"Heart of Aper_Runia"

Foto saya
Stay Cool and Stay Humble... I'll be what I believe :O

29.11.12

Cerita Bersambung - Cinta dan Pengorbanan


DEMI CINTA (i)

Pagi ini tidak seperti biasanya dibandingkan dengan pagi sebelum – sebelumnya. Terutama bagi Akbar yang menghabiskan banyak sekali waktu untuk mendapatkan kembali cintanya. Setelah sekian lama Akbar mencoba dan berusaha untuk meluluhkan kembali hati kekasihnya kini tiba kesempatan yang kedua kali dalam hidupnya untuk memperbaiki segala kesalahan kepada kekasihnya. Masih teringat jelas kata – kata Tria – wanita yang dicintainya – di telepon kemarin malam, “Kamu masih cinta aku? Aku juga menyadari segala kekeliruanku dulu, mau kita coba lagi semuanya dari awal?” Sontak perkataan itu langsung di – iya – kan oleh Akbar yang memang sudah sedari lama menanti hal tersebut keluar dari mulutnya.
Jalanan kota Surabaya yang pagi itu diguyur hujan tidak menyurutkan langkah Akbar. Dia tetap semangat untuk menjalani harinya saat ini, terlebih siang nanti Akbar memiliki janji untuk makan siang bersama dengan Tria di warung dekat dengan SMA mereka dahulu. Watung kenangan mereka saat mereka menghabiskan malam bersama dengan kawan – kawan sekolah mereka saat itu. Selang beberapa menit kemudian Akbar telah sampai berada di kantor, dan sesegera mungkin dia menuju ke ruang kerjanya.


Tepat pukul 12 siang Akbar meninggalkan kantor untuk menuju ke tempat janjian dengan Tria. Keyakinan dan kebahagiaannya membuncah karena sesaat sebelum berangkat nada dering favoritnya berbunyi dan setelah dia lihat itu adalah pesan singkat dari Tria:
        Mas ntar jadi kagak? Sms lagi ya sebelum berangkat :)
        - Tria -
Akbar terus memandangi pesan tersebut dengan lekat sebelum membalas singkat yang menyatakn bahwa dia baru akan keluar kantor. Dan tepat pukul 12.45 siang hari itu Akbar sudah berada di tempat janjian mereka sesuai dengan kesepakatan sebelumnya. Sejurus kemudian Akbar memesan teh botol yang menjadi minuman mereka saat itu. Setelah menerima pesanannya Akbar duduk di tempat yang biasa mereka duduki dulu. Untung saja tempat itu kosong dan siang itu juga sepi tidak seperti biasanya.
Sambil menunggu kedatangan Tria sesekali Akbar kembali melihat isi pesan di dalam ponselnya. Pesan dari Tria yang beberapa masih dia simpan hingga sekarang. Kalau diperhatikan secara seksama sesekali Akbar akan tersenyum, berwajah tegang, atau terlihat sedih dalam waktu yang hampir bersamaan. Tak jarang pula sesekali dia melamun tentang sesuatu. Hanya Allah SWT dan dirinya sendiri yang tahu apa yang sedang dipikirkannya saat itu. Terlebih lagi lagu yang diperdengarkan di watung tersebut juga sangat mendukung suasana hati Akbar saat itu. Matahari yang enggan menampakkan dirinya siang ini seakan menjadi pertanda bahwa alam juga mendukung apa yang Akbar rasakan saat itu.
Sudah hampir dua jam Akbar menunggu dan sudah sekitar 4 sampai 5 botol teh yang sudah Akbar habiskan, tetapi Tria tak kunjung datang. Sesekali Akbar meregangkan tubuhnya dengan berjalan – jalan dan menengadahkan kepalanya ke langit. Mendung... “Ya mungkin Tria kehujanan. Aku harap dia tidak kenapa – napa.” Begitu pikir Akbar dalam hati.


Saat itu suasana hati Tria sedang tidak menentu. Ada beberapa sisi yang sedang menganggu hati dan pikirannya saat itu. Sisi yang pertama dia senang dan sudah berani untuk memutuskan kembali ke pelukan Akbar yang juga dia cintai sepenuh hati. Sisi yang kedua adalah dia hari ini sangat – sangat badmood karena adanya tambahan pelajaran sekolah serta tugas – tugas yang menumpuk sebagai bahan tambahan materi untuk mempersiapkan dirinya dalam menghadapi ujian nasional sekitar 6 bulan lagi. Dan sisi yang terakhir adalah dia bertemu dengan Hendra di kantin sekolah saat jam istirahat berbunyi.
Sejatinya tidak ada sesuatu yang spesial dari diri Hendra, tetapi tidak tahu mulai kapan Tria menyimpan perasaan terhadap Hendra. Perasaan yang Tria sendiripun tidak tahu bagaimana menjelaskannya? Suka? Cinta? Kagum? Entahlah... Yang jelas Tria sangat menunggu respon dari Hendra. Sebagai seorang wanita pemalu serta wanita berharga diri tinggi Tria tidak mau untuk membuka percakapan terlebih dahulu.
Sejauh perjalanan menuju ke parkiran sekolah yang ada di kepala Tria hanya segala sesuatu tentang Hendra. Entah mengapa pikiran tersebut muncul dan entah sejak kapan Hendra datang lagi di kehidupannya. Lagi? Ya... Dulu memang Tria dan Hendra sempat memiliki cerita indah jaman SMA berdua. Tetapi sejak beberapa saat ini hubungan keduanya pun merenggang, dan sejak saat itu tidak ada komunikasi lagi antara Hendra dengan Tria. Setelah sampai di parkiran sekolah tanpa sadar Tria mengeluarkan ponselnya dan mengirim pesan kepada seseorang. Setelah pesan tersebut berbalas tak lama kemudian Tria langsung bergegas pulang.


Akbar yang sedari tadi menunggu Tria dikejutkan dengan bunyi nada dering ponselnya. Ada pesan yang masuk ke dalam handphone – nya tersebut. Pesan dari Tria. Dengan penuh perasaan membuncah dia bergegas buka isi pesan tersebut:
Mas... Mas ada dimana? Maaf ya hari ini gak jadi dulu kita keluarnya. Lha aku tiba – tiba
        dapat pelajaran tambahan, terus tugasku juga banyak. Mana besok ada yang udah harus
        dikumpulin juga :( Gakpapa kan? Lain kali aja ya kita keluarnya... Aku capek, pengen istirahat
        dulu. Yayayayaya? :(
Akbar hanya tersenyum melihat pesan itu. Dia sungguh sangat senang sekali akan hadirnya pesan tersebut. Dia bergegas untuk kembali juga setelah dia mengetikkan beberapa kata untuk membalas pesan dari Tria tersebut:
hahahahahahaha .. tenang aja lgi , kyak apaan aja ceh ? beibi skarang lgi cpek ngets yah ? ehm
        .. ndang istirahat aja ya . jngan lpa maem, mandi, sholat, ama dzikranny syank. Yah? Ttep
        smangat kan ini ? smangat syank .. haphaphap !! love you 


To be continue ...

25.11.12

Jangan Menyerah...

Saat bersamamu...
Kapanpun itu...
Mengapa aku mampu
Mencari perbedaan darimu

Perbedaan yang membuatku semakin mencintaimu
Perbedaan yang menjadikan kau cinta terakhirku
Perbedaan yang membuatku jatuh hati padamu
Perbedaan yang menjadikan kau pelabuhan terakhirku

Saat bersamamu
Adalah saat bahagiaku
Bersama dirimu selalu
Adalah lantunan doa dan harapku

Mungkin bingung saat kau mendengar
Mungkin bosan saat kau mendengar
Mungkin keruh saat kau melihat
Mungkin bimbang saat kau pikirkan

Tapi... Saat ku berkata
"Kau terlihat cantik"
"Aku mencintaimu"
"Aku memilihmu"

Atau saat kau menatapku
Dan lagi kau mendengar
"Engkau satu - satunya cintaku"
"Aku bersyukur memiliki waktu bersamamu"

Adalah kata yang keluar dari hati
Adalah benar apa yang terasa dari hati
Adalah rasa yang membuncah di dalam diri
Adalah darah yang mengalir di dalam nadi

For you... Good luck...


Seperti engkau yang sedang berjuang disana
Akupun juga akan berjuang disini
Yakinku indah untuk takdir kita nantinya
Karena habya kau yang kupinta untuk temani diri

Seperti engkau yang sedang berjuang disana
Meraih mimpi dan cita - citamu terlaksana
Doaku untukmu membahana
Agar Allah SWT memudahkan langkah kakimu meraihnya

Seperti engkau yang sedang berjuang disana
Akupun juga akan berjuang disini
Bukan untuk siapa - siapa di luar jiwa
Tetapi untuk kembali kepada - Nya yang Maha Memberi

"I love you the women I gave her ring in her left ring finger. Because only you the women I did it."

24.11.12

Tiada Lurus Iman Seseorang Hamba Sehingga Lurus Hatinya, Dan Tiada Lurus Hatinya Sehingga Lurus Lidahnya

Sesungguhnya niat baik harus dilakukan dengan cara yang baik. Selayaknya sebuah koin, bidang yang satu tidak akan memiliki arti jika bidang yang lain tidak bersinggungan. Dan seperti koin di atas. manusia yang memiliki akal dan kemampuan berlebih dari Allah SWT merupakan anugerah dan amanah yang suatu saat nanti akan dimintai pertanggung jawabannya kelak di hadapan Allah SWT. Sementara itu keinginan manusia yang selalu ingin menguasai dan berada di puncak dunia merupakan salah satu bidang lainnya.

Hal itu tidak mengakibatkan kita harus menahan setiap keinginan kita dan menjadi "Manusia Suci" yang melewatkan dunia dan hanya memikirkan akhirat. Bukankah dunia ini hanyalah sarana yang menjadikan kita sebagai pribadi yang lebih hati - hati serta menahan keinginan diri kita yang tak biasa? Suatu saat nanti kita pasti kembali, lalu mengapa kita selalu memikirkan dunia? Menjaga iman dan keislaman apapun yang Allah SWT takdirkan kepada kita adalah anugerah terindah dari Allah SWT bagi hamba - hamba pilihan - Nya di muka bumi. Kesabaran, keikhlasan, serta ketaqwaan yang tetap dan istiqomah adalah bukti cinta Allah SWT kepada hamba - hamba pilihan - Nya, yang tentunya tidak semuanya mendapatkan. Tugas kita adalah untuk mencarinya, dan memintahya kepada Sang Maha Hidup...

Menjaga seluruh yang ada di diri kita hanya untuk beribadah kepada Allah SWT adalah tanggung jawab dan harga yang harus dibayar untuk cinta Allah SWT yang sangat besar dan melebihi segala ekspektasi kita. Semua akan berbayar indah sesuai dengan apa yang kita inginkah, semuanya tergantung kepada apa yang kita lakukan dan sejauh mana kita mau berusaha untuk mendapatkannya. Dan khilaf utama seorang manusia berada di mulutnya. Mulut manusia merupakan senjata bagi orang beriman dan bertaqwa untuk beribadah dan berdakwah, tetapi bagi sebagian yang lain mulut hanyalah sebagai penghias wajah semata guna menunjukkan kesempurnaan kita sebagai manusia dipandang dari segi fisik kita semata. Bahkan dalam salah satu hadist Rasullullah SAW pernah bersabda yang bunyinya: "Tiada lurus iman seseorang hamba sehingga lurus hatinya, dan tiada lurus hatinya sehingga lurus lidahnya (berkata benar)." (HR. Ahmad)

Bisakah kita???

We Will Not Go Down

Terjadi lagi... Sekian lama tak pernah terjadi mengharapkan damai yang tak kunjung datang
Dentuman senapan dan senjata laras panjang yang membahana
Memancarkan kekalutan pada mereka - mereka dalam mimpi di malam terang
Rasa getir dan dendam yang membuncah membutakan mata setiap mereka yang ada di sana

Derap langkah kaki ribuan jiwa menerkam cinta yang membuncah di tanah penuh rahmat
Dengan berpikul lara mengungsi menyelamatkan jiwa demi meraih cita yang terpendam
Untuk melangkah dengan damai menuju ke keabadian semesta
Mungkinkah?

Seru tawa perdamaian membahana
Lalu mengapa masih ada darah yang bercucuran?
Yakin kuatan diplomasi mereka yang berkuasa
Lalu mengapa tak ada mimpi?

Apakah ini kehendak - Nya? Yang menjadikan Tanah Suci Palestine menjadi ladang nyawa tanpa henti?
Bukankah takdir bisa berubah sesuai dengan kehendak serta doa jiwa yang terpuji?
Ataukah ini hanya sifat menguasai dari diri manusia suci?
Menganggap benar apa yang dilakukan dengan berdalih pada dogma - dogma sesaat

Tak bisakah kita nyanyikan lagu selamat pagi dunia dengan tangan menggenggam satu dengan lainnya?
Tak pedulikan hitam, mata sipit, terbelakang disekitar kita
Tak bisakah kita berpelukan bercengkrama kuat bersama dengan jiwa yang membuncah tentang kata: "PERSAUDARAAN"?
Tak pedulikan darimana kita berasal sedia kala

Entah apa yang harus kukata
Ku hanya bisa merasa
Ku tak ingin menjadi sepi
Ku hanya inginkan damai

Entah apa yang harus kulakukan?
KU tak bisa berkata karena ku bukan siapa
Banyak sekali yang harus dipertaruhkan
Tapi mengapa kita tidak yakin akan ketetapan - Nya yang Esa?

"Ya Allah... Apakah ini takdir - Mu untuk kami/
Ataukah karena keegoisan kami semata yang memperturutkan segala keinginan dari diri
Bimbing kami menuju agar bahagia berada di sisi - Mu
Karena sesungguhnya hanya Engkau tempat kami mengadu, dan hanya Engkau tempat kami memohon pertolongan

"Ya Allah Ya Rabb... Tuhan seru sekalian alam...
Lindungilah mereka yang berada di garis depan perjuangan
Lindungilah mereka selaku saudara seimanan dan seperjuangan
Dan berikan ketetapan - Mu yang terbaik untuk mereka

"Ya Allah... Berikan kekuatan - Mu kepada kami
Untuk menjalani takdir, dan mereih mimpi - mimpi kami
Kuatkan keimanan kami
Karena sesungguhnya hanya Engkau tempat kami kembali"

Rabbana 'atina fiddunya khasanah, wa fil akhirati khasanah, wa kinna adza bannar...
Barakallah ya Rabb... Barakallah ya Rabb... Barakallah ya Allah...
Amin... Amin... Ya Rabbal alamin...

************************************************************************************************
WE WILL NOT GO DOWN (GAZA TONIGHT)
Michael Heart

A blinding flash of white light
Lit up the sky over Gaza tonight
People running for cover
Not knowing whether they’re dead or alive

They came with their tanks and their planes
With ravaging fiery flames
And nothing remains
Just a voice rising up in the smoky haze

We will not go down
In the night, without a fight
You can burn up our mosques and our homes and our schools
But our spirit will never die
We will not go down
In Gaza tonight

Women and children alike
Murdered and massacred night after night
While the so-called leaders of countries afar
Debated on who’s wrong or right

But their powerless words were in vain
And the bombs fell down like acid rain
But through the tears and the blood and the pain
You can still hear that voice through the smoky haze

We will not go down
In the night, without a fight
You can burn up our mosques and our homes and our schools
But our spirit will never die
We will not go down
In Gaza tonight

23.11.12

Love Short Story - Not All Men As You Can Imagine


KU INGIN KAU TAHU ...

Langkah kaki berhamburan sesaat setelah bel sekolah berbunyi pada saat itu. Semua siswa yang ada di sekolah itu bergegas untuk keluar kelas dan menuju kembali ke rumahnya masing – masing. Tak jarang pula melihat beberapa anak yang masih dengan santainya mengobrol dengan karibnya atau masih nongkrong di pelataran kelasnya masing – masing. Banyak sekali yang mereka lakukan. Mulai dari membuka handphone, sekedar mengenakan jaket, atau memeriksa kembali perlengkapan di dalam tas mereka.
Surabaya saat itu sungguh terik sekali. Temperatur udara di sini menunjukkan angka 35˚ C. Hujan yang tak kunjung datang menjadi andil temperatur udara Surabaya berada di kisaran tersebut, padahal menurut kalkulasi yang dulu sempat diajarkan di sekolah memasuki bulan – bulan November ini seharusnya Surabaya sudah diguyur hujan. Tetapi sampai detik ini belum ada tanda – tanda hujan akan datang.
Cuaca seperti itu tidak menyurutkan semangat Ita. Dengan santainya dia mengenakan jaket yang ada di dalam tas sekolahnya lalu beranjak keluar dari kelas. Perhatiannya langsung tertuju kepada seorang pemuda yang sedang menunggunya di depan gerbang sekolah. Tak beberapa lama kemudian dengan langkah cepat dia menuju ke gerbang sekolah yang dimaksud tanpa mengindahkan berbagai sapaan maupun teguran dari kawan – kawannya yang mencoba untuk menarik perhatiannya. Ita hanya tersenyum kecil membalas perlakuan mereka kepadanya tersebut. “Hai mas, sudah lama nunggu ya?” Sapa Ita sesaat setelah dirinya berada di gerbang sekolah.
“Oh hai Ta, gimana tadi skulnya? Bisa kan?” Jawabku yang menunggu Ita sedari tadi
“Alhamdullillah mas, bisa. Tadi kelompokku maju presentasi fisika. Hehehe... Lucu kamu ceritanya mas, ntar aja ya aku critain. Sekarang mau ngapain lagi nih? Yuk ndang berangkat, aku malu nih di liatin temen – temen nantinya.” Jawab Ita sambil mengambil helm dan langsung memakainya tanpa disuruh.
“Ok, pegangan ya. Ini langsung pulang kan? Siap deh kalo gitu Ta.” Aku mengakhiri.
Di perjalanan yang hanya berjarak sekitar 4 sampai 5 menit dari sekolah tidak ada percakapan yang terjadi di antara mereka berdua. Aku tidak tahu mengapa tiba – tiba tersenyum sendiri, membayangkan seluruh kejadian yang baru saja terjadi serta khayalan – khayalan yang menggelayut nakal di pikirannya. Sedangkan Ita hanya diam tanpa berkata sedikitpun. Hanya Allah SWT dan dirinya yang tahu apa yang ada di pikirannya saat itu. Hal tersebut sangat wajar bagi kami berdua, karena hampir kami tidak pernah mendapatkan waktu sedemikian rupa. Apalagi sampai harus berboncengan di atas sepeda motor berdua seperti ini. Ini adalah yang pertama bagi kami berdua. Dan merupakan suatu peristiwa yang akan aku kenang nantinya.
Kesibukanku yang luar biasa serta keinginannya untuk segera mencari pekerjaan yang layak membuat waktu yang dihabiskannya bersama Ita hampir tidak ada, sementara itu aku juga menyadari bahwa Ita saat ini memerlukan konsentrasi yang sangat tinggi untuk menyelesaikan studinya. Maklum, Ita saat ini menempuh pendidikan di tingkat akhir di sebuah sekolah menengah atas negeri di bilangan Surabaya Barat.
“Udah sampai nih Ta, ndang turun gih!” Perintahku sesaat setelah mereka berdua sampai di tempat yang dimaksud.
“Ya mas, makasih banyak lo udah di jemput. Kalau aja sepedaku gak rusak gak bakalan aku minta tolong kamu mas.” Jawab Ita sambil melepas helm yang masih menempel di kepalanya.
“Hadeeh, mulai deh. Apaan sih. Orang cuma gini aja kok, lagian hari ini tadi aku bisa jemput, alhamdullillah. Kalau ntar gak bisa ya maaf Ta. Mungkin lain kali deh aku jemput kamu. Tenang aja lah, seneng berbuat sesuatu untuk kamu...” Jawabku dengan nada santai tapi penuh makna.
“Hhhmmm... Ia deh mas, makasih banyak ya. Aku masuk dulu boleh? Udah laper nih, lagian aku harus siap – siap untuk les ntar malam. Mas Prid nanti malam mau kemana?”
“Sekarang kamis kan? Ntar malam aku mau keluar ama temen – temen. Udah janji aku sama mereka, napa? Mau telpon ta ntar malam?”
“Oh ya se kemarin mas udah bilang, maaf Ita lupa. Tugasku masih banyak mas, ya deh ntar kalo sempet bakalan aku telpon malam ini. Tapi gak janji ya. Ita juga gak mau ganggu waktu mas ama temen – temennya mas.”
“Ia deh tenang aja, liat ntar malam aja ya gimananya. Ndang masuk sana gih, gak baik diliatin orang lama – lama diluar gini. Maaf ya udah maksa aku.”
“Gak papa lagi, emang aku udah mau masuk kok.” Jawab Ita sambil berjalan masuk ke rumah. Tak beberapa lama kemudian Ita kembali berkata, “Mas Prid, tanggal 23 Desember abis isya datang ya ke A&W depan rumah ini bisa gak? Ita mau bikin acara, mas datang aja sama temen – temennya mas yang biasanya juga gak papa kok. Itung – itung Ita juga mau kenal ama temen – temenmu. Ya mas?”
“Acara apa nih? Kok dadakan banget bilangnya, tapi untung acaranya masih lama. Insya Allah aku bakalan ajak temen – temenku kok. Insya Allah aku bakalan datang.” Jawabku santai sambil menyalakan mesin sepeda motor.
“Alhamdullillah... Janji ya mas, aku tunggu ya. Awas kalau gak dateng, aku gak bakalan maafin kamu mas. Hihihii... Chao, assallamuallaikum..” Akhir Ita saat itu.
“Wa’allaikumsallam Wr. Wb.”


Dentuman musik membahana memenuhi seluruh ruangan. Musik bernuansa semangat dari Maroon 5 yang berjudul One More Night menemaniku yang sedang menunggu di tempat biasanya kumpul dengan teman – teman. Malam itu tak seperti malam – malam biasanya. Aku masih memikirkan ajakan Ita tadi siang. “Apa yang sebenarnya terjadi? Bukankah Ita yang aku kenal itu anak yang pemalu, kalau dia mengundangku – walaupun itu acara banyak orang – bukannya itu bertentangan dengan harga dirinya? Ya Allah... Ada apa ini? Perasaanku gak tenang.” Begitu gumamku dalam hati. Sambil menghabiskan ice chocolate  yang ada di tangan, aku mengganti lagu di notebook – ku menjadi lagu dari Adrian Martadinata yang berjudul “Ajari Aku”.
Tak beberapa lama kemudian terdengar suara pintu yang diketuk tanpa aturan dari luar. Sambil memperhatikan jam aku bergegas untuk membukakan pintu. “Haii Prid...” Sapa salah satu kawan yang datang. “Jam piro iki? Janjiane kan jam 9 esch, iki jam 11 bengi. Kebiasaan kowe iku...” Hardik aku sesaat setelah pintu terbuka dengan sempurna, dan memang benar yang datang saat itu adalah teman – teman sejawat yang aku kenal saat duduk di bangku SMA dulu. Teman – teman yang sudah menemaniku melalui hari – hariku sekitar 7 tahun terakhir ini.
“Spurane seng akeh jeh, lha ngenteni Etho bari genda’an iki sek low. Koyok biasane lah.” Jawab salah satu teman yang paling tampan diantara mereka, Wawan.
“Jelentrek kok aku seng disalahne iku? Mbi low seng janjine jemput aku gak tepak.” Balas Etho yang seakan tidak terima namanya dijelekkan saat itu.
“Keat...” Tanggapan Mbi sederhana mendengarkan tuduhan temannya.
Aku hanya tersenyum penuh arti melihat kelakuan karibnya tersebut. Sambil menutup pintu aku mempersilahkan mereka untuk masuk dan mengambil tempat sesuai dengan keinginannya masing – masing. Jujur aku tidak pernah mempermasalahkan apa yang baru saja terjadi, selama 7 tahun ini ya begini ini kita. Tak jelas dan aneh... Tapi mungkin inilah yang membuat kita bisa bertahan selama ini. “Alhamdullillah... Mereka masih mengindahkan ajakkanku untuk kumpul malam ini.” Gumamku dalam hati.
“Jadi ada apa nih? Udah 2 bulanan kita tidak kumpul – kumpul kemana saja kalian pade? Iiihhh... Sok sibuk deh...” Kata Etho sambil mengambil ice chocolate di atas meja untuk kita yang sudah kusiapkan sedari tadi.
“Yo koen iku seng nag ndi Ho? Mbojo ae... Opo maneh metu – metu dewe gak jelas mesisan kowe iku Tho, aku iki lagi garap skripsiku, gak ngewangi opo piye malah metu dewe – dewe. Wah koen iku, hhhmmm...” Jawab Wawan dengan maksud menyindir kita semua yang ada disitu.
“Yo gapopo kumpul – kumpul ae, neg kowe gak iso terus sibuk beud ndang mbali kono Tho.” Jawabku sekenanya dengan nada bergurau. Lalu tak lama kemudian aku melanjutkan, “Mbimbimbi... Kowe lapo saiki? Wes mari durung skripsimu? O ya, terus onok lowongan pekerjaan ora iki?”
“Wes Prid alhamdullillah, neg lowongan akeh. Cuma seng sabar ae ya. Be’e dorong wayahmu. Sakilingku kan kowe wes ngelebokno nag ndi – ndi to? Oh ya, sido nag luar kota kowe? Jawab Mbi sambil menghidupkan notebook – nya. Buat kami Mbi dan laptopnya itu bagaikan sepasang kekasih yang tidak terpisahkan. Karena dimana ada Mbi, disitu pasti ada laptopnya. Maklum lah anak IT, cuma kan ya gak gitu – gitu banget to? Kasihan ceweknya Mbi. Hwehehehehehe...
“Aku jek pengen nag kene ce, neg iso gak nag ndi – ndi. Neg luar kotane Jatim ngono jek rodok oke lah akune. Cuma neg kudu metu Jatim, neg iso se gak. Akeh seng tak pertaruhne soale. Kowe ngerti kan? Cuma nontok engkolah Allah ndelek aku nag ndi, tapi iku pengenku benere.” Jawabku santai.
“Amin...” Jawab mereka hampir bersamaan.
“Eh... Awak dewe diundang Ita nag A&W tanggal 23 Desember bar isya. Ita iku adek kelas awak dewe nag SMA. De’e saiki jek kelas 3. Iso gak? Neg iso tolong ojok telat ya. Bare awak dewe maghriban engko langsung budal. Kumpul nag Etho pas magrhib. Iso kan? Tolong ya esch...” Pintaku menjelaskan dengan gamblang.
“Halah koyok opo ae, tenang ae. Demi kowe awak dewe bakalan teko kok Prid. Cuma seng aku takokne iku sopo iku Ita sampai kowe sakmenene? Ojok mbujuk neg de’e mek adek kelas tok, kowe gak tau koyok ngene karo wong seng mek adek kelasmu tok.” Jawab Wawan seakan mewakili jawaban kawan – kawanku lainnya.
Pertanyaan itu tak aku indahkan, aku masih tetap berseluncur di internet dengan menggunakan notebook – ku. Aku hanya tersenyum kecut serta memberikan isyarat bahwa aku tak akan menjawabnya – setidaknya untuk sekarang. Wawan dan teman – teman lainnya yang mungkin menungguku menjelaskan tentang hal ini hanya bisa terdiam tanpa sedikitpun bersuara. Dengan ekspresi kekecewaan yang terlihat samar di wajah mereka, mereka kembali melanjutkan kesibukan mereka saat itu. Sesaat aku memperhatikan mereka dengan sangat, dan tak jarang pula aku memperhatikan masing – masing dari mereka memperhatikan kawan lainnya dengan sangat. Hal ini membuat kami hanya bisa tersenyum kecil penuh makna. Hanya Allah SWT yang dapat menggambarkan bagaikama kehangatan kami saat bersama. Dan untuk kesekian kalinya di hidupku, aku merasakan bahwa aku sungguh beruntung di dunia ini. Bersama dengan mereka aku tak pernah takut untuk menghadapi dunia. Malam itu... Menjadi milik kita...


Mentari bersinar tak seperti biasanya saat ini. Sinarnya seakan malu menyinari dunia yang sudah banyak dosa ini. Angin semilir dan cuaca yang tidak seberapa panas saat itu menemani diriku yang sedang kebingungan. Aku melihat wanita berkerudung yang sedang berjalan di koridor sebuah tempat yang sungguh tidak asing bagiku tapi aku tak tahu apa. Aku hanya melihat punggung wanita yang aku maksud tersebut. Sambil menarik sebuah koper di tangan kirinya dia melambaikan tangan kepadaku yang sedang memperhatikannya dari jauh, dan ternyata tidak hanya aku. Di sekitarku ada banyak lagi orang yang sedang memperhatikannya. Aku tak tahu siapa mereka dan aku tak mau mencari tahu. Yang aku inginkan saat itu hanya memandangi wanita berkerudung yang sedang berjalan menjauh tersebut dengan lekat. Dia melambaikan tangan kanannya, dan sesaat kemudian sebelum melewati pintu dia menoleh ke belakang. Aku pandangi dengan seksama berharap menemukan jawaban siapa wanita tersebut, dan ternyata...
Terjadi lagi... Mataku terbuka dan mendapati tubuhku sedang berbaring di kamar. Keringatku bercucuran membuat kaos yang aku kenakan saat itu basah kuyup. Aku lihat jam yang masih terpasang di tangan kiriku, masih pukul 02.00 dini hari. Tak beberapa lama kemudian aku melangkah keluar kamar untuk mengambil segelas air putih sembari mandi. Kebetulan aku terbangun pada jam segini, sekalian aku akan melaksanakan ibadah malam. Setelah aku menghabiskan segelas air putih aku bergegas untuk membersihkan diriku di kamar mandi.


Pagi itu sembari menghidupkan notebook – ku, aku memikirkan tentang kejadian semalam. Ini sudah kesekian kalinya aku bermimpi tentang hal itu. Mimpinya selalu saja sama. Mengapa aku bermimpi seperti itu? Apakah ini suatu pertanda? Dan saat aku bangun dari mimpi tersebut mengapa aku merasakan perasaan gelisah yang teramat sangat, padahal mimpinya hanya seperti itu saja. Pikiran – pikiran seperti itu menggelayut dengan liar di dalam otakku sesaat setelah aku bermimpi tentang hal tersebut. Mimpi yang selalu berulang – ulang menghantui setiap malam – malamku sudah lebih dari 2 pekan ini.
Sembari membaca berita bola serta membuka inbox email – ku pikiranku tertuju kepada nada dering ringtone handphone ¬yang aku letakkan tak jauh dari jangkauanku. Setelah meraihnya aku lihat hp – ku tersebut. Dua buah pesan masuk ke handphone – ku pagi – pagi seperti ini. Kubuka pesan pertama dari temanku Etho, dengan gayanya yang khas dia bertanya tentang acara besok malam. Sempat aku bingung untuk menjawabnya tetapi setelah aku ingat – ingat lagi bahwa besok adalah tanggal 23 Desember maka aku menjawab pesan tersebut dengan cepat.
Tak beberapa lama kemudian aku buka lagi pesan kedua yang masuk ke dalam hp – ku. Pesan dari Ita. Aku perhatikan dengan seksama pesan itu untukku:
hai mas , pagi... have a nice day ya... oh ya besok jangan lupa besok dateng ya , aku tunggu . makasih 
Aku termenung sesaat setelah membaca pesan tersebut. Di dalam hati aku sudah ber ¬– azzam – bahwa aku akan datang. Walaupun jujur aku merasakan tak tenang dengan keadaan yang aku dapati saat ini.


Suasana di A&W saat itu sungguh sangat ramai. Aku bersyukur dan merasa sangat berterima kasih sekali kepada teman – temanku yang telah berkenan untuk menyempatkan hadir disini saat ini. Aku berpikir mereka akan telat hanya untuk sekedar kumpul, apalagi datang ke acara hari ini. Tetapi yang sungguh terjadi mereka datang tepat pada waktunya untuk berkumpul. Sesuatu yang jarang sekali terjadi. Aku ingat terakhir kali kita hadir tepat pada waktunya adalah acara pernikahan kakak teman kita. Bukan di acara yang sifatnya non formal seperti ini.
Tepat di waktu yang dijanjikan kami datang. Dan entah mengapa kami menjadi pusat perhatian saat itu. Banyak sekali orang – orang yang memandangi kita sesaat setelah kami datang. Kami sudah biasa seperti itu, tetapi mengapa hari ini aku merasakan tubuhku mengeluarkan keringat dingin. Entah apa yang dirasakan teman – temanku saat itu. Tak beberapa lama kemudian aku mendapati dua orang paruh baya datang ke arahku. Yang satu adalah seorang pria yang sangat tampan dengan garis muka yang terlihat tegas namun bersahaja, yang satu adalah seorang wanita yang sangat anggun dibalik balutan busana muslim yang beliau kenakan saat itu dengan garis muka yang berwibawa. Kami hanya bisa tersenyum dan menganggukkan kepala kami untuk menyambut kedatangan mereka berdua ke hadapan kami.
Tak lama setelah mereka sampai di hadapan kami sang wanita tersebut langsung membuka obrolan, “Kamu pasti nak Prid? Ita sering sekali membicarakan tentang dirimu kepada kami. Dan ini adalah teman – teman f4 – mu itu kan? Silahkan mengambil tempat dan nikmatilah hidangan yang sudah kami sediakan ini. Semoga kalian semua terhibur malam ini. Saya adalah mamanya Ita, perkenalkan. Dan ini adalah suami saya, papanya Ita.”
“Oh ya om dan tante, terima kasih sekali atas keramahan serta undangan untuk kami ini. Ini sungguh sangat berarti bagi kami. Semoga Allah SWT membalas setiap perlakuan om dan tante ini dengan balasan yang lebih baik lagi. Perkenalkan ini adalah teman – teman saya, Etho. Wawan, dan Mbi.” Kataku sambil menjabat tangan kedua orang tua Ita dan menunjukkan kawan – kawanku sesuai dengan urutan tersebut.
“Hai mas, tumben gak telat. Yuk masuk...” Kata suara manis yang sungguh sangat aku ingat.
“Ya Ta, aku kesana. Permisi om dan tante, saya duluan.” Jawabku penuh kehati – hatian.
Tepat pukul 19.30 malam acara tersebut dimulai. Setelah berbagai acara seremonial yang dibawakan oleh pembawa acara, tibalah acara sambutan yang dibawakan oleh Ita. Setelah dipersilahkan oleh sang pembawa acara Ita langsung maju ke depan dan memberikan beberapa patah kata. “Terima kasih banyak untuk kehadiran teman – teman sekalian pada malam hari ini. Acara ini tidak akan pernah aku lupakan seumur hidupku.” Ita memulai. Dan tak lama kemudian, Ita kembali melanjutkan, “Dalam kesempatan kali ini Ita ingin mengucapkan permohonan maaf yang sebesar – besarnya bila selama ini Ita pernah memiliki kesalahan serta kekhilafan kepada kalian semua baik yang Ita sengaja maupun yang tidak sengaja. Sungguh tak ada maksud dalam diri Ita untuk melakukan hal tersebut.
“Pada kesempatan kali ini Ita juga ingin memohon doa serta dukungan dari teman – teman semua yang ada disini karena 3 hari lagi Ita akan pergi ke Singapura.” Sesaat Ita terdiam. Sama dengan suasana yang terjadi di dalam ruangan tersebut. Kawan – kawanku yang sedang asyik nyemil di sebelahku juga ikut terdiam. Sesaat pandangan mereka tertuju kepadaku. Ita memberikan isyarat bahwa dia akan melanjutkan pembicaraannya, dan tak lama kemudian Ita kembali melanjutkan, “Ita akan pergi ke Singapura, dan... Ita tidak akan melewatkan tahun baru bersama keluarga serta kalian semua di Surabaya. Setidaknya selama 4 tahun ini. Ita akan melanjutkan kuliah di Singapura. Dan ini adalah pesta perpisahan sebelum Ita berangkat.”
Apa yang dikatakannya saat itu sungguh tak dapat aku terima dengan akal sehat, kenapa harus di Singapura? Kenapa harus keluar dari Surabaya? Apa disini tidak ada universitas yang mumpuni lagi? Pertanyaan – pertanyaan itu menggelayut di kepalaku. Seakan tak terima dengan penjelasannya yang sepihak tersebut aku memutuskan untuk pergi dati tempat itu tanpa pamit ataupun tedeng aling – aling lagi. Jadi mungkinkah ini pertanda dari mimpi – mimpiku selama ini? Mungkinkah Allah SWT sudah mempersiapkan mentalku untuk menghadapi suatu kenyataan berat seperti ini? Sesaat pandangan mataku dan mata Ita bertemu, tetapi aku sudah tak mampu untuk berada di tempat ini. Tak kupedulikan juga panggilan dan pertanyaan kawan – kawanku walaupun sejatinya aku juga mendengarkannya. Saat ini... Aku hanya ingin sendiri. Sendiri menyendiri dan hanya aku yang mengerti...


Sejak kejadian pesta di A&W itu tidak pernah lagi aku bertemu Ita ataupun kawan – kawanku. Aku menjauh dari mereka. Mencoba mencerna kenyataan yang tak berpihak kepadaku. Aku menghabiskan waktu sendirian di jalan atau setidaknya mengunjungi suatu tempat yang tidak aku rencanakan sebelumnya. Hari berganti hari dan tak besok adalah jadwal keberangkatan Ita ke Singapura. Semalaman aku tidak dapat tidur. Mataku tertuju kepada handphone – ku yang sedari tadi berbunyi. Pertanda beberapa pesan singkat masuk ke dalam kotak masukku. Aku baca pesan yang masuk tersebut satu persatu. Ada pesan dari Mbi yang berkata:
Prid nag ndi kowe iku? Ojok ngilang dewe a esch. Neg onok opo – opo mbok crito, dienteni arek – arek iki low kowe...
Lalu ada juga pesan dari Wawan yang masuk:
He lhe... Aku ngerti opo seng mbok rasakne, cuma kowe kudu kuat. Bukane iku digawe mimpine de’e ya? Aku ro kowe cinta banget karo Ita, terus iki ujianne. Seng sabar lhe. Awak dewe nag kene ngancani kowe selalu kok esch... Smsn aku ya neg onok opo – opo.
Cinta? Benarkah aku mencintai Ita sehingga aku melakukan hal semacam ini kepadanya? Memang bukan hakku untuk marah dan pergi saat dia mengumumkan keberangkatannya, lalu mengapa aku melakukan itu? Bukankah ini demi mimpi – mimpinya? Benarkah aku mencintainya?
Malam itu sangat menyesakkan bagiku. Banyak sekali pertanyaan – pertanyaan yang membutuhkan jawaban di kepalaku. Kepulanganku hari ini memang sengaja agar aku dapat bertemu Ita untuk yang terakhir kalinya – setidaknya hingga 4 tahun mendatang. Tapi untuk menghubunginya saja aku tak mampu, bagaimana caranya aku memintanya untuk bertemu denganku? Aku kembali merebahkan badanku di kasur dan tanpa diminta seluruh kenangan – kenanangku bersama dengan Ita tergambar jelas layaknya sebuah film yang diputar kembali di dalam kepalaku. Waktu saat aku bertemu dengannya, berbincang lewat telepon dengan dirinya, atau saat aku menatap indah dirinya. Tak ada kenangan yang tak aku ingat saat aku bersama dengan dirinya, dan entah mengapa saat itu aku merasakan dadaku terasa sakit. Sakit sekali... Bagaikan ditusuk sembilu berulang – ulang saat aku mendapati bahwa Ita akan pergi ke Singapura. Sembari menitihkan air mata yang tiba – tiba meleleh keluar dari mataku tanpa aku perintah tak lama kemudian aku lihat lagi layar handphone – ku melanjutkan untuk membaca pesan singkat yang masuk ke dalamnya. Kali ini pesan dari Etho:
Prid cintaku, lagi dimana nih sekarang? Lagi apa sekarang? Udah maem belum? Mungkin anak – anak lain sudah pada sms kowe seng gak jelas to, dadi aku mek ape ngomong... Ita besok meminta kita untuk mengantarkannya berangkat di Juanda. Jam 11 siang, pemberangkatan internasional Juanda. Kowe wes akeh kecewa Prid, aku tahu itu. Cuma untuk wanita yang kau bela mati – matian ini tolong sempatkan dirimu untuk datang. Untuk terakhir kalinya bertemu dengannya, setidaknya sampai 4 tahun lagi. Hubungi aku lagi kalau kamu butuh temen ya cintaku... Seng sabar dulur, mek 4 tahun tok. Gak rego gawe urip saklawase karo de’e 
Dan yang terakhir pesan singkat dari Ita. Sejurus kemudian langung aku baca tanpa menunggu lebih lama lagi:
Aku minta maaf mas... Tolong tetap doain Ita ya... 
Hatiku berdegup kencang saat itu, jiwaku gelisah tak menentu mengetahui hal itu. Apa yang harus aku lakukan? Oh ya Allah... Berikan petunjukmu untukku...


Pagi itu bandara Juanda sangat ramai, mungkin karena saat ini bertepatan dengan libur natal serta tahun baru oleh karena itu banyak orang yang ingin menghabiskan waktu bersama dengan keluarga maupun orang terkasih. Tak jarang pula dijumpai tangis yang mengiringi kepergian salah satu kerabat dekat. Keriuhan suasana Juanda saat itu tak menyurutkan langkah Ita untuk pergi menggapai mimpinya. Dengan memakai kemeja berwarna putih, kerudung biru, serta jeans yang sepadan dengan sepatunya, Ita terlihat sangat anggun saat itu. Tangan kirinya menarik koper yang nantinya akan dia bawa berangkat, dan tangan kanannya menggelayut di punggung sang bunda yang mengantarkannya saat itu. Dengan ditemani oleh seluruh keluarganya yang terdiri dari ayah, kakak, serta adiknya, dan kawan – kawanku yang diundang untuk mengantarkannya saat itu dia berangkat ke koridor pemberangkatan internasional bandara Juanda. Aku juga tidak tahu mengapa cepat sekali Ita dan kawan – kawan karibku itu bisa akrab antara satu dengan lainnya.
Sementara aku sedari tadi sudah menunggu di balik pilar. Terhitung sudah 3 jam aku berdiri disini. Aku melihat setiap orang yang berlalu – lalang di tempat ini. Aku juga melihat Ita dan rombongannya masuk. Aku ingin datang menghampirinya, tetapi kakiku terasa berat untuk melangkah. Dan lidahku terkunci untuk berteriak lantang memanggil namanya. Aku tak bisa apa – apa! Yang saat ini bisa aku lakukan hanyalah memperhatikan mereka semua dari balik pilar tempatku berdiri saat ini. Sesaat kemudian aku merasakan dejavu yang sangat hebat. Aku merasa pernah berada di tempat ini, di waktu ini suatu waktu yang lalu dan kini aku ulangi lagi. Setelah tenang dan aku ingat baik – baik ternyata keadaan ini sama seperti apa yang terjadi di mimpi yang menghantui malam – malamku beberapa saat yang lalu.
Waktu sudah menunjukkan saatnya Ita untuk berangkat ke Singapura. Dari kejauhan aku melihat Ita sedang berpamitan kepada orang – orang yang sedang mengantarnya saat itu. Berarti sesaat lagi adalah waktu baginya untuk masuk dan berangkat. Pada saat seperti ini badanku tidak menuruti apa yang aku perintahkan. Badanku terasa berat untuk sekedar menghampirinya. Aku tak bisa... Aku tak mampu... “Ya Allah... Berikan aku kekuatan untuk bersamanya. Untuk mengantarkannya. Tolong ya Rabb...” Gumamku sembari meneteskan air mataku untuk kesekian kalinya.
Tak beberapa lama kemudian Ita sudah melangkah pergi. Sama seperti mimpiku. Aku tak bisa... Aku harus mengatakan sesuatu kepadanya... Dengan kekuatan dan keberanian tersisa aku berteriak memanggil namanya di tempatku kini berada, “Phytri Itanisa, tunggu!” Begitu perintahku kepadanya. Suaraku yang lantang saat itu menarik perhatian setiap orang yang ada disekitar tempat itu. Aku tak menyangka akan memanggil namanya dengan begitu lantang saat itu. Memanggil nama lengkapnya keras seakan aku ingin mencari perhatian dari situ. Aku melihat wajah keheranan dari wajah – wajah keluarga Ita yang datang untuk ikut mengantarkan. Sementara itu wajah teman – temanku memancarkan senyum dan tawa yang berseri – seri seakan tahu apa yang hendak aku lakukan setelahnya. Aku kumpulkan kekuatan dan keberanian terakhir yang aku miliki saat itu. Untuk terakhir kalinya selama 4 tahun ini aku akan melihat wajahnya, aku harus kuat demi dia. Aku langkahkan kakiku perlahan. Setapak demi setapak untuk menujunya... Ke tempat dia berdiri menungguku saat itu...
“Pridenca Luvly Heartdeep, darimana saja kau. Kenapa jam segini baru datang?” Tanya Etho menjemputku dengan tangan terbuka seakan ingin memelukku.
“Aku disini sudah dari 3 jam yang lalu. Aku berada di balik pilar.” Jawabku sembari membalas pelukan Etho. Beberapa saat kurasakan tangan – tangan lain yang memeluk tubuhku. Dan aku tahu itu adalah tangan kawan – kawanku yang lainnya.
“Lha berarti kowe lak ro neg awak dewe teko? Ngono meneng ae ii...” Kata Wawan seaakan tidak terima.
Aku hanya tersenyum mendengar perkataan Wawan tadi. Sejurus kemudian aku melepaskan pelukanku dari lengan kawan – kawanku. “Sebentar ya, aku ingin bicara dengan Ita.” Pintaku dengan sangat kepada mereka. Sesaat kemudian mereka mempersilahkan aku untuk melanjutkan langkahku ke arah Ita berada. “Om... Tante... Assallamuallaikum...” Kataku sembari menciumi tangan kedua orang tua Ita saat aku berjalan melewati beliau berdua. “Hai Pop, Pras, mbak...” Sapaku kepada anggota keluarga Ita yang ikut mengantarkannya saat itu. “Saya...” Lanjutku sembari memberikan isyarat kalau aku ingin terus melangkah ke depan. dan mereka semua pun mempersilahkannya.
“Hai Ta...” Begitu kataku saat aku sudah berhadapan dengan Ita.
“Mas... Mas datang, kirain gak bakalan datang.” Jawab Ita\
“Buktinya aku disini. Oh ya ada sesuatu yang mau aku berikan ke kamu. Nih...” Kataku sambil memberikan sebuah buku catatan yang sedari tadi aku bawa.
“Makasih mas. Ita juga mau kasih ini sebenarnya ke mas.” Dia memberikan flash disc – nya ke arahku saat berkata seperti itu.
“Apa nih? Ntar aku lihatnya waktu udah di rumah. Benernya ada sesuatu yang mau aku bicarain ke kamu...” Kataku dengan nada agak lirih.
“Aku juga mas, ada sesuatu yang mau aku tanyakan ke mas. Tentang...” Balas Ita.
“Aku cinta kamu...” Kata kami berdua hampir bersamaan.
Entah apa yang terjadi saat itu. Sesaat suasana menjadi hening untuk kita berdua. Ita dan aku sama – sama terdiam di tempat kita berdiri masing – masing. Perasaanku campur aduk saat itu, dan aku tak mengerti bagaimana harus menjelaskannya. Dan aku yakin Ita juga merasakan hal yang sama denganku. “Baca halaman terakhir dari buku itu, yang penting ada disitu. Tapi buku itu aku tulis untuk kamu kok.” Kataku memecah keheningan.
“Ia mas...” Jawab Ita lirih.
“Di dalam buku itu aku sudah selipkan cincin untuk kamu. Cincin yang satu aku sematkan di jari manis tangan kiriku. Ta, selesein kuliahmu disana secepat mungkin ya. Jangan lama – lama di Singapura! Pulanglah... Banyak orang yang akan merindukanmu.” Kataku lirih penuh arti.
“Empat tahun lagi, jemput aku disini mas. Tunggu aku pulang. Jangan sampai gak datang ya. Sekarang aku berangkat dulu. Assallamuallaikum Wr. Wb. cintaku...” Ita mengakhiri.
“Wa’allaikumsallam Wr. Wb.” Jawabku.
Sesaat kemudian Ita sudah melewati boarding pass dan tak terlihat lagi disana. Keluarga yang mengantarkannya dan aku dengan ditemani kawan – kawanku untuk beberapa saat lamanya masih berdiri di sana. “Apa yang terjadi, terjadilah. Kekuatan cinta kita akan diuji mulai saat ini. Aku percaya akhir yang indah tertulis untuk kita berdua. Allah SWT memberikan reaksi dari apa yang dilakukan hamba – hamba – Nya. Dan ini aksiku untuk mendapatkan cintamu. Aku mau, aku mampu, dan aku untukmu. Mencintaimu selama ini adalah anugerah terindah yang pernah aku miliki. Bukan aku tak ingin memilikimu, tetapi cintaku tanpa syarat sedikitpun untuk memilikimu. Waktu bersama denganmu sudahlah cukup bagiku. Suatu saat nanti Allah SWT akan mempertemukan lagi kita berdua, di tempat yang indah, di waktu yang indah, saat bersatunya kita berdua untuk menggapai cinta – Nya yang Maha Sempurna. Kembalilah... Aku menunggumu... Kita selamanya...” Begitu kataku yang entah aku katakan pada siapa saat itu. Aku hanya ingin berkata saja. Dan tak beberapa lama kemudian aku mendengarkan kawan – kawan beserta keluarga Ita menjawab serempak, “Amin...”

