Di depanku hanya ada ajalku
Itulah yang pasti di untukku
Di depanku hanya ada masa laluku
Saat semua terulang diperlihatkan dalam diam
Kini aku mengerti segala larangan yang tertulis
Dalam lantunan kata - kata suci yang abadi hingga nanti
Kini aku mengerti maksud dari tak ada yang abadi
Tak menempatkan mata dalam hati yang tidak sepatutnya
Tak terhitung berapa dara bertekuk lutut mencium kakiku
Dengan lantunan bak pujangga serta perlakuan bagai seorang dewa
Tapi... Keabadian yang dimimpikan hanyalah semu
Dan yang ada hanya irisan dalam menganga
Tak henti bertanya tentang tangisan yang tiada henti
Tak henti merasakan kerinduan yang tak kunjung padam
Tak henti bertanya tentang segenggam hangat yang diinginkan
Tak henti pula merasakan perih yang berulang
Ku ingin lagi melihat mentari yang bersinar malu di balik dedaunan
Yang hangatnya tenangkan jiwa dan sinarnya memberi harapan
Ku ingin menahan segalanya hingga saatnya tiba
Walau kehancuran yang nantinya akan kudapatkan
Tak akan lama tapi akan abadi
Itukan yang Kau inginkan padaku?
Tak meragukan - Mu akan bahagiaku
Walau telah jauh ku pergi dari - Mu
Ampuni aku...
Jadikan kepergianku ketenangan bagi yang tersakiti
Dekap aku...
Dan tak ada lagi yang aku pinta pada - Mu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar