"Heart of Aper_Runia"

Foto saya
Stay Cool and Stay Humble... I'll be what I believe :O

6.11.12

Bagaimana Bila Rasullullah SAW Menyaksikan?

Dalam kitab Ar - Ruh karangan Ibnu Qayyim dijelaskan bahwa ruh orang shalih yang meninggal dunia hisa mengetahui kehidupan alam dunia, Ibnu Qayyim mengisahkan Ibad bin Ibad menemui Ibrahim bin Shaleh di rumahnya yang berada di Palestina.
      "Berilah aku nasihat!" pinta Ibrahim
Ibad bin Ibad berkata, "Nasihat macam apa yang bisa kusampaikan sementara Allah SWT telah membaguskan keadaanmu? Tapi aku pernah mendengar bahwa amal orang - orang yang masih hidup ditampakkan kepada kerabat mereka yang telah meninggal. Maka periksalah apa amalmu yang bisa kau tampakkan kepada Rasullullah SAW."

Allah SWT telah berfirman tentang keutamaan orang - orang shalih yang meninggal, "Janganlah kamu mengira bahwa orang - orang yang gugur di jalan Allah SWT itu mati, bahkan mereka itu hidup disisi Tuhannya dengan mendapat rezeki" (QS. Ali Imran : 169).  Terkait dengan ayat ini Al - Qurtubi dalam At - Tadzkirah mengatakan: "Kematian bukanlah ketiadaan yang murni, namun kematian merupakan perpindahan dari satu keadaan kepada keadaan lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa para syuhada setelah kematian mereka hidup dengan diberikan rezeki dalam keadaan gembira dan suka cita. Hal ini merupakan sifat - sifat orang yang hidup di dunia. Jika sifat kehidupan di dunia ini saja diberikan kepada para syuhada tentu para Nabi lebih berhak untuk menerimanya bukan?"

Kalau orang shalih biasa saja diberikan kemampuan untuk melihat dan mendengar seluruh kejadian di alam dunia, maka tentu Rasullullah SAW lebih mampu. Dengan kedudukannya yang mulia dan agung di sisi Allah SWT beliau tentu mendapat keistimewaan menyaksikan atau setidaknya mendapat kabar tentang apa yang terjadi di dunia dari waktu ke waktu hingga hari ini. Rasullullah SAW sendiri dalam suatu riwayat pernah bersabda, "Kehidupanku adalah baik bagi kalian, kalian berbicara dan dibicarakan bagi kalian. Kewafatanku juga baik bagi kalian. Amalan kalian dibentangkan kepadaku, sekiranya apa yang aku lihat berunsur kebaikan maka aku memuji Allah SWT atasnya. Dan sekiranya apa yang aku lihat tersebut berunsur kejahatan maka aku memohon kepada Allah SWT untuk mengampuni kalian." (Al - Hafiz Abu Zur'ah Al - Iraqi berkata di dalam Kitab Al Janaiz dari Kitab Tarh Al Tathrib Fi Syarh Al Taqrib). Maka mari kita membayangkan, bagaimana perasaan beliau saat tuduhan 0 tuduhan keji tersebut ditujukan kepada beliau? Bagaimana perasaan beliau ketika disebutkan nama beliau oleh umat yang sangat - sangat beliau cintai bersama dengan tuduhan - tuduhan tidak berdasar tersebut?

Ingatlah salah satu kesabaran Rasullullah SAW saat menghadapi kekejaman orang kafir Quraisy. Imam Bukhari pernah meriwayatkan dari Abdullah bin Mas'ud bahwa Rasullullah SAW ketika sholat di Baitullah Abu Jahal dan beberapa kawannya sedang bersantai di dekat situ. Di antara mereka ada yang berkata, "Siapa di antara kalian semua yang berani mengambil kotoran unta yang disembeli di Bani Fulan lalu meletakkan di leher Muhammad waktu dia sedang sujud?" Tantangan tersebut diterima oleh Uqbah. Dia datang dengan membawa kotoran unta ketika Rasullullah SAW bersujud dia timpukkan kotoran unta itu di pundak dan leher beliau. Melihat hal tersebut orang kafir Quraisy tertawa sampai berguncang tubuh mereka karena tak kuasa menahan tawa, sementara Rasullullah SAW tetap dalam sujudnya dengan penuh kekhusyukan.

Fatimah yang dari kejauhan melihat ayahandanya diperlakukan seperti itu lari menghampiri. Sambil menahan tangis gadis kecil itu membuangi kotoran - kotoran unta yang ada di pundah ayahnya. Setelah selesai, Rasullullah SAW bangkit dari sujudnya. Sambil berusaha untuk tetap tenang beliau lantas berdoa. "Ya Allah SWT hukumlah orang - orang kafir ini"  beliau mengucapkannya hingga tiga kali. Di dalam kisah lain ABu LAhab pernah melempari beliau dengan batu hingga tumit beliau berdarah. Selain siksaan fisik beliau juga ditekan secara mental. Tuduhan bahwa beliau gila, penyihir, pendongeng, dan lain sebagainya adalah kicauan yang tak pernah sepi ditujukan kepada beliau.

Saat beliau hidup beliau sudah sering dengan hinaan - hinaan seperti itu, tetapi sekali lagi bagaimana perasaan beliau saat beliau mengetahui bahwa sampai detik ini masih ada orang - orang yang tetap menghina beliau walau beliau telah wafat? Rasullullah SAW pasti ecewa menyaksikan perilaku bodoh orang - orang yang menghina beliau. Namun kita akan makin membesar kekecewaan manakala kita yang mengaku ummat beliau justru bungkam tak menyuarakan pembelaannya. Tak terterik untuk membantah tuduhnan itu dengan mempelajari lebih dalam kehidupan beliau. Tak tersulut menunjukkan bahwa semakin dihina justru kita semakin mencintainya. Pengorbanan itu bertingkat - bertingkat mulai dari waktu ke waktu. Dari waktu, tenaga, hingga nyawa sekalipun. Pengorbanan jiwa adalah nilai tertinggi dari sebuah bukti kecintaan. Lalu mengapa kita saat ini jarang sekali menghidupkan sunnah - sunnah Rasullullah SAW? Mengapa kita saat ini enggan untuk bershalawat kepada beliau? Apakah masih ada cinta kepada Rasullullah SAW ketika fakta menunjukkan sebaliknya?

Bagaimana bila Rasullullah SAW menyaksikan itu semua???

Tidak ada komentar:

Posting Komentar