mengapa kepala Annisa terasa berputar dan tidak lama kemudian dia terjatuh di tengah barisan. Hal ini sontak membuat teman – temannya panik. “Nis, kowe lapo we... Gak usah guyon...” Kata salah satu temannya. “Ayo cepat bawa dia ke UKS!” Pinta Triana yang saat itu berdiri di sebelahnya.
Setelah beberapa lama tak sadarkan diri Annisa akhirnya sadar. Dia hanya mendapati bau obat dan beberapa obrolan yang dia tahu dilakukan oleh teman – temannya bergemuruh di sekitarnya. Tangan Triana menggenggam tangannya. Kepalanya masih terasa berat dan mukanya pucat. “Dimana aku cin?” Tanya Annisa
“Kamu sudah sadar Nis? Syukurlah... Mang kamu kenapa?” Jawab Triana saat itu juga. Hal itu juga disambut gemuruh teman – temannya yang ada di UKS saat itu.
“Gak ro wah... Ndasku jek ngelu iki. Kekeselen ae be’e. Aku nag ndi kok?” Annisa memaksa
“Kamu sekarang di UKS Nis, kamu pingsan waktu upacara tadi. Gak lama kemudian kami langsung membawa kamu ke UKS. Kamu baik – baik aja kan? Mukamu pucat banget, aku khawatir kamu kenapa – kenapa Nis.” Jawab Akbar, pria yang dekat dengan Annisa.
“Aku gak papa kok Bar, maaf ya sudah bikin kamu khawatir.” Jawab Annisa dengan lirih.
“Ecieh... Manisnya rek... Jadi gak mau ganggu aku gini ini.” Seloroh Triana.
Tak lama kemudian semua perhatian semua siswa yang ada di UKS tersebut tertuju kepada pintu yang dibuka, dan disana masuklah seorang wanita cukup tua, berkerudung, dan badannya agak subur. Wanita yang diketahui bernama Rukmi tersebut merupakan salah satu guru di sekolah tersebut dan juga penanggung jawab kegiatan UKS di sekolah itu.
Tak beberapa lama kemudian Bu Rukmi memecah keheningan dengan berkata, “Nisa ini surat ijin kamu. Kamu boleh pulang. Setelah ibu periksa kondisimu memang tidak memungkinkan. Ibu juga sudah telepon orang rumah dan sebentar lagi mamamu akan menjemputmu. Saran ibu langsung periksa ke dokter ya setelah pulang ini.”

*************************

“Hai Nis dimana kamu?” Sudah tidak terhitung beberapa kali handphone Annisa bergetar menerima pesan singkat dari Triana. Malam itu terasa berat sekali bagi Annisa. Dia harus menjalani rawat inap untuk memastikan kondisinya baik – baik saja. Hal itu membuat orang tua Annisa setuju untuk merujuk Annisa ke Rumah Sakit Umum Daerah terbaik yang ada di daerah itu. Tak henti – henti tangis Annisa bercucuran menyesali keadaannya saat itu. Dari 17 tahun baru kali ini dia tampak begitu terpukul. Hanya satu kalimat yang selalu terucap dari dalam bibirnya, dan ucapannya itu selalu sama “Ya Allah... Mengapa harus aku? Mengapa engkau beri aku ujian seperti ini? Di saat aku ingin memberikan kenangan terindah bagi sahabatku tercinta. Ya Allah beri aku kekuatan, setidaknya sekali ini saja sampai tanggal 19 Mei besok agar aku dapat hadir di acara ulang tahun sahabatku Triana. Setelah itu aku pasrah atas ketetapan takdir – Mu.”

**************************

Semenjak kejadian jatuhnya Triana waktu upacara kemarin Triana tidak bisa berpikir dengan jernih, Dia tidak pernah fokus ke pelajaran sekolah, atau tidur dengan nyenyak di malam harinya. Tidak pernah dia melihat Annisa jatuh dengan wajah pucat seperti itu. Hal itu sangat membuat Triana khawatir. Apalagi sudah 2 hari ini Annisa tidak masuk sekolah, di rumahnya pun tidak ada orang yang bisa dimintai informasi tentang apa yang terjadi dengan sahabatnya tersebut.
Entah karena apa malam itu Triana terus terjaga dari tidurnya. Dia bertekad untuk mencari tahu tentang apa yang terjadi kepada sahabatnya itu. Bahkan dia berencana untuk tidak masuk sekolah seharian guna mendatangi rumah sahabatnya itu. “Besok aku bakalan bolos dan pergi ke rumah Nisa. Aku harus tahu apa yang terjadi denganmu.” Begitu tekadnya dalam hati. Tak lama kemudian ringtone handphone – nya berbunyi. Triana melihat hp – nya tersebut dengan malas, tetapi setelah tahu siapa yang mengiriminya pesan dia langsung bersemangat dan bergegas membuka isi pesannya. “Sehari sebelum ultahmu, datang ya ke rumahku cin. Jam 7 malam, tolong :)” Itu pesan dari Annisa. Hal itu membuat Triana bisa memejamkan matanya dengan lelap malam itu.

*********************************

“Teng... teng... teng... teng...” Bel tanda pelajaran sekolah berbunyi, dan itu membuat Triana sangat bersemangat sekali. Besok adalah hari ulang tahunnya yang ke – 17, lalu malam ini dia akan bertemu lagi dengan sahabatnya tercinta yang sudah lama tidak ada kabarnya. Dia berencana akan menghakimi Annisa karena telah berani untuk menghilang tanpa pesan darinya. “Akan kucubit itu pipinya yang tembem, biar dia tahu rasa...” Begitu katanya dalam hati.
Pukul 18.30 malam Triana bergegas untuk ke rumah Annisa. Dia sudah tidak sabar untuk bertemu dengan karibnya tersebut. Bahkan untuk “Menyambut” datangnya kembali Annisa dia memakai gaun yang rencananya baru besok dia gunakan. Setelah menghabiskan malam di kendaraan selama beberapa waktu akhirnya Triana sampai juga di rumah karibnya, Annisa. Tapi apa yang dia dapati saat itu? Apa yang terjadi tidak sesuai dengan apa yang dipikirannya selama ini.
Rumah Annisa tertutup terop, banyak sekali undangan yang hadir saat itu, serta suasananya tidak biasa. Hal ini membuat Triana bertanya – tanya. Untung saja saat itu dia bertemu dengan Akbar, teman sekolahnya serta pria yang sangat dekat dengan Annisa. Tak keburu lama, Triana langsung bertanya kepadanya, “Ada apa ini Bar? Mana Nisa?” Pertanyaan itu hanya membuat hati seorang pria yang sudah hancur menjadi berkeping – keping. Sembari menahan tangis dari matanya Akbar hanya menjawab, “Kamu sudah ditunggu tante dari kemarin Tri. Beliau menunggumu di dalam.” Tak lama kemudian Triana langsung berlari ke dalam. “Tante ada apa ini? Mana Nisa?” Tanya Triana menuntut.
“Ini surat dari Annisa untuk kamu, semuanya sudah terjawab di dalam situ. Tante cuma mau minta maaf Tri.” Jawab ibunda dari Annisa sembari menyerahkan sepucuk surat berwarna putih dengan gradasi biru di ujungnya.
Tak beberapa lama kemudian Triana langsung membuka surat tersebut dan membacanya dengan seksama dalam hati:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar