"Heart of Aper_Runia"

Foto saya
Stay Cool and Stay Humble... I'll be what I believe :O

2.10.13

Bijak Menyikapi Kemenangan Dengan Cara Nabi Sulaiman a.s.

Semua orang tentu berharap kemenangan, bukan kekalahan. Untuk meraihnya berbagai upaya dan sumber daya dipersiapkan. Perjuangan dan pengorbanan pun siap dikerahkan semuanya demi merebut kemenangan. Sesekali orang tentu pernah merebut kemenangan yang besar atau kecil dalam momen yang berbeda - beda. Saat kemenangan diraih, biasanya muncul rasa bangga.

Tetapi tidak semua orang menyikapi sebuah kemenangan dengan sangat bangga. Ada seseorang yang menyikapinya bukan dengan sorak sorai. Padahal kemenangan yang diperolehnya tersebut bukanlah sembarnag kemenangan. Setelah ia dapat mengambil kerajaan lainnya, ia tidak kehilangan kendali sama sekali. Bukan kebanggan yang menyeruak tetapi justru rasa takut dan khawatir. Begitu melihat singgasana lawannya itu telah berada di hadapannya, ia pun berkata, "Ini termasuk karunia Tuhanku yahg mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat - Nya)." (27: 40)

Kemenangan baginya adalah cobaan dari Allah SWT apakah dirinya termasuk hamba yang bersyukur atau hamba yang kufur nikmat. Dia adalah raja yang kaya raya sekaligus rasul yang sungguh mulia, Sulaiman 'Alaihis-salam. Di tengah gaya hidup yang cenderung mengagungkan dunia dan membesarkan ego tampaknya kita perlu belajar menyikapi kemenangan dengan lebih bijak. Betapa banyak orang yang mendapat kemenangan karena salah bersikap justru menjadi lupa diri dan terjerumus dalam kehinaan. Hanya kemengan yang disyukuri secara benar saja yang berbuah kemuliaan yang hakiki.

Merujuk pada Imam Al - Ghazali, ekspresi syukur meliputi tiga hal:
1. Ilmu
Seluruh kemenangan yang kita peroleh tersebut atas ijin Allah SWT. Secara keilmuan ia menyadari dan sadar bahwa pemberi kemenangan adalah Allah SWT. Imam Al - Ghazali menjadikan hal ini sebagai bagian rasa syukur yang pertama. Karena itu yang mesti diingat pertama kali saat meraih kemenangan adalah Allah SWT.

Ingat kepada Allah SWT inilah yang diteladani secara sempurna oleh Nabi Sulaiman a.s. saat dapat mengambil tahta ratu Bilqis. Ia tidak kehilangan kesadarannya. Yang pertama kali diucapkan bukan "Inilah aku", tetapi "Ini termasuk karunia Tuhanku." Padahal dengan merebut tahta tersebut sang Nabi memiliki kekuasaan tiada terkira di wilayah yang dulu menjadi musuhnya tersebut. Bila tahta sebagai tujuan mendapat kemenangan seperti Nabi Sulaiman a.s., tentu akan membusungkan dada. Namun Nabi Sulaiman a.s. sadar karunia dunia ini adalah ujian semata. Dia bukan pertanda kemuliaan. Kemenangan yang membuat seorang menjadi sombong, justru menjadikannya terhina di hadapan Allah SWT.

2. Rasa Senang
Seseorang yang mendapatkan kemenangan tentu akan merasa senang hatinya. Namun rasa senang ini bisa membuat orang lupa diri bila tak terkendali. Kita senang mendapatkan kemenangan, tetapi ingatlah selalu bahwa tujuan tertinggi kita bukanlah dunia ini. Kita terima dengan suka cita segala pemberiannya. Imam Asy - Syibli mengatakan bahwa syukur bukan melihat pemberian, tetapi lebih melihat Yang Maha Memberi. Imam Al - Ghazali menempatkan ini sebagai bagian kedua dari rasa syukur. Yaitu secara afeksi ada keadaan hati yang senang kepada Allah SWT.

Seseorang yang lebih mencintai karunia daripada pemberinya berarti ia telah tertipu dengan dunia. Perjalanannya menuju Allah SWT telah terhalang dunia. Padahal dunia ini fana, dan kita semua akan meninggalkan semuanya. Dan sang Nabi Sulaiman a.s. sama sekali tidak tertipu oleh harta dunia yang telah diperolehnya dari Ratu Bilqis. Saat utusan sang ratu menghadiahi harta yang banyak tetapi dengan syarat sang nabi menghentikan agresinya, Nabi Sulaiman a.s. menolaknya. Ia merasa Allah SWT telah memberikan yang lebih baik daripada itu.

3. Kegunaan
Seseorang yang menganggap kemenangan itu hanya semata dari dirinya akan menggunakan karunia itu hanya demi kepuasan dan kebanggaan dirinya saja. Seperti inilah sikap Qarun, ia merasa hartanya yang banyak itu semata karena ilmunya. Ia merasa tak perlu untuk berinfaq atau berzakat kepada yang membutuhkan.. Ia merasa telah mendapat kemuliaan dari hartanya yang banyak itu. Padahal dengan tidak melaksanakan perintah Allah SWT justru kufur nikmatlah yang Qarun terima di dunia ini terlebih di alam nanti.

Kadang orang menganggap dengan mendapat harta dan tahta dirinya otomatis mulia. Padahal hakikatnya semua itu hanyalah cobaan Allah SWT kepada hamba - hamba terpilih - Nya. Bila ia mendapatkan dengan cara halal dan menggunakannya di jalan Allah, tentulah mendapatkan kemuliaan. Inilah aspek ketiga syukur menurut Imam Al - Ghazali. Tetapi bila karunia digunakan untuk kesombongan, jelaslah akan mendapat kehinaan bahkan meski cara mendapatkannya secara halal. Tetapi jika lupa amal ibadahnya, pertanggung jawaban Allah SWT menanti di alam nanti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar