"Heart of Aper_Runia"

Foto saya
Stay Cool and Stay Humble... I'll be what I believe :O

17.2.13

Stay In Love

Tahun 2010 jumlah penduduk Indonesia yang menikah sebanyak 2 juta orang sementara 265.184 beakhir dengan perceraian. Di Jawa Timur sendiri pada 2011 Kemenag Jatim melaporkan bahwa sekitar 66.779 kasus perceraian terjadi di Jawa Timur. Dari jumlah sebanyak itu 22.920 suami yang melakukan cerai talak. Sedang wanita yang menggugat cerai duluan justru tercatat sebesar 45.069 orang. Sederhananya, mengapa terjadi seperti ini? Islam memang telah memberikan ruang bagi adanya perceraian dengan mempertimbangkan mudharat yang akan terjadi apabila tetap bersatu. Tetapi bukan berarti hal ini perceraian adalah pilihan yang dengan mudah kita ambil. Lihatlah bagaimana sifat harapan Rasullullah SAW kepada para suami agar menghindari talak, "Janganlah seorang lelaki beriman membenci istrinya yang beriman, (karena) mungkin saja ia tidak menyukai suatu perangai pada dirinya tetapi ia lebih menyukai perangai lainnya." (HR.Muslim dari Abu Hurairah)

Rasullullah SAW bersama istrinya, terutama dengan Aisyah r.a. selalu mengkampanyekan keharmonisan rumah tangganya. Sampai - sampai kemana - mana beliau menyebut rumah tangganya sebagai "Rumahku Surgaku" agar kita semua mengerti bahwa dalam kesucian pernikahan, dalam hubungan suami - istri yang saling bertanggung jawab, dalam rumah tangga yang mau mengintimi amal sholeh, mereka berhak mendapatkan surga sebelum surga sesungguhnya.

Namun perjalanan berkeluarga dan membina rumah tangga tidak selalu seindah bayangan anak - anak remaja yang akan menikah itu. Seolah nanti bila menikah isi kehidupannya adalah yang indah - indah saja. Tapi bukan juga kira harus berkecil harapan. "Rumahku Surgaku" bukan tak membolehkan adanya perselisihan dan perbedaan. Silahkan saja ada perselisihan tapi dalam wajah secara umum rumah tangga kita harus harmonis dan bahagia. Impian bahwa pernikahan kita selalu bahagia adalah keharusan. Tapi setelah itu kita harus siap dengan segala ilmu pendukungnya. Lalu bagaimana cara merawat cinta kasih kita? Terutama dalam hubungan berumah tangga?

Cinta ibarat baterai yang jika sudah terlalu lama energinya kadang akan menurun. Di sinilah kita butuh untuk "Mencharge baterai cinta" kita dengan cara menancapkan makna cinta pada setiap interaksi yang kita lakukan.

Maknai Setiap Interaksi
Apa yang ada di benak anda ketika suami anda mencium kening anda saat dikirnya anda masih tidur? Atau apa yang anda pikirkan ketika anda suami anda mengajak anda makan malam di luar? Biasakah kedua hal tersebut? Atau merupakan sesuatu yang spesial di mata anda? Seringkali banyak momen interaksi yang kita lalai membubuhkan makna di dalamnya. Sehingga semua berjalan seperti biasa. Interaksi itu kita lihat hanya sebagai penunaian tanggung jawab seorang suami terhadap istrinya atau sebaliknya belaka. Hal tersebut sama saja dengan kita kurang mengapresiasi momen tersebut sebagai wujud kasih sayang dan cinta. Bisa anda bayangkan bukan apa yang terjadi berikutnya? Yang lebih parah adalah kita akan kehilangan rasa syukur kita.

Terkadang secara kasat mata sebenarnya tida ada beda pda kehidupan orang yang berbahagia dalam pernikahannya dengan yang tidak berbahagia. Cara interaksi mereka dengan pasangan mereka pada mulanya sama. Lalu yang membedakan adalah kecerdasan seorang suami ataus istri memanknai semua momen dalam bingkai romantisme cinta. Seorang istri yang menerima uang belanja dari suaminya lalu bersyukur kepada Allah SWT dan membayangkan bagaimana sang suami tercinta bekerja keras lalu berpikir untuk menyisihkan sebagian darinya untuk hadiah. Tak lupa sang istri juga bisa mengingat pengorbanan lain dari sang suami. Tentu rasa cinta istri tersebut berbeda dengan seorang istri yang menganggap nafkah itu sebagai kewajiban suaminya belaka.

Tak Harus Bertatap Muka
Sejatinya menumbuhkan kembali rasa cinta bisa dilakukan kapanpun, dimanapun, serta dengan apapun bila kita sudah memiliki keseriusan dan niat sungguh - sungguh. Kita memang dituntut untuk cerdas memaknai perilaku pasangan. Bermainlah dengan pikiran dan perasaan anda sendiri. Maknailah tanggung jawab dan segala perilaku tersebut sebagai pesan dan amanah cinta anda bersama orang yang anda cinta tersebut. Segalanya memang butuh kesabaran serta ketelatenan. Seseirng mungkin kita harus memaknai interaksi - interaksi kita dengan pasangan kita dalam bingkai cinta dan pengorbanan dia untuk kita. Insya Allah hasilnya akan melebihi kerja keras dan kesungguhan kita.

Jika Allah SWT menghendaki, apalaagi yang bisa kita lakukan???

Tidak ada komentar:

Posting Komentar