Cerpen Persahabatan


SURAT UNTUK SAHABAT ...

Sore itu tidak seperti biasanya bagi Annisa. Untuk kesekian kali dalam hidupnya dia merasakan semangat hidupnya membara lagi setelah lama redup. Hari ini tanggal 12 Mei, seminggu lagi adalah ulang tahun sang sahabat tersayang. Annisa sudah berencana untuk hadir dan memberikan ucapan selamat kepada sang sahabat tersebut. “Mungkin ini adalah pertemuan terakhirku dengan Triana.” Begitu pikirnya dalam hati.
Annisa adalah gadis yang sangat cantik serta menarik hati. Tetapi Allah SWT menakdirkan lain kepada dirinya. Sejak kecil Annisa menderita sirosis, dan dokter memvonis dia hanya memiliki waktu hidup sekitar 7 bulan lagi. Dan bila vonis dokter itu benar, maka januari adalah waktu terakhirnya di dunia ini.
Annisa tidak pernah mengeluh tentang keadaannya tersebut. Bahkan entah mengapa untuk anak seusianya – yang masih 17 tahun – dia terlhat sangat dewasa dibandingkan dengan umurnya. Bahkan setelah dia mengetahui umurnya yang tidak lama lagi dia tetap mampu berpikir positif. Jawabannya hanya satu saat dia ditanya oleh Akbar – pria yang dekat dengan dirinya – tentang masalah ini “Allah sangat mencintaiku, makanya Dia tidak membiarkanku jauh dari – Nya terlalu lama.” Jawaban itu malah membuat orang – orang yang menyayanginya terenyuh dan terharu begitu dalam.
Annisa tidak pernah memperlihatkan kesedihannya di depan orang lain, bahkan kepada sahabat karibnya sendiri. Triana adalah teman main Annisa sejak kecil. Mereka bertetangga dan selalu sekolah di sekolah yang sama. Dimana ada Annisa disitu ada Triana, mereka seperti pasangan yang tak terpisahkan. Berbeda dengan Annisa yang sangat tertutup dan pendiam, Triana adalah orang yang apa adanya, terbuka, dan supel. Hal ini membuatnya sangat akrab dengan siapa saja yang dia inginkan.
Seminggu lagi – tepatnya pada tanggal 19 Mei – dia akan berulang tahun yang ke – 17. Dalam acara tersebut Triana berencana untuk mengadakan pesta ulang tahun dengan mengundang teman – teman baiknya, termasuk Triana. Setelah Triana menyelesaikan sekolahnya tahun ini dia akan meneruskan pendidikannya ke Singapura. Oleh karena itu dia ingin ini menjadi pesta ulang tahun yang bisa dikenang oleh sahabat – sahabatnya, terutama Annisa.

***************

  “Kriiiinggg.... Kriiiiinggg....” Bel tanda upacara telah terdengar di sekolah hal itu menandakan bahwa sebentar lagi upacara rutin hari senin akan dimulai. Semua murid berhamburan keluar kelas. Tak terkecuali juga dengan Annisa dan Triana, mereka terlihat membaur dengan teman – teman satu kelas mereka untuk keluar kelas. “Hai Nis, kamu bakalan datang kan waktu pesta ultahku besok?”, tanya Triana membuka obrolan
“Insya Allah aku akan datang cinta... Kamu jangan khawatir lah...”
“Kalo gitu, bawakan sesuatu yang spesial ya menurutmu yang bisa gambarin aku banget...”
“Hahahahahaha... Apa sih cin... Ehm... Aku kasih kamu baby doll. Mau kan?”
“Yeeekkk... Moh... Ayo ndang upacara. Ndang mari ndang wes...”
Upacara kali ini berjalan dengan rutinitas seperti biasa. Hanya awan mendung yang menemani saat itu. Tetapi entah mengapa kepala Annisa terasa berputar dan tidak lama kemudian dia terjatuh di tengah barisan. Hal ini sontak membuat teman – temannya panik. “Nis, kowe lapo we... Gak usah guyon...” Kata salah satu temannya. “Ayo cepat bawa dia ke UKS!” Pinta Triana yang saat itu berdiri di sebelahnya.
Setelah beberapa lama tak sadarkan diri Annisa akhirnya sadar. Dia hanya mendapati bau obat dan beberapa obrolan yang dia tahu dilakukan oleh teman – temannya bergemuruh di sekitarnya. Tangan Triana menggenggam tangannya. Kepalanya masih terasa berat dan mukanya pucat. “Dimana aku cin?” Tanya Annisa
“Kamu sudah sadar Nis? Syukurlah... Mang kamu kenapa?” Jawab Triana saat itu juga. Hal itu juga disambut gemuruh teman – temannya yang ada di UKS saat itu.
“Gak ro wah... Ndasku jek ngelu iki. Kekeselen ae be’e. Aku nag ndi kok?” Annisa memaksa
“Kamu sekarang di UKS Nis, kamu pingsan waktu upacara tadi. Gak lama kemudian kami langsung membawa kamu ke UKS. Kamu baik – baik aja kan? Mukamu pucat banget, aku khawatir kamu kenapa – kenapa Nis.” Jawab Akbar, pria yang dekat dengan Annisa.
“Aku gak papa kok Bar, maaf ya sudah bikin kamu khawatir.” Jawab Annisa dengan lirih.
“Ecieh... Manisnya rek... Jadi gak mau ganggu aku gini ini.” Seloroh Triana.
Tak lama kemudian semua perhatian semua siswa yang ada di UKS tersebut tertuju kepada pintu yang dibuka, dan disana masuklah seorang wanita cukup tua, berkerudung, dan badannya agak subur. Wanita yang diketahui bernama Rukmi tersebut merupakan salah satu guru di sekolah tersebut dan juga penanggung jawab kegiatan UKS di sekolah itu.
Tak beberapa lama kemudian Bu Rukmi memecah keheningan dengan berkata, “Nisa ini surat ijin kamu. Kamu boleh pulang. Setelah ibu periksa kondisimu memang tidak memungkinkan. Ibu juga sudah telepon orang rumah dan sebentar lagi mamamu akan menjemputmu. Saran ibu langsung periksa ke dokter ya setelah pulang ini.”

*************************

“Hai Nis dimana kamu?” Sudah tidak terhitung beberapa kali handphone Annisa bergetar menerima pesan singkat dari Triana. Malam itu terasa berat sekali bagi Annisa. Dia harus menjalani rawat inap untuk memastikan kondisinya baik – baik saja. Hal itu membuat orang tua Annisa setuju untuk merujuk Annisa ke Rumah Sakit Umum Daerah terbaik yang ada di daerah itu. Tak henti – henti tangis Annisa bercucuran menyesali keadaannya saat itu. Dari 17 tahun baru kali ini dia tampak begitu terpukul. Hanya satu kalimat yang selalu terucap dari dalam bibirnya, dan ucapannya itu selalu sama “Ya Allah... Mengapa harus aku? Mengapa engkau beri aku ujian seperti ini? Di saat aku ingin memberikan kenangan terindah bagi sahabatku tercinta. Ya Allah beri aku kekuatan, setidaknya sekali ini saja sampai tanggal 19 Mei besok agar aku dapat hadir di acara ulang tahun sahabatku Triana. Setelah itu aku pasrah atas ketetapan takdir – Mu.”

**************************

Semenjak kejadian jatuhnya Triana waktu upacara kemarin Triana tidak bisa berpikir dengan jernih, Dia tidak pernah fokus ke pelajaran sekolah, atau tidur dengan nyenyak di malam harinya. Tidak pernah dia melihat Annisa jatuh dengan wajah pucat seperti itu. Hal itu sangat membuat Triana khawatir. Apalagi sudah 2 hari ini Annisa tidak masuk sekolah, di rumahnya pun tidak ada orang yang bisa dimintai informasi tentang apa yang terjadi dengan sahabatnya tersebut.
Entah karena apa malam itu Triana terus terjaga dari tidurnya. Dia bertekad untuk mencari tahu tentang apa yang terjadi kepada sahabatnya itu. Bahkan dia berencana untuk tidak masuk sekolah seharian guna mendatangi rumah sahabatnya itu. “Besok aku bakalan bolos dan pergi ke rumah Nisa. Aku harus tahu apa yang terjadi denganmu.” Begitu tekadnya dalam hati. Tak lama kemudian ringtone handphone – nya berbunyi. Triana melihat hp – nya tersebut dengan malas, tetapi setelah tahu siapa yang mengiriminya pesan dia langsung bersemangat dan bergegas membuka isi pesannya. “Sehari sebelum ultahmu, datang ya ke rumahku cin. Jam 7 malam, tolong :)” Itu pesan dari Annisa. Hal itu membuat Triana bisa memejamkan matanya dengan lelap malam itu.

*********************************

“Teng... teng... teng... teng...” Bel tanda pelajaran sekolah berbunyi, dan itu membuat Triana sangat bersemangat sekali. Besok adalah hari ulang tahunnya yang ke – 17, lalu malam ini dia akan bertemu lagi dengan sahabatnya tercinta yang sudah lama tidak ada kabarnya. Dia berencana akan menghakimi Annisa karena telah berani untuk menghilang tanpa pesan darinya. “Akan kucubit itu pipinya yang tembem, biar dia tahu rasa...” Begitu katanya dalam hati.
Pukul 18.30 malam Triana bergegas untuk ke rumah Annisa. Dia sudah tidak sabar untuk bertemu dengan karibnya tersebut. Bahkan untuk “Menyambut” datangnya kembali Annisa dia memakai gaun yang rencananya baru besok dia gunakan. Setelah menghabiskan malam di kendaraan selama beberapa waktu akhirnya Triana sampai juga di rumah karibnya, Annisa. Tapi apa yang dia dapati saat itu? Apa yang terjadi tidak sesuai dengan apa yang dipikirannya selama ini.
Rumah Annisa tertutup terop, banyak sekali undangan yang hadir saat itu, serta suasananya tidak biasa. Hal ini membuat Triana bertanya – tanya. Untung saja saat itu dia bertemu dengan Akbar, teman sekolahnya serta pria yang sangat dekat dengan Annisa. Tak keburu lama, Triana langsung bertanya kepadanya, “Ada apa ini Bar? Mana Nisa?” Pertanyaan itu hanya membuat hati seorang pria yang sudah hancur menjadi berkeping – keping. Sembari menahan tangis dari matanya Akbar hanya menjawab, “Kamu sudah ditunggu tante dari kemarin Tri. Beliau menunggumu di dalam.” Tak lama kemudian Triana langsung berlari ke dalam. “Tante ada apa ini? Mana Nisa?” Tanya Triana menuntut.
“Ini surat dari Annisa untuk kamu, semuanya sudah terjawab di dalam situ. Tante cuma mau minta maaf Tri.” Jawab ibunda dari Annisa sembari menyerahkan sepucuk surat berwarna putih dengan gradasi biru di ujungnya.
Tak beberapa lama kemudian Triana langsung membuka surat tersebut dan membacanya dengan seksama dalam hati:

Cerpen Nasionalisme


NEGARAKU LEBIH BERHARGA!

Pagi itu terasa spesial bagi Cinta, karena pagi itu adalah awal dari dirinya untuk menduduki posisi yang diduduki oleh ayahnya – seorang direktur perusahaan mesin terkenal dunia. Sang ayah yang memutuskan untuk mundur dan menjadi dewan komisaris mempercayakan perusahaan yang telah dipimpinnya selama lebih dari 29 tahun tersebut.
Cinta memang telah sejak lama dipersiapkan untuk ini. Keluarga Cinta adalah satu – satunya orang Indonesia yang mampu untuk berada di posisi itu, sementara itu semuanya adalah orang asing. Sebagai salah satu negara penghasil minyak dan konsumen minyak terbesar di dunia Indonesia juga merupakan salah satu pangsa pasar dari perusahaan tempat Cinta bekerja tersebut. Dan oleh sebab kedekatannya, Cinta dipercaya untuk memimpin perusahaan yang beroperasi di Jakarta, Indonesia. Hal itu membuat Cinta tambah menjadi senang dan bahagia.
Dengan didampingi oleh para ajudan serta kekasihnya – Lara – Cinta bergegas untuk memulai hari ini dimulai dengan mengadakan inspeksi serta memperkenalkan dirinya kepada jajaran direksi melalui sebuah rapat tertutup. Disana Cinta memperkenalkan siapa dirinya serta tak lupa untuk bertanya kepada orang – orang yang berada di situ, baik tentang masalah personal maupun profesional. Hari – hari Cinta dilalui dengan penuh semangat dan kerja keras.

*******************

“Gimana keadaan kantor nduk?” Tanya sang ayah dalam forum makan malam bersama keluarga.
“Baik yah, alhamdullillah semua orang disana bantu Cinta hari ini. Apalagi ada Lara juga, jadi ayah gak usah khawatir deh.” Jawab Cinta santai.
“Ia om, Cinta tadi sudah belajar banyak tentang kerjaan barunya. Saya yakin dalam waktu kurang dari 1 bulan Cinta akan mampu untuk membuat kebijakan yang baik untuk kelangsungan perusahaan. Apalagi ini Indonesia, tempat Cinta. Jadi mohon doanya saja Om biar semuanya lancar.” Tambah Lara menimpali.
“Justru karena itu Ra, justru karena di Indonesia dan Cinta ada di posisi tertinggi dalam perusahaan. Om khawatir. Ssngat khawatir tentang dirinya.” Jawab sang ayah serius.
“Tentang apa yah?” Tanya Cinta penasaran.
“Setiap tanggung jawab dan waktu yang diberikan kepada kita itu sejatinya memiliki banyak sekali godaan, ujian, serta hal lain yang harus diperhatikan. Ayah tidak akan banyak bicara karena ayah mengerti secara akademis kamu lebih mampu daripada ayah. Ayah hanya berpesan, kembalikan semua kepada agama dan nilai – nilai yang selama ini kamu anut. Tidak selamanya kita hidup di dunia nduk.
Dan kamu Ra, tolong jaga anak wanita om ini sebaik – baiknya!” Sang ayah mengakhiri.
“Insya Allah om...” Jawab Lara penuh kesungguhan.

*****************************

Hari itu agenda Cinta sungguh sangat padat. Dia harus memimpin rapat serta menghadiri presentasi para vendor yang ingin melakukan beberapa tender. Setelah berjalannya waktu Cinta semakin mengerti tentang ucapan sang ayah. Cinta selalu memikirkan ucapan sang ayah itu setiap hari sejak peristiwa makan malam itu. Dan benar saja tak beberapa lama setelah Cinta menjabat sudah banyak sekali persoalan – persoalan yang harus dia hadapi.
Persoalan pertama datang dari “Orang dalam” perusahaannya sendiri. Seorang karyawan senior dalam perusahaannya tersebut. Orang tersebut selalu menentang setiap kebijakan yang Cinta terapkan, dia juga sering sekali menekan Cinta dengan keinginan – keinginannya atas dalih kepentingan perusahaan. Dia juga selalu membicarakan Cinta di belakang Cinta. Jujur saja hal itu sangat mengganggu Cinta dalam bekerja.
Persoalan kedua datang dari “Orang luar”. Dan hal itu terkait dengan tender dan segala macam bentuk kerja sama yang dilakukan perusahaannya dengan pihak lain. Banyak sekali tender maupun penandatanganan kerja sama itu dilakukan dengan tidak jujur. Sudah banyak sekali proposal yang masuk ke mejanya serta beberapa upeti yang menyertainya. Jumlahnya tidak tanggung – tanggung. Hal itu dilakukan agar supaya kepentingan pribadinya terpenuhi. Mungkin masih tidak mengapa kalau yang melakukan itu adalah orang asing, tetapi sampai orang pribumi pun juga melakukan hal yang sama. Apa tidak ada lagi orang baik dan jujur di dunia ini?
Batin Cinta terpuruk dan tertekan, apalagi Lara juga memberikan solusi yang sangat keras terkait dengan hal ini. “Tolak! Kita tidak perlu berbisnis dengan cara kotor seperti ini. Masih banyak orang baik di dunia ini, apalagi negeri ini. Banyak sekali yang kita pertaruhkan untuk ke depannya.” Begitu kata Lara kepada Cinta dalam suatu kesempatan. Jujur hal itu membuat Cinta bimbang. Di satu sisi idealismenya berkata bahwa dirinya menolak segala hal seperti ini, tetapi di sisi lain hal ini  nyata! Dan mau tidak mau Cinta harus mengalaminya.
“Aku harus gimana Ra? Jujur aku bingung sekali, sedangkan deadline pengerjaan sudah sangat mepet sekali.” Keluh Cinta dalam satu waktu.
“Hai Cin, sejak kapan kau menjadi seperti ini? Kita selalu percaya bahwa semua yang terjadi di dunia ini adalah ujian Allah SWT kepada diri kita? Makanya kita hanya perlu untuk berbuat sebaik mungkin bukan? Bukankah semua itu sudah diatur Allah SWT dengan indah? Sudah waktunya kau rubah mental para pekerja di perusahaanmu, dan oleh sebab itulah Allah SWT memberikanmu posisi itu.” Jawab Lara mencoba bijak.
“Terus aku harus bagaimana untuk menyelesaikan permasalahanku ini?” Tanya Cinta lagi.
“Jujur rasanya tidak adil kalau aku yang harus menjawab pertanyaanmu itu. Karena aku tidak terlibat secara profesional kan dengan urusan kerjaanmu Cin. Aku hanya orang luar yang hanya mendapatkan berita dari satu orang, kalau engkau menuruti perkataanku maka engkau sudah menjadi seorang pimpinan yang tidak adil dan hanya menuruti emosimu semata.
“Tetapi jika aku boleh memberikan saran kepadamu, aku menyarankan agar engkau mengembalikan semua masalahmu kepada keyakinanmu. Ilmu, keimanan, serta keyakinan yang telah kau pelajari dan dapatkan selama ini. Ini saatnya bagimu untuk mengeluarkannya. Seperti kata ayah Cinta.” Jawab Lara.
Permasalahan Cinta ini bermula saat dirinya tertarik untuk mengembangkan perusahaannya di bidang energi terbarukan serta transportasi. Sesuatu yang tidak pernah dia lakukan sebelumnya karena perusahaan Cinta bergerak di bidang IT serta waralaba. Dengan adanya ekspansi bisnis di bidang yang sama sekali tidak berkaitan ini merupakan hal yang wajar bila diperlukan biaya riset dan pengembangan yang tidak kecil. Dan merupakan hal yang lumrah pula bila kerjasama berbiaya besar tersebut disokong oleh beberapa pihak yang sama – sama tertarik di bidang tersebut. Yang jadi masalah adalah alokasi pemanfaatan sumber daya yang dibutuhkan. Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam, dan hal inilah yang ingin dimanfaatkan oleh berbagai pihak.
Cinta menginginkan sumber daya Indonesia tersebut tidak berpindah tempat. Dan oleh sebab itu Cinta memberikan syarat mutlak kalau seluruh kegiatan produksinya berada disini. Hal inilah yang memicu banyak spekulasi dari kalangan rekan – rekan bisnis lainnya. Mereka menginginkan untuk melakukan kegiatan produksi di luar Indonesia dan menjadikan Indonesia hanya sebagai pasar dari produk mereka saja. Dengan berbagai regulasi dan standar yang ketat baik dari pemerintahan maupun perusahaan yang Cinta pimpin hal itu merupakan tantangan yang tidak mudah. Terlebih dengan menyiapkan dalih bahwa perusahaan pribumi yang sedang ingin berekspansi di luar negeri, bukan tidak mungkin pemerintah Indonesia akan melunak dan memberikan kemudahan ijin. Hal inilah yang menjadi pertimbangan Cinta selama ini. Cinta ingin semuanya dilakukan di Indonesia, tetapi tekanan dari rekan kerja juga semakin besar. Oleh karena itu banyak sekali Cinta bertemu dengan principal maupun vendor – vendor yang memberikan proposal penawaran kerjasama dengan cara yang Cinta tidak suka.
Mendengar jawaban Lara tersebut Cinta tetap tenang dan berpikir begitu dalamnya. Semakin lama dia berpikir dengan memainkan ballpoint yang berada di genggaman tangan kanannya. Tak jarang pula Cinta bergerak kesana – kemari hanya untuk meregangkan badan. Dan setelah sekian lama dia terdiam, saat itu juga dia berkata dengan mantap kepada Lara yang menemaninya. Jawaban yang membuat Lara tersenyum penuh syukur dan kepuasan dari dalam hatinya. “Aku tahu apa yang aku akan aku lakukan Ra. Aku tahu... Terima kasih...” Kata Cinta dalam.
“Boleh aku tahu apa itu Cin?” Tanya Lara
“Ya, tentu... Jawabanku adalah negeriku lebih berharga. Aku tidak akan mengambil cara – cara yang tidak aku yakini benar untuk memuluskan keinginanku itu. Semoga Allah SWT memidahkan aku dan selalu melindungiku dalam setiap langkah amanahku ini.” Jawab Cinta mantap.
“Alhamdullillah. Amin Cin... Insya Allah kau akan mendapatkan apa yang kau inginkan itu.” Akhir Lara.

