"Heart of Aper_Runia"

Foto saya
Stay Cool and Stay Humble... I'll be what I believe :O

24.3.12

Pesan Imam Al - Ghazali

Jauh perjalanan hidup manusia nantinya akan bermuara kepada kematian juga. Dan hal itu memang tidak dapat disangkal lagi. Masalah utamanya adalah hanya Allah SWT yang mengetahui kapan masa akhir setiap makhluk itu, sehingga kesempatan kita pun untuk bertobat menjadi sangat terbatas. Semua kembali lagi kepada manusianya itu sendiri dalam menyikapi hidup dan kehidupan demi kebahagiaan di dunia maupun di akhirat kelak. Tidak akan lama lagi kita ada di dunia, oleh karena itu mengapa kita tetap berkeras untuk mencari dunia dengan jalan yang tidak diridhoi Allah SWT? Sebaik - baik umat manusia adalah mereka - mereka yang mampu memberikan manfaat kepada orang lain. Sungguh bodoh kita kalau kita hanya menempatkan materi pada prioritas utama kita, karena kita juga akan terbatas oleh waktu. Sedangkan semua yang ada di sekeliling kita nantinya akan tumbuh dan menghilang. Kesempatan kita untuk bersama mereka - mereka yang kita kasihi juga terbatas. Dan waktu tidak akan pernah bisa terulang kembali apapun usaha kita!

Karena itu benar kata Imam Al - Ghazali, bahwa yang paling jauh itu adalah masa lalu. Karena sejauh apapun usaha kita untuk membetulkan masa lalu, kita hanya bisa berharap dan berdoa. Dalam kenyataannya sangat jarang sekali masa lalu yang dapat kira rubah dengan mudahnya. Walaupun kita mampu untuk merubahnya pasti ada yang berbeda dibandingkan dengan sebelumnya. Oleh karena itu sebagai seorang manusia yang tidak berkuasa terhadap sang waktu sudah sewajarnya bila kita berusaha keras untuk menjaga perlakuan dan perkataan kita. Karena kita tidak akan pernah tahu, perlakuan dan perkataan kita yang seperti apa yang akan menyakiti orang - orang di sekitar kita. Kemudian yang paling ringan itu adalah Ghibah (Membicarakan orang lain). Sangat sering sekali kita melakukannya. Bahkan dengan mudahnya kita melakukannya seolah - olah itu adalah konsumsi utama kita dan bila kita tidak melakukannya maka akan ada yang kurang dari perjalanan hidup kita. Bukankah kewajiban setiap muslim itu adalah menutupi kesalahan sesama muslim? Bila memang kita mampu untuk memetik hikmah dari kejadian yang dialami oleh kawan kita sesama muslim maka hal itu juga akan memberikan manfaat bagi semuanya. Tetapi bila kita hanya menjadikan orang lain hanya sebagai konsumsi belaka, maka sungguh kita tidak pantas untuk disebut muslim!

Imam Al - Ghazali juga berpesan bahwa yang paling berat untuk dipikul seorang manusia itu adalah sebuah amanah tak peduli sekecil apa pun amanah itu. Berbicara tentang amanah adalah berbicara tentang kepercayaan. Dan berbicara tentang kepercayaan menyangkut juga tentang hubungan antar sesama manusia. Oleh karena itu amanah yang kita pikul sejatinya adalah pertaruhan yang sangat besar bagi orang - orang di sekitar kita. Terutama orang - orang yang langsung menyangkut dengan amanah tersebut. Sebagai seorang pemimpin rumah tangga, saat dia memutuskan untuk menjadi seorang pemimpin rumah tangga berarti dia telah "Meminta" kepercayaan dari kedua keluarga untuk hidup sendiri sesuai dengan cita dan angan mereka. Hal itu belum termasuk amanah yang nantinya akan mengikutinya: seperti amanah dalam mendidik dan menjaga keluarga dari api neraka, maupun amanah dalam membesarkan seorang anak. Tidak semua orang di dunia ini diberikan kepercayaan oleh Allah SWT untuk menjaga dan mengemban sebuah amanah. Sebuah amanah itu bukan hanya tentang masalah "Sesuatu" yang besar dan harus menyangkut orang banyak seperti sebuah jabatan atau lain sebagainya. Menjaga diri kita saja serta mensyukuri setiap pemberian Allah SWT kepada kita sampai detik ini sudah merupakan sebuah amanah bagi diri kita. Allah SWT yang paling mengetahui tentang kemampuan dan apa yang terbaik bagi diri kita, oleh karena itu Allah SWT tidak akan memberikan kita amanah baru bila kita masih belum mampu untuk menjaga dan mengemban amanah yang saat ini Allah SWT berikan kepada kita.