20.11.12

Anugerah Terindah Yang Pernah Aku Mlliki

Kita sama - sama berjalan
Meraih cita dalam tawa dan canda
Kita sama - sama melangkah
Hingga akhirnya bertemu di satu tempat yang indah

Ku beranikan diri menyapamu
Saat ku lihat dirimu saat itu
Engkau hanyalah adik kecilku yang ayu
Dan ada satu tangan yang memeluk jemari indahmu itu

Ku mengenalmu dan kau pun tahu siapa aku
Kita erat bagaikan tampar yang mengikat kuat
Dipersatukan dalam malam yang indah
Dipersatukan ikatan yang tak biasa jua

Kini sekian lama telah berlalu
Aku tahu siapa dirimu itu
Aku mengagumimu lebih jauh
Dan aku mencintaimu dengan sungguh

Tapi... Siapa aku?
Apa dayaku?
Pantaskah Athena yang kuat dan mempesona mendampingiku?
Sementara aku hanyalah biasa yang menanti takdir Sang Maha Kuasa

Aku masih terbayang tentang sayatan dalam yang masih membekas
Yang dalamnya mampu hancurkan jiwa
Yang dalamnya sangat ingin dilupakan
Yang dalamnya tak mau lagi kau selami barang sekalipun jua

Aku masih terbayang tentang sayatang dalam yang membekas
Yang membuat hati tak lagi dapat pergi
Yang membuat jiwa terkungkung mati dan tak berdiri
Yang meragukan ketulusan cinta dari jiwa di sisi imaji

AKu masih terbayang tentang sayatan dalam yang membekas
Yang mampu membuat tersenyum walau batin tak henti menjerit
Yang mampu membuat jiwa tak terlelap walau mata tak lagi kuat
Yang merusak segala angan yang membentang di dalam dada membuncah

Tapi... Aku bisa apa?
Ingin ku hapuskan itu
Ingin ku hilangkan itu
Dengan kuasa cinta dari - Nya yang Esa

CInta...
Cinta yang membuatku melakukan apapun untuk kebahagiaanmu walaupun harus ku korbankan jiwaku
Cinta yang membuatku menggenggam erat tanganmu saat aku berada di sisimu
Cinta yang membuatku nenberikan pundakku sembari berkata "Marilah kita selesaikan masalah ini bersama - sama" saat ku melihat tangis meleleh di matamu

Cinta...
Cinta yang membuatku mensyukuri anugerah Allah SWT terindah yang Dia berikan kepadaku melalui kehadiranmu
Cinta yang membuatku berkata "Tak apa, dia hanya tidak tahu apa yang dia lakukan" saat kamu menyakitiku
Cinta yang membuatku untuk tetap disini menunggu kedatanganmu dengan setia dan tulus

Cinta yang membuatku tetap disini menunggu kedatanganmu dengan setia dan tulus...
Untuk bersanding denganmu
Untuk menghabiskan malam bersamamu
Dan untuk mengobati luka yang ada di dalam dirimu.

Cinta yang membuatku menerimamu apa adanya
Cinta yang membuatku menemanimu bagaimanapun keaadaanmu
Cinta yang membuatku memilihmu untuk menjadi pelabuhan terakhirku
Cinta tulus ikhlas yang membuatku mempertahankanmu karena engkau memang pantas untuk dipertahankan

Bukanlah sempurna aku yang berada di sini
Dan bukanlah yang pertama aku untukmu
Bukan pula dirimu untukku
Tapi alangkah indahnya jika aku menjadi yang terakhir untukmu

Saat aku berkata aku mencintaimu
Saat aku berkata aku memilihmu
Saat aku berkata aku mempertaruhkan hidupku di namamu
Ingatkah kau tentang itu semua?

Ku harap kau akan mengingatnya
Ku harap kau selalu mengingatnya
Karena apa yang aku katakan saat itu
Sungguh - sungguh apa yang kumaksudkan saat itu

Ini bukan kiasan...
Ini kenyataan...
Ini bukan bualan...
Ini adalah harapan...

Engkau mengerti tentangku
Engkau mengerti dimanaku
Biarkan aku mencintaimu
Hanya untuk bersyukur atas Cinta - Nya yang menghangatkanku

Terima kasih pada - Nya yang telah memberikan segalanya untukku
Terima kasih pada - Nya yang telah mengirimmu di hidupku
Terima kasih pada - Nya yang telah membuatku jatuh hati kepadamu
Terima kasih pada - Nya yang telah membuatmu sudi menemaniku

Saat engkau mengenakan kaus dan berjalan ke arahku
Atau saat engkau mengenakan kemeja putih kesukaanku
Itu adalah hal terindah yang pernah aku rasakan
Aku tak tahu apa yang harus aku sampaikan

Melihatmu dari jauh karena aku takut kau akan menjauh dariku
Memandangimu lekat setiap laku dari dirimu yang indah
Bercanda denganmu yang melemparkan bantal ke arahku nakal
Atau bercerita tentang apa yang telah terjadi pada diri kita dahulu

Adalah saat - saat terindah yang pernah aku miliki saat itu
Aku tak ingin tuk berakhir
Aku ingin tetap seperti itu
Aku ingin selalu bersamamu

Aku selalu merindumu
Merindu suara kecilmu
Merindu suara tawamu
Aku selalu merindu..

Aku selalu merindumu
Merindu harum tubuhmu
Merindu kehangatan bersamamu
Aku selalu merindu...

Entah apa yang terjadi kelak
Karena aku tak kuasa tentang apa yang terjadi kelak
Tetapi bersamamu saat ini... Waktu ini...
Adalah anugerah terindah untukku yang sungguh hina ini...

Aku tak pernah berpikir kita berpisah
Aku tak pernah berpikir kita akan berakhir
Karena aku ingin selamanya
Diriku dan dirimu menjalin cinta untuk Yang Maha Kuasa

Biarkan aku mencintaimu dengan tulus dan ikhlas...
Biarkan aku berdoa untukmu dengan tulus dan ikhlas...
Untuk masa depan kita berdua yang kita impikan bersama
Selebihnya aku oasrah pada ketetapan - Nya yang Kekal

Aku sangat mencintaimu
Dengan seluruh hidup dan jiwaku
Tapi Allah SWT lebih mencintai kita
Dan kita harus rela untuk melakukannya

Bukankah tujuan kita sama untuk kembali pada - Nya?
Jika begitu ijinkan aku mengobati luka hatimu seperti yang telah engkau lakukan padaku dengan sempurna
Genggam tanganku dan melangkahlah bersamaku
Karena aku ingin kamu, itu saja...

17.11.12

" ... I Hope I Love You All My Life ... "

Aku mendapat inspirasi dari kisah seseorang yang dekat denganku saat ini. Seorang wanita... Yang kecantikannya bisa diadu dengan bunda, dan insya Allah telah aku pilih untuk menjadi pendamping hidupku kelak. Wanita yang aku cintai tersebut dalam suatu waktu pernah mendapati keadaan yang sangat tidak mengenakkan di dalam kehidupannya. Entah apa maksud Allah SWT memberi takdir dirinya seperti itu, entah juga kesalahan apa yang telah dia lakukan di masa lalu sehingga dia mendapatkan karma seperti ini. Tetapi apapun yang terjadi, bukankah ini yang terbaik dari Allah SWT untuk kita - para hamba - Nya?

Jujur aku tidak mengerti mengapa bisa terjadi seperti ini. Dikhianati oleh seorang sahabat sendiri adalah godam yang menghancurkan hati terdalam dengan sangat cepat. Seseorang yang semula pernah bersama dengan kita dan menghabiskan waktu dengan kita, seseorang yang telah kita percaya untuk menjaga rahasia dan aib kita selama ini, seseorang yang selalu kita mintai pendapatnya di setiap tingkah laku kita menusuk kita dari belakang dengan pengkhianatan yang sungguh tiada terkira. Tidak ada pengkhianatan yang indah, tetapi pengkhianatan berupa fitnah menurut hematku adalah pengkhianatan terbesar yang pernah dilakukan oleh seorang sahabat kepada sahabatnya sendiri.

Dan itu yang terjadi dengan dirinya. Menurut versinya - dan aku mempercayai hal itu - segala hal yang menjmpa dirinya adalah karena fitnah sahabatnya tersebut kepada orang - orang yang mengenal wanita yang aku cintai tersebut. Pasti berat... Dan tidak habis pikir mengapa kawan karibnya mampu untuk melakukan itu kepada sahabatnya sendiri? Seberapa berhargakah persahabatan mereka? Inikah yang disebut sahabat dalam masa seperti ini? Bukankah sebagai seorang kawan kita wajib untuk menutupi aib kawan kita sendiri? Jangankan membicarakannya dengan orang lain hanya untuk sekedar bahan obrolan, sedikit saja kita kelepasan berkata sesuatu tentang sahabat kita tersebut akan fatal akibatnya bagi persahabatan itu sendiri.

Lalu mengapa sahabat wanita yang aku maksud tersebut mampu untuk melakukannya? Terlepas salah atau benar, tapi menurut informasi yang aku terima memang seperti itulah adanya. Gila... Jujur aku tidak dapat membayangkan bila sahabatku sendiri yang melakukan hal itu kepadaku. Tetapi untungnya aku memiliki sahabat - sahabat terbaik di dunia yang bisa aku andalkan baik galam suka maupun duka, alhamdullillah hi rabbil alamin...

Sahabat sejati adalah teman sampai nanti, pelipur dikala duka mengiris hati, penyemangat dikala jiwa telah mati, dan pengignat ketika diri sedang tinggi. begitu krusialnya peran seorang kawan di sekitar kita, apalagi kalau kawan tersebut telah memberikan maknya yang mendalam kepada diri kita melalui kehadirannya. Tak pernah kusangka fitnahnya justru yang keluar dari mulut indahnya. Entah apa yang dipikirkannya, tetapi menurutku dia bukan sahabat yang tepat bagiku! Lebih baik aku kehilangan orang seperti dirinya sebagai seorang sahabat, tetapi aku mendapatkan orang lain yang nanti dapat mengisi arti dirinya yang telah pergi dari diriku.

Bukan maksudku untuk memutuskan tali silaturahim seperti yang banyak orang sangkakan, hal itu semata karena aku tidak ingin merusak diriku dengan dendam dan segala macam pikiran - pikiran buruk lainnya. Aku takut tidak mampu untuk menjaga hatiku untuk tetap tenang seperti sedia kala. Terlepas aku salah atau benar, tetapi itulah alasanku selama ini. Dan bila aku salah biar Allah SWT snediri yang mengingatkanku, Allah SWT tahu apa yang aku pikirkan dan yang terbaik bagiku. Aku hanya bisa pasrah...

Kembali ke permasalahan wanita kedua yang aku cintai sepenuh hati setelah mamaku tersebut, aku tidak tahu bagaimana untuk meringankan beban di hatinya yang membuatnya tertekan sepanjang waktu. Aku mampu mengerti dan merasakan, tetapi memang mungkin karena pemikiran kita berbeda jadi solusi yang aku berikan tidak sampai kepada dirinya. Tidak mengapa untukku, aku akan selalu mendampinginya insya Allah. Terpenting dirinya tidak pernah putus dari rahmat Allah SWT serta dia selalu optimis untuk menjalani segala hidupnya. Bukankah segala sesuatu di dunia ini yang kita alami sekarang merupakan pembelajaran bagi kita untuk menjadi lebih baik lagi ke depannya? Dan aku yakin dengan kualitas keimanan serta kecerdasan yang dia miliki tidak butuh waktu lama bagi dirinya untuk mengerti apa maksud Allah SWT memberikan takdir seperti ini kepada dirinya.

Aku tidak meminta akan mengalami takdir yang sama dengan belahan jiwaku ini, tetapi jujur saja aku sangat iri padanya. Allah SWT sangat memperhatikannya. Melalui takdir - yang katanya - berat ini aku yakin dia akan semakin dekat dengan Allah SWT. Hal itu sendiri tergantung kepada dirinya, apakah dirinya bisa tetap sabar, ikhlas, berpikiran positif, dan tawwakal terhadap ketetapan Allah SWT atau justru dirinya akan jatuh ke lubang keegoisan, kemarahan, serta balas dendam. Aku yakin dengan seluruh jiwaku bahwa dia mampu melewati ini semua. Dengan adanya hal ini akan semakin membuat dirinya tidak bisa tidur di malam hari, tidak enak dan bersemangat dalam menjalani takdirnya setiap hari, atau tidak mampu untuk menjaga hatinya tetap tenang. Tetapi sisi positif dari apa yang telah terjadi adalah hatinya akan menjadi lemah lembut - bila dia mampu untuk mengambil hikmah dari setiap kejadian. Aku teringat sebuah sabda Nabi SAW yang berbunyi: "Ambillah kesempatan berdoa ketika ati sedang lemah lembut, karena itu adalah rahmat." (HR. Ad - Dailami)

can you do that lovely?
"Di dalam setiap tangis ada kelemah lembutan, di dalam setiap sedih ada kelemah lembutan, dan di dalam tekanan dalam hati ada kelemah lembutan. Sekarang tugasmulah untuk mencarinya. Semakin cepat kau menemukannya, maka semakin cepat kau lulus dari ujian ini sayang..."

Tidak ada masalah yang tidak dapat terselesaikan, semua itu bergantung konsepsi yang ada di dalam hati, pikiran dan jiwa kita masing - masing. Oleh karena itu Rassullullah SAW mengajarkan kepada kita untuk mengembalikan segala urusan kepada Allah SWT dan tetap berbaik sangka kepada takdir Allah SWT. Tidak selamanya kita hidup di dunia ini, dan masih ada hari esok yang harus kita lalui. Tersenyumlah... Tunjukkan kepada dunia bahwa kau baik - baik saja, tunjukkan kepada "Musuh - Musuh' - mu kau baik - baik saja, tunjukkan kepada Allah SWT kau baik - baik saja. Berkat kekuatan, keimanan, serta keteguhan sikap yang Allah SWT berikan kepada kita, kita akan mampu untuk melewati setiap takdirnya dengan indah. Dalam suatu kesempatan Rasullullah SAW bersabda, "Sesungguhnya shodaqoh itu benar - benar memadamkan kemurkaan Allah SWT serta mencegah kematian yang su'ul khotimah." (HR. Tirmidzi)

Tersenyumlah sayang, dan semuanya akan baik - baik saja...
Tetap semangat cinta, dan semuanya akan indah pada waktunya...
Dirimu tidak sendiri... Masih ada orang - orang disekitarmu yang peduli kepadamu, masih ada mereka - mereka yang mencintaimu yang ingin membantumu, masih ada aku di sisimu selalu yang selalu mencintaimu, dan yang terpenting masih ada Allah SWT yang tidak akan pernah lelah mendengarkan keluh kesahmu...

REMEMBER THIS !!!
Lalu... Apalagi yang kau pikirkan?

"Aku berharap aku memiliki kelapangan hati sepertimu. Aku masih belajar untuk itu. Aku minta maaf atas segala kekuranganku, ketiadaanku di sisimu, serta segala khilaf yang selalu dan nanti mungkin akan aku lakukan. Aku masih belajar... Dan terima kasih cintaku, kau telah mengajarkan aku banyak hal setelah aku mengenal dan dekat denganmu... Satu pertanyaanku padamu sangat sederhana - sesuai dengan judul posting kali ini ' ... I hope I love you all my life ... ' - dapatkah engkau tetap mencintai orang yang telah mengkhianatimu? Jawablah dengan jujur sesuai dengan kata hatimu beibi... Aku yakin kamu akan mampu untuk melakukannya, karena kamu yang mangajarkan aku akan hal itu. Dan jika pertanyaan itu ditujukan kembali ke aku, kamu tahukan apa jawabanku sayang? Jawabanku: 'TIdak! I don't love you anymore, sorry. But we can still connecting each other like a partner not a pals like before!'"

So, what will you do Third Women Ribbon? >,<


Nov 17th, 2012  00.45 AM
For you... Only for you...




Regards,
bY m3 ...

13.11.12

Black Memoar

Again... My nightmare comes... Why do I feel you're getting away from me? Why I feel this? Just because my damn opinion? Just because a jealousy? Or just because a karma for me? Is it true??? What should I do?

I love you because Allah SWT... I choose you because Allah SWT,,, I need you because Allah SWT... I miss you because Allah SWT... And I want you because Allah SWT... Hence I down my knee to His destiny... I let go of everything... Because I believe in His destiny to me... I believe in Allah SWT... Until this moment He still believe me to keep my love to you, So why I must afraid eventhough you know I'm scared... What should I do?

You are the one, I've been choose you for everything in my life... I've been choose you for accompany me to my dead end... Together - me and you - against the world... Together - me and you - comeback to our beloved Love...

And I stiil trust it! So I still pray, still do anything, and still feel the light of hope to us...

Quotes :
- "... Yang bisa dilakukan makhluk bernama manusia terhadap mimpi - mimpi dan keyakinannya adalah mereka tinggal mempercayainya ..." 
5 cm

- "... Ojok diliki kersanipun Allah, bakalan gak nyucuk awakmu. Pasrah ae... Ikhtiar, usaha, tawwakal... Percoyo opo seng gusti Allah tetepne gawe awakmu. Insya Allah kabeh podo koyok opo seng mbok karepne ... "
Bokap

- "... One more time ..."
Thomas Alfa Edison

UsInNumb - BarIsa :
0 - There's nothing in her which I don't like it,
1 - We're both have the same direction in our life. Only Him, Allah SWT...
2 - We're both have the same lovely person in our life, our parents. Father and Mother...
4  - We're both have the same hobbies: Music, Thingking something shit, Snacking, and Hangout
Total of my "FunTastic", including me of course...
5 - Our differences ages. Some people said this is normal and standart. And... I trust and like it...
9 - Total of her "Cherry Belle", her best friend who she met in school (including her)...

Remember This :
CRAZYLITTLETHINKCALLEDLOVEromeojulietAYATAYATCINTAadaapadengancinta
ifyou'renottheoneRUNAWAYstarlightears(i'llbewaitingforyou)ASLONGASYOULOVEMEneverletyougoLUCKYiwon'tgiveupHELLOfortherestofmylife


8.11.12

Cinta Terakhir



Terlukis indah bayang senyummu ysng tak tergantikan
Mengalun mesra lantunan melodi dari suaramu yang kecil menggoda
Hangat jemarimu yang membekas di dahiku semilirkan kehangatan tanpa batas dalam relung sukma terdalamku
Parasmu yang tertutup cadar tak kan mampu tuk halangi cahaya indah yang terpancar dari dalam jiwa suci pemilik keabadian surgawi

Harum tubuhmu bagaikan candu yang mengalir deras di dalam darahku
Bayang wajahmu adalah cawan dalam setiap kerinduanku
Yang selalu ingin berdua tak terpisahkan
Terpisah dari dunia yang penuh onak dan lara semesta

Diriku teracun penuh oleh bisa cinta yang kuat dan tanpa penawar
Hanya menanti kematian yang sungguh pasti datang walau aku ingin selamanya
Lambaian tanganku memanggilmu sang juwita malam pemilik hati yang terluka
Menuntun pada surga yang didamba seumur hidup dengan kau sebagai pendampingnya

Entah siang atau malam setiap hari ku selalu memikirkan
Entah sadar atau lepas setiap saat ku selalu merindukan
Entah ada atau tidak Setiap detik ku selalumenantikan
Dirimu hadir temani aku di sini

Laksana bintang bertaburan di atas sana yang indah bila bersama
Tak ada satu bintang yang mampu terangi tanah dengan keindahan yang merekah
Laksana kicauan burung di pagi hari yang membahana
Tak ada satupun yang memikirkan tentang apa yang terjadi pada dirinya esok hari

Mendung menerpa mentari berlalu
Membahana temaram dalam hati pria yang kelu
Memikirkan Sinta yang nun jauh disana
Sementara sang hati rindukan bertaut mesra

Rama disini terdiam dan tak bergerak
Tubuhnya kaku dan pikirannya melayang
Semedi tak mampu tidurpun tak tentu
Merintih sanubari memikirkan Sinta-nya yang sangat dicintai

Apakah masa akan terulang kembali?
Memperlihatkan segala laku diri yang telah terlewati
Yang hancurkan jiwa seorang kecil demi cinta yang telah lama dinanti
Apakah salah perlakuan jiwa yang sepi bila dulu tak ada lagi ikatan yang dihormati

Mungkin benar kau masih mencintai
Dan mungkin benar kau masih ingin memiliki
Tetapi Hawa sudah tak lagi ingin kembali
Masih tak relakah kau membiarkannya pergi?

Datang kelam yang tak kalah pekat
Mempersunting Hawa dengan tatapan lekat
Berikrar setia hingga masa akhir nan hangat
Menuju abadi tanpa buaian sesaat...

Apakah itu akan terulang kembali?
Dengan kini Rama yang menjadi saksi?
Kaerena sungguh entah apa yang terjadi di dalam diri
Merasakan jauh hadirmu dalam buaian sepi imaji

Ku berharap dunia tak mengalahkanmu juwita
Bila Durjana saja mampu mengapa ini harus kau setia?
Apakah kini yang sedang terasa
Bukanlah yang pertama dalam jiwa manusia

Memohon petunjuk pada Sang Maha CInta
Menjawab semua keraguan tentang apa yang sesungguhnya terasa
Meminta kepastian dan kekuatan untuk menjalani takdir- Nya yang Esa
Untuk dirinya yang sungguh sangat aku cinta...

Resah gelisah yang kini terasa
Hilangkan denyut jantung Rama yang tersisa
Ketakutan akan lampau kembali terbayang
Karena sungguh semuanya sama tanpa beda

"Aku takut...
Kehilangan dan pengkhianatan...
Terluka dan kebohongan...
Rintihan yang membahana..."

Tidak! Tak ada keraguan sedikitpun dalam api cinta yang telah menyala
Yang tak kan padam karena doa - doa dan jerih payah
Keyakinan tentang haru biru masa nanti yang lebih indah
Menutup kelam akan semua coba saat masih remaja

Sudah saatnya sang Rama kembali
Bukan kerena cintanya telah mati dan tak kembali
Tetapi karena Sinta yang pasti akan kembali
Menemuinya di tempat mereka berdua kembali

"Maybe I'm not a warm man, a patient man, or an understanding man. I'm selfish, stupid, high temper, and cold. But when I tell you I love you, I really - really mean it. Sincerely from my heart. I just don't know how to express my feeling to you. I'm afraid to lose, afraid of your departure, and I couldn't imagine my life without you in my side. I want to tell all about my heart. When I miss you so bad, when I scared about karma, when I jealousy, or when I want to spent all my night only with you.All of it that's only because I love. Someday you will know who I am, you;ll know why, and you'll know how much I really - really love and care you. Let Allah SWT shows you. I've tried and always try."

Me_And_You
pHYeNCA

You'll never enjoy your life,
living inside the box
You're so afraid of taking chances,
how you gonna reach the top?

Rules and regulations,
force you to play it safe
Get rid of all the hesitation,
it's time for you to seize the day

Instead of just sitting around
and looking down on tomorrow
You gotta let your feet off the ground,
the time is now ... just let it go

I'm waiting, waiting, just waiting,
I'm waiting, waiting outside the lines
Waiting outside the lines
Waiting outside the lines

Try to have no regrets
even if it's just tonight
How you gonna walk ahead
if you keep living behind

Stuck in my same position,
you deserve so much more
There's a whole world around us,
just waiting to be explored

The world will force you to smile
I'm here to help you notice the rainbow
Cause I know,
What's in you is out there

I'm trying to be patient (I'm trying to be patient)
the first step is the hardest (the hardest)
I know you can make it,
go ahead and take it
"Waiting Outside The Lines"
Greyson Chance
Lyric