Yang tak kalah penting juga dari pesan Imam Al - Ghazali adalah tentang janji dan kesabaran, keikhlasan, dan keridlaan. Karena menurut Imam Al - Ghazali yang paling mudah di dunia ini bagi seorang manusia adalah berjanji. Betapa seringnya kita melakukan hal tersebut tanpa kita sadari. Entah sudah berapa kali dan berapa lama kita melakukan hal tersebut. Terlebih bila kita berjanji dengan mengatasnamakan Allah SWT. Seolah - olah kitalah yang menguasai masa depan diri kita. Dengan sikap seperti itu maka akan sangat mungkin bagi kita untuk membuat kecewa orang lain karena kelalaian kita dalam menepati janji yang sudah kita ucapkan. Sejatinya tidak ada yang salah dengan janji selama janji tersebut mampu memotivasi kita untuk berbuat lebih baik lagi demi menepati janji kita tersebut dan juga janji yang kita ucapkan tersebut sesuai dengan kaidah agama yang mengaturnya. Karena tidak ada satupun yang mengetahui masa depan, maka yang dapat kita lakukan hanyalah berusaha dengan sebaik mungkin untuk menepati janji kita tersebut. Bukan kita harus menepati janji kita tersebut!

Sama seperti berbagai hal di dunia ini yang Allah SWT ciptakan berpasangan, ada hal yang paling mudah maka ada juga hal yang paling sukar untuk dilakukan. Dan menurut Imam Al - Ghazali yang paling sukar untuk dilakukan oleh seorang manusia adalah sabar, ikhlas, dan ridla. Ketiga hal tersebut merupakan sesuatu yang sangat sukar sekali untuk dilakukan oleh manusia. Terkadang kita tanpa sadar dengan sikap dan perkataan kita, kita tidak lagi sabar, ikhlas, maupun ridla dengan keputusan Allah SWT terhadap diri kita. Padahal apa yang kita alami ini adalah kehendak dari Allah SWT dan juga ini yang terbaik untuk kita dari Allah SWT. Susah memang tapi mengingat kehidupan nanti yang lebih kekal dan abadi maka kehidupan di dunia ini tidak akan ada lagi artinya. wajar bila kita mengeluh dan mempertanyakan keputusan Allah SWT kepada diri kita, tetapi akan lebih bijak lagi bila kita mengambil hikmah dan berkaca tentang apa yang kita terima.

Kemudian pesan Imam Al - Ghazali yang terakhir adalah tentang kematian. Memang benar kata beliau yang menyatakan bahwa sesuatu yang paling dekat dengan manusia itu adalah masa akhir manusia itu sendiri. Tidak ada yang mengetahui kapan masa akhir kita akan datang, Tidak ada yang mengetahui kapan waktu malaikat maut akan menjemput kita. Hanya Allah SWT sendiri yang tahu tentang masalah kematian ini. Dan tidak ada satupun manusia di dunia ini yang mengetahuinya. Sesungguhnya kalau kita merenungkan ada maksud yang Allah SWT sampaikan mengapa tidak ada satu manusia pun di dunia ini yang mengetahui kapan ajal akan menjemputnya. Sebagai seorang hamba Allah SWT menginginkan kita untuk berperilaku lurus sesuai dengan ketentuan - Nya. Apapun kondisi kita saat ini janganlah kita berputus asa dari rahmat Allah SWT. Justru harusnya kita dapat mengambil hikmah dari setiap kejadian dengan semakin mendekatkan diri kepada Allah SWT dan menginstropeksi diri kita sendiri. Tidak ada yang namanya kejadian kebetulan, semua perbuatan kita tentu akan ada balasannya. Baik itu di dunia ini, maupun di alam sana. Kesempatan bertaubat yang Allah SWT berikan kepada kita  tentu harus kita manfaatkan dengan sebaik - baiknya demi meningkatkan kualitas diri dan ibadah kita demi mengejar ridho dan cinta Allah SWT semata. Bukan malah membuat kita untuk berbuat seenaknya. Percayalah dan bersungguh - sungguhlah! Selama nafas kita belum berada di tenggorokan maka insya Allah, Allah SWT akan menerima segala taubat kita.

Akhirnya memang semua itu berpulang kepada manusianya sendiri. Oleh karena itu, dalam pandangan pribadi saya kata - kata dalam Al - Qur'an maupun Al - Hadist - saya lupa yang mana - yang paling berat adalah "Inni a'malu bin niat." - insya Allah seperti itu penulisannya - yang secara harfiah berarti semua bergantung daripada niat. Dan hal itu hanya Allah SWT dan diri kita pribadi yang mengetahui seberapa besar dan seberapa tulus niat kita. Semoga hal ini akan menjadi cerminan bagi diri kita - terutama bagi diri saya pribadi - guna meningkatkan kualitas keimanan dan kualitas sosial kita, Amin. Wallahu a'lam?!